03 💌

3.9K 453 27
                                    

Kini, Shani sudah dipindahkan ke ruang rawat VVIP yang fasilitasnya lebih lengkap. Meskipun kondisi Shani sudah dinyatakan stabil, akan tetapi mereka harus bersabar untuk menunggunya bangun.

Zee sedari tadi setia duduk di kursi samping ranjang Shani tanpa mau bergerak sedikit pun. Ia ingin selalu berada di dekat bundanya.

Veranda yang tidak tega dengan gadis itu, perlahan mendekatinya. "Zee.. Kamu belum makan lho, makan dulu yuk" Ucap ve sambil mengelus rambut Zee.

Namun, Zee bergeming dengan pandangan yang terus tertuju pada Shani. Saat yang lain mengajaknya untuk makan malam, hanya Zee yang menolak karna katanya tidak lapar. Alhasil mereka pun membiarkannya dan menikmati makan malam diruangan Shani agar Zee tidak sendirian.

"Atau Zee mau bobo aja, hm?" Tanya ve.

Bukannya menjawab, Zee balik bertanya pada wanita paruh baya itu. "Bunda kapan bangun oma?" Tanyanya dengan mata sembab akibat terlalu banyak menangis.

Veranda mengecup pucuk kepala Zee, lalu berkata, "Besok bunda pasti bangun. Makanya sekarang Zee bobo pas besok Zee bangun, bunda udah sadar"

Akhirnya Zee mengalihkan pandangannya dari Shani, mendongak menatap Veranda. "Beneran oma?"

Ve mengangguk seraya tersenyum.

"Jadi, Zee mau makan dulu atau mau langsung bobo?" Tanya ve.

"Bobo aja oma"

"Okee, yuk ke kasur sana"

Veranda merangkul Zee menuju ke kasur yang ada di sebelah ranjang Shani. Setelah Zee naik keatas kasur, ve menarik selimut untuk menutupi tubuh gadis itu.

"Aku mau tidur sama oma, boleh ga?" Tanya Zee saat ve merapihkan selimutnya.

"Boleh dong" Veranda akhirnya ikut menaiki kasur dan berbaring disamping Zee.

Setelah itu, Zee memejamkan matanya dengan posisi telentang, sedangkan ve berbaring dengan posisi miring sambil menepuk-nepuk pelan perut Zee.

Keynal dan Gracio juga ada di dalam ruangan Shani tengah duduk di sofa.

"Papa juga tidur aja pah, biar Cio yang jagain Shani" Ucap Cio.

Keynal mengangguk dan menepuk bahu laki-laki itu sejenak. Setelah itu, ia melipat kedua tangannya lalu memejamkan mata.

~~~

Keesokan harinya, ketika mereka sedang sarapan bersama diruangan Shani, Veranda menyadari gerak-gerik anaknya yang tampak gelisah. Lantas ia beranjak untuk mendekatinya.

Keringat sudah membanjiri kening Shani membuat Veranda kebingungan. Ia menyeka keringat tersebut dengan tisu sambil membangunkan Shani pelan-pelan.

"Ci.. Kamu kenapa? Shani, hei"

Yang lainnya pun ikut menghampiri brankar Shani.

DIA, BUNDAKU S2 [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang