Chapter thirty four ~~

6K 775 39
                                    

Rigal menatap dingin Revan yang selalu berteriak kesakitan dibawahnya. Tidak berlebihan, Rigal hanya mengambil dua matanya yang indah itu. Mata yang membuat dirinya tau sosok sebenarnya dibalik Sergio yang memilih jalan penuh bara api.

Melihat penjahat yang ternyata adalah orang terdekat, Elvian pikir jika dia tidak kesini, dan Rigal yang menghadapi mereka, mungkin dia akan memaafkan Sergio, dan Revan yang memiliki satu ibu yang sama.

Melihat kebodohan Rigal yang sudah mencapai batas maksimum tentu tidak heran.

Namun sayangnya yang sekarang berdiri didepan Revan adalah Elvian. Yang benci dengan segala bentuk kesalahan, dan berpikir harus mengadili pembuat kesalahan dengan lebih berat sebagai konsekuensi.

Jadi ketika dia berbuat salah bahkan ketika mereka masih sedarah, dia harus tetap mendapat balasan.

Tidak mungkin tidak.

"Mata ini.. bahkan masih kurang, Revan" ujar Rigal dengan dingin. Matanya menatap intens dua mata yang telah diambilnya didalam toples khusus, mengabaikan tampilan Revan yang sekarang dipenuhi bercak darah akibat pencabutan kasar yang ia lakukan.

"Hiks... S-sialan! kembaliin mata g-gue hiks.. MATA GUE!! K-kembaliin mata gue.. hiks brengsek!" Teriakan Revan membuat Rigal kembali menatapnya.

"Tutup mulut anda!" Kai datang sambil menggeram rendah. Berani sekali pemuda bau kencur ini meneriaki tuannya.

"Siapa lo anjing?! nggak usah ikut campur!!" Teriak Revan lagi. Emosinya benar-benar sulit dikendalikan, hingga sifat aslinya benar-benar terlihat didepan Rigal dan Kai.

Kai menatap Rigal yang masih diam ditempatnya dengan pandangan tegas "Tuan.. tolong izinkan saya merobek mulut itu" izin Kai serius.

Sementara Rigal mengangkat bahunya acuh. "Terserah" Sebelum pergi dari sana meninggalkan Revan yang mungkin akan koma atau mati ditangan Kai.

"N-NGGAK!!.. RIGAL!! TOLONG G-GUE.. JANGAN TINGGALIN GU-ARGHHHHHHHHHHHHHHHHHH"

***

Rigal berniat kembali ke markas karna masih ada urusan yang belum dirinya selesaikan. Namun baru beberapa menit berkendara, Rigal sedikit merasa haus. Alhasil dia berhenti disalah satu indoapril di dekat lokasinya.

Masuk lalu mengambil beberapa minum juga camilan. Setelah ini, mungkin Rigal akan mampir dahulu ke apartemen nya. Mengambil beberapa bom kecil untuk mereka yang sudah menyalahkannya tempo lalu.

Ya.. Rigal memang manusia pendendam.

Enak saja sesudah membuatnya kecewa mereka mendapatkan maaf dengan begitu mudah.

Tentu saja harus ada sedikit pelajaran untuk otak mereka, agar dikemudian hari datang sesuatu yang kurang jelas, otak mereka akan berfungsi dengan benar.

***

Sampai dimarkas, Rigal berjalan dengan pelan tanpa suara. Padahal disana, beberapa anggota tengah berbincang keras, namun tidak ada yang menyadari kedatangan Rigal.

Aura nya memang ia buat sedikit hangat untuk mengecoh para anggota agar mereka merasa nyaman, dan fokus pada pembicaraan mereka.

Rigal menyeringai tipis, lalu melempar beberapa bulatan kecil ke tempat-tempat yang ia kira akan selalu dipijak para anggota.

Remote yang selalu ia bawa disaku nya, ia keluarkan. Rigal menatap dengan rumit remote itu, lalu menyeringai setelahnya.

Tut

10 menit waktu untuk bom kecil itu meledak. Sembari menunggu itu Rigal berjalan dengan santai seolah tak melakukan apapun.

"Masuk" suara Rigal menginstruksi, membuat anggota yang tadi berbincang segera berdiri tegap.

RigalaWhere stories live. Discover now