Chapter six ~~

15.7K 1.2K 68
                                    

"Gal, makasih ya. Kemarin kalo nggak ada lo mungkin gue udah mati kehabisan darah" kata Rui dengan nada lirih.

Sekarang dirinya sedang ada dirumah sakit, ditemani Rigal. Rigal memang hanya duduk bak patung, tapi tatapannya tak pernah teralih dari Rui, membuat sang empu malu juga tinggi diri.

Mungkin aja dia khawatir Pikir Rui percaya diri.

Tapi daripada risih, Rui malah menyukai tatapan Rigal karna terkesan khawatir (tatapannya datar) pada dirinya. Yah, memang pertama kalinya Rui dikhawatirkan. Wajar jika perasaan hangat masuk ke dadanya.

Saat pertama kali bertemu dengan Rigal, Rui langsung menyukai Rigal. Karna Rigal terlihat seperti orang yang apa adanya. Tidak memiliki muka lain dan memang terkesan datar namun sebenarnya tulus.

Rigal memang terlihat dingin, tapi sebenarnya dia benar-benar peduli.

Walau tidak terang-terangan, sih.

Seperti kejadian kemarin dimansion Rui, Rigal bersikeras mengatakan bahwa dirinya bukan lah Rigal.

Suaranya juga sudah Rigal berat-beratkan agar Rui tidak curiga, Tapi sialnya bocah ini tetap mengenalinya.

Mempunyai postur tubuh tegap dengan aura dingin yang seakan menyuruh orang tunduk dibawah kakinya, hanya Rigal seorang yang punya.

Rui jelas tau. Dia duduk disamping Rigal, mana mungkin dia tidak paham dengan aura berat teman sebangkunya itu?

"Woy gal!" Rui melotot ke arah Rigal saat sang empu hanya diam tak menanggapi ucapan tulusnya.

Rigal menatap dingin Rui, membuat Rui gelagapan panik sambil menyengir canggung lalu menunduk.

"S-sorry deh, tapi beneran makasih ya" ulang Rui sambil terus menunduk.

"Hm" Rigal berdehem lalu berjalan keluar tanpa sepatah katapun.

Rui mengangkat kepalanya dan melihat punggung tegap itu pergi menjauh.

Jujur saja, kehadiran Rigal membuat Rui ingin menjadi adik. Dan kakaknya tentu saja Rigal.

***

"Bang"

Rigal menatap dingin seseorang yang memanggilnya. Rigal benci diganggu saat makan.

"M-maaf bang hehe" Alvin, bocah itu cengengesan.

"Lo kok disini bang?" Tanya Alvin setelah mengambil duduk didepan Rigal.

Rigal hanya diam memakan makanannya dengan tenang.

"Bang, kok lo bisa disini?" Ulang Alvin, barangkali Rigal tidak mendengar pertanyaan nya tadi.

Halah, kacang mah kacang aja kali- author

Alvin menggaruk tengkuknya.

'Orang dingin tuh nyebelin banget njir! tapi khusus bang Rigal enggak kok' Alvin berbicara dalam hatinya sendiri.

"Bang, gue abis check up" cerita Alvin pada Rigal.

Rigal masih diam. Makanannya belum habis.

"Gue sakit lambung bang, tadi sore kumat" sambungnya memulai curhat.

"Disini bang-" Alvin menunjuk dada kiri bagian jantung.

"Lambung gue sakit banget" sambungnya

Rigal akhirnya menatap Alvin. Ditatapnya Alvin dengan aneh. 'Bukannya itu tempat jantung?'

"Lambung gue perih, apalagi pas gue makan seblak"

"Ini bang liat.. obat gue banyak banget, pasti idup gue nggak lama lagi"

RigalaWhere stories live. Discover now