Chapter forty five ~~

3.9K 515 31
                                    

VOTE!

"Bang, lo yakin mau pulang?" Tanya Rui sambil mengemil camilan ditangannya. Dia duduk disamping brankar Rigal. Sedangkan 3 yang lain sedang keluar mencari makan.

Walau mulutnya tidak berhenti mengunyah, tatapan itu tidak pernah lepas dari pemuda yang diperban didepannya.

"Ya"

"Ya udah deh, terserah lo. Tapi.. dapet luka parah gitu sakit nggak sih bang?" Tanya Rui serius.

Rigal menetap Rui datar. "Nggak"

Rui lantas melotot. "Serius?"

Rigal mengangguk.

"Gue dicambuk aja rasanya kaya mau mati bang" Ujar Rui lesu. "Pasti di tabrak mobil rasanya kaya udah mati sih.." lanjut Rui sambil menatap Rigal ngeri.

"Nggak sakit kalo nggak dirasain" kata Rigal datar.

Rui menyerngit bingung. "Gimana caranya biar kita nggak ngerasain sakit?" Tanya nya penasaran.

Rigal menggeleng. "Nggak tau" balasnya singkat.

Rui melemaskan bahunya. "Kirain tau.."

Krauk

Krauk

Rui memakan kembali jajanan yang ia bawa. Membuat suasana hening menjadi brisik karna suara kunyahannya.

"Bang Rigal.. yuhu! Alvin bawain ayam geprek nih" Alvin datang dengan semangat. Dia mendekat lalu menyerahkan satu bungkus ayam geprek berserta nasinya.

"Lo gila ngasih orang sakit ayam geprek?!" Seru Gara kesal. Gara kira, Alvin menyisakan itu untuk Rui. Tapi ternyata untuk Rigal.

"Kata orang kalo lagi sakit terus makan pedes, jadi sembuh sakitnya" bela Alvin tak mau disalahkan.

Rigal ditempatnya duduk hanya tersenyum kecil. Alvin nampak familiar dimatanya.. tapi Rigal melupakan siapa orang itu.

"Udah makan?" Tanya Rigal

"Udah/belum" Gara dan Bryan menjawab sudah, lalu Alvin dan Rui menjawab belum. Padahal Alvin ikut keluar.. kenapa tidak makan?

"Kan lo ikut keluar? kok nggak makan? mana cuma beliin bang Rigal doang lagi" Rui merenggut kesal.

"Tadi gue udah beli 3, tapi karna dijalan gue liat 2 anak jalanan kelaparan, gue kasih 2 buat mereka" jelas Alvin sambil tersenyum bangga. Dia bangga karna telah membantu orang.

"Bener, Gar? Bryan?" Tanya Rui segera diangguki oleh keduanya. "Bener kok.. walaupun ngasihnya pake raut nggak ikhlas, sih" jawab Bryan sambil menggaruk tengkuknya.

Mendengar pernyataan Bryan, Rui lantas mendengus. Berbeda dengan Alvin yang hanya bisa menyengir.

"Sini" Rigal mengode Rui dan Alvin untuk duduk dibrankarnya. Bersyukur Rigal memilih ruangan VVIP hingga brankar yang didapatnya berukuran besar.

Setelah mereka duduk, Rigal menyerahkan bungkusan yang tadi diserahkan Alvin. "Makan. Berdua" kata Rigal sambil menatap keduanya bergantian.

"Abang nggak laper?" Tanya Rui dibalas tunjukan tangan Rigal.

"Bubur rumah sakit? iuuu, itu rasanya aneh banget bang, kaya muntahan. Mending kita makan bareng-bareng aja deh ayam gepreknya. Walaupun dapet sedikit, rasanya enak" kata Alvin sambil menatap Rigal serius.

Rigal menggeleng. Dia bukan type yang suka memilih makanan. Selagi masih bisa dimakan, maka itu aman.

"Makan" sekali lagi mendapat perintah makan, mereka dengan lesu mulai makan. Hey, mereka tidak tega membiarkan Rigal memakan bubur muntahan itu.

RigalaWhere stories live. Discover now