Chapter thirty two ~~

6.3K 850 38
                                    

"Rigal" Perkenalan diri yang cukup kurang ajar didepan guru dan para teman-teman barunya.

Abai akan reaksi mereka, Rigal dengan santai berjalan menuju ke arah tempat duduknya berada. Duduk lalu menelungkupkan kepalanya dilipatan tangan.

Rigal benar-benar mengabaikan atensi teman barunya yang hanya bisa melongo.

Seusai menatap Rigal, tatapan mereka beralih pada guru killer didepan, guna melihat reaksinya melihat tingkah kurang ajar Rigal. Namun tak seperti ekspetasi mereka, guru killer didepan hanya menatap Rigal dengan acuh seakan tak melihat apapun. Membuat mereka pun hanya bisa diam tanpa berani berbicara atau menegur.

"Kita lanjutkan pelajarannya" Guru killer itu- pak Dewa, segera membuat siswa-siswi nya kembali fokus ke depan.

Sementara salah satu siswa, masih menatap Rigal dengan pandangan aneh. Seakan ingin memastikan, dia melempar sebuah kertas berisi tulisannya.

"Pstt!" Pemuda itu mengkode Rigal.

Puk

Kertas itu sampai dimeja Rigal.

Rigal yang sadar memilih acuh dan tetap melanjutkan tidurnya. Membuat pemuda yang duduk sedikit jauh dari posisinya, melotot.

'Yaelah.. sok dingin banget tuh bocah' batin pemuda itu julid.

Tanpa sadar pemuda itu terus melotot bahkan ketika menatap pak Dewa didepan. Membuatnya salah paham mengira pemuda itu memang sedang memelototi nya.

"ALFANAZ!! BERANI SEKALI KAMU MELOTOT KE ARAH BAPAK!!" Teriakan pak Dewa membuat semua siswa-siswi disana terkejut, bahkan sampai ada yang terjengkang karna saking kagetnya.

Sedangkan Alfanaz malah berkedip polos. Apa salahnya? perasaan dari tadi nggak ada yang salah, pikirnya.

"Kok bapak ngamuk sih? salah saya apa pak?" Tanya Alfanaz sambil menatap pak Dewa garang. Berusaha terlihat cool didepan teman sekelasnya terutama Rigal.

"Kamu dari tadi melotot ke arah bapak tau! jangan berlaga sok nggak tau kamu!" Balas pak Dewa tak kalah garang.

Mendengar itu, Alfanaz dengan cepat menggeleng keras. "Bapak salah paham. Saya nggak melotot ke arah bapak, tapi saya melotot ke arah siswa baru itu! dia ngacangin saya pak, jadinya saya melotot. Saya mana tau kalo mata saya masih melotot pas udah hadap ke depan, ke arah bapak" penjelasan Alfanaz membuat pak Dewa menghela nafas kasar.

"Jangan menganggu dia Alfanaz!" Peringat pak Dewa yang memang percaya dengan apa yang dijelaskan oleh Alfanaz.

Ia tau, Alfanaz walaupun berandal dan susah diatur, tidak pernah berbohong dan selalu berkata jujur didepannya.

Alfanaz menatap pak Dewa heran. "Mang napa pak?"

"Diam. Jangan bahas dia lagi." Ujar pak Dewa dengan air muka menyeramkan.

Membuat Alfanaz menciut dan segera duduk kembali dari posisinya yang semula berdiri.

"Bapak udah nggak mood ngajar lagi! jadi lebih baik kalian kerjakan soal di LKS saja lah, ini, dari halaman 150 sampe 170 ya. Dikumpulkan hari ini juga. Kalo ngaret atau telat, nilai kalian bapak kasih merah diraport!"

Ujarnya kejam, sebelum melangkah pergi dari kelas dengan santai. Meninggalkan semua siswa-siswi yang panik sekaligus syok didalam sana.

"Dasar guru nggak ada akhlak!"

"20 halaman itu banyak banget buset! yakali selesai beberapa jam!"

"Tau tuh. Nyesel deh ambil kelas ini yang wali kelasnya modelan pak Dewa!"

RigalaWhere stories live. Discover now