Chapter fourteen ~~

11.1K 1.2K 56
                                    

Rigal menatap dingin dua orang yang saling duduk berhadapan membicarakan sesuatu disebrang mejanya. Ah, posisinya sedikit jauh walau mereka bersebrangan. Mungkin sekitar 4 meter dari tempat Rigal.

Dia juga memasang headset di telinganya, walaupun tidak mendengarkan suara atau musik apapun, dan malah fokus ke arah pembicaraan 'mereka' yang masih bisa didengar olehnya dengan jarak yang memang lumayan jauh.

"Gue nggak yakin lo bisa ngalahin dia?"

"Gue tau. Dia emang kuat dan gue akuin itu. Tapi lo juga nggak lupa kan? dia itu susah ditebak. Bisa aja dia udah tau kalo lo berhianat sama dia tapi dia diem dan biarin lo bertindak sesuka lo, padahal diem-diem dia ngawasin lo? nggak ada yang tau pikirin dia, Yo"

Pemuda yang dipanggil 'Yo' terdiam mendengar penuturan lawan bicarnya.

"Mau atau nggak bisanya lo, lo harus bantu gue selesaiin ini.. dan lo bakal bebas tanpa rasa bersalah itu" lanjutnya.

"Kalo gue nggak mau?"

"Ada dua kemungkinan. Pertama, 'dia' bakal tau kalo orang yang udah dianggap adik sendiri ternyata udah berkhianat dan bersekongkol sama musuhnya sendiri. Kedua, dia nggak bakal tau lo berkhianat, tapi dengan bayaran dia bener-bener harus out dan nggak berhubungan lagi sama UL-

Jadi pilihan lo ada dua, lo keluarin dia dan bilang jangan ikut campur lagi urusan UL, atau dia bakal keluarin lo dan buang lo dari sana dan kehidupannya."

'Yo' menunduk lalu menggeleng lemah. "Gue nggak mungkin biarin dia tau.. sekarang apa yang harus gue lakuin buat bener-bener singkirin dia dari UL?"

"Bagus. Jadi gini rencananya-"

Sial!

Cafe mendadak ramai pengunjung. Membuat Rigal yang tengah sangat fokus mendengarkan menjadi kehilangan pendengaran yang berisi suara mereka, karna kebisingan yang dibuat para pengunjung.

Rigal dengan kesal beranjak pergi dari cafe. Sangat malas untuknya mendengarkan ocahen banyak manusia disatu tempat yang sempit.

Apalagi telinganya bahkan bisa menjangkau banyak suara orang dalam sekali tangkap.

***

Alvin pulang sekolah dengan riang. Belakangan ini, Alvin selalu merasa bahagia. Tepatnya setelah hari dimana dia bertemu Rigal pertama kali.

Alvin benar-benar merasa diperhatikan oleh Rigal sejak saat itu.

Untuk pertama kalinya juga bagi Alvin dibela didepan banyak orang seperti pagi tadi di kantin.

Alvin sempat takut melihat brutalnya Rigal menyerang Genta, namun setelah meyakinkan hatinya bahwa Rigal akan melindungi dan tidak akan menyakiti nya, rasa takut yang semula bersarang digantikan dengan rasa bahagia dan senang.

"Nananan" Alvin terus bersenandung sampai didepan mansion.

"Siapa Rigal?" Tanya Zavier datar. Pria matang itu menyambut Alvin, tidak. Menunggu Alvin karna rasa penasaran yang membuncah.

"Kepo lo" jutek Alvin.

Zavier menaikkan alisnya. "Sudah berani berbicara heh?" Vier menatap dingin Alvin. Sebelumnya Alvin tidak pernah berani mengangkat kepala saat ditanya oleh dirinya.

Dia hanya menunduk lalu mengangguk dan pergi dengan takut.

Tapi lihatlah sekarang? dia bahkan terlihat sangat tengil dengan mata kelincinya.

"Siapa?" Ulang Vier.

"Ngapain lo nanya-nanya bang Rigal?" Balik tanya Alvin.

"Jawab" Vier menatap tajam Alvin yang malah melotot ke arahnya.

RigalaWhere stories live. Discover now