Chapter two ~~

22K 1.5K 48
                                    

Sore hari setelah pulang sekolah, Rigal berjalan-jalan mencari apartemen untuk tinggalnya sementara.

Untuk uang, Rigal sudah membawa 1 koper banyaknya. Dan uang itu entah Rigal dapat darimana.

Rigal melihat sekelilingnya dengan datar. Sedang asik melihat-lihat, matanya menangkap seorang nenek yang tengah dihadang oleh 2 preman.

Ingin menolong, tapi Rigal sangat malas hanya untuk sekedar bangkit dari duduknya. Rigal sudah PW duduk dipinggir jalan, padahal dulu, membayangkannya saja Rigal- Elvian jijik.

Rigal menghembuskan nafas kasar. Berdiri lalu mendekati mereka tanpa suara.

Bugh

Bugh

Hama kecil pecundang yang hanya berani pada wanita dan lansia. Cih, hanya sekali pukulan saja tumbang. Benar-benar pecundang ulung.

Sementara Rigal menatap remeh premen itu, nenek-nenek yang dipalak melongo tak percaya. Menggeleng lalu mengalihkan pandangannya ke arah Rigal sambil tersenyum. "Terimakasih nak, terimakasih banyak" ucapnya tulus.

Rigal mengangguk, lalu pergi tanpa sepatah katapun.

Sedangkan nenek tua yang ditinggalkan Rigal, mengerjapkan matanya berulang kali.

***

Sampai di apartemen kecil yang ia beli, Rigal bergegas mandi. Badannya lengket karna keringat setelah seharian berjalan mencari apartemen yang pas.

Beberapa saat kemudian, Rigal keluar dengan tampilan sederhana. Rigal tidak mau mencolok dengan menggunakan pakaian mahal. Walau sebenarnya Rigal bahkan lebih dari mampu.

Apartemen kecil ini juga Rigal beli agar keluarganya tidak curiga. Uang dari mana saat Rigal membeli apartemen elite yang besar?

Kruyuk

Rigal tersenyum tipis. Dia lupa mengisi bagian ini, hingga dia bersuara meminta makan. Bersyukur Rigal sudah membeli semua bahan dapur sebelum sampai ke apartemennya, sehingga dia bisa memasak untuk makan malam hari ini.

Rigal pun bangkit dari posisi awalnya dan berjalan menuju dapur untuk memasak sesuatu.

Bahan-bahan yang dibutuhkan, ia keluarkan dari kantong plastik. Lalu dengan cekatan ia mulai memotong bahan masakannya, dan mulai menumisnya hingga matang.

Ah, Rigal juga menggoreng beberapa potong ayam untuk tambahan.

Beberapa menit berlalu, masakannya matang. Rigal tersenyum tipis melihat hasil kerjanya. Walau hanya masakan sederhana, Rigal bangga karna ia masak menggunakan tangannya langsung.

Selesai makan, Rigal mencuci piringnya. Setelah itu ia berjalan ke arah kasur untuk tidur.

***

Pagi hari, Rigal sudah siap dengan seragamnya. Rigal menatap pantulan dirinya dicermin sambil terus menatap intens wajah Rigal.

Dia memang terlihat tampan. Wajahnya tegas dengan alis tebal. Matanya yang sayu namun tajam, dengan bibir tipis dan hidung mancung.

Parasnya tak kalah tampan dari wajah matang Elvian, walau Rigal masih bocah SMA.

Pantas saja walau Rigal terkenal berandal dan nakal banyak perempuan yang mengantri menjadi pacarnya.

Tapi jika itu Elvian? Maaf saja, dia benar-benar tidak tertarik.

Elvian tidak menyimpang, tapi dia malas mengenal dan menjalin hubungan dengan perempuan. Hingga jika dia tetap ditubuh aslinya mungkin sampai tua Elvian tidak akan menikah.

RigalaHikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin