13 💌

5.4K 622 68
                                    

Saat jam menunjukkan pukul lima sore, Christy terbangun dari tidur nyenyaknya. Ia melirik ke kanan dan kiri seperti sedang mencari seseorang. Perlahan Christy bangun dari posisinya dan mengucek matanya sejenak.

Melangkah menuju kamar mandi, ia langsung membasuh wajahnya didepan wastafel yang ada di dalam. Setelah itu, Christy duduk di tepi kasur menghadap ke balkon kamar.

Seseorang membuka pintu kamar tersebut dan mendekati Christy yang masih melamun.

Ia menyentuh kepala anak itu dan mengelusnya pelan. "Jangan bengong gitu cantik" Ujarnya seraya duduk di samping Christy.

Christy pun menoleh menatapnya dengan wajah polos.

Yang ditatap terkekeh pelan lalu berkata, "Kenalin, aku Jinan. Sahabatnya bunda kamu. Kamu selalu panggil aku onty Jinan. Inget ga?" Ujar Jinan dengan riang.

Christy menggelengkan kepalanya pelan.

Jinan tersenyum manis. "Gapapa ko, nanti pelan-pelan pasti inget"

"Iya tante, makasih pengertiannya" Kata Christy lalu menatap lurus ke depan lagi.

Hening.

Dua menit kemudian, Christy melirik Jinan lagi dan bertanya. "Tante Shani dimana? Ko aku ga liat dia dari tadi"

"Dia ada ko. Aku panggilin dulu ya?" Sahut Jinan.

Christy mengangguk seraya tersenyum. "Makasih tan"

Setelah itu, Jinan beranjak meninggalkan Christy untuk memanggil Shani yang ada dikamar sebelah. Jinan merasa tidak enak harus membangunkan Shani yang masih tertidur dibawah selimut.

Tapi Christy mencari Shani dan itu semakin membuat Jinan bingung harus apa.

"Bangunin ga ya? Shani udah bilang kalau Christy jangan sampai tau dia sakit, kalau ga gue bangunin otomatis Christy yang bakal kesini. Yauda lah bangunin aja, semoga Shani udah mendingan" Gumam Jinan sambil mondar mandir di samping ranjang.

Lalu ia duduk di tepi kasur dan mengusap lengan Shani agar bangun. "Shan.. Christy nyariin lo. Shani bangun Shan" Ujar Jinan sambil terus mengusap lengan Shani yang tertutup selimut.

Tak berselang lama, Shani menggerakkan badannya melirik Jinan dengan matanya yang belum terbuka sempurna. "Kenapa nan?" Tanya Shani lemas.

"I-itu anak lo nanyain lo dimana. Tadinya gue mau ngajak dia langsung kesini tapi gue takut lo marah karna lo tadi bilang jangan sampe dia tau lo lagi sakit. Sorry gue jadi ganggu tidur lo deh" Jawab Jinan tak enak hati.

Shani lantas menyandarkan punggungnya ke headboard kasur dan sedikit menyurai rambutnya ke belakang. "Dia udah bangun?" Tanya Shani mengecek jam di ponselnya.

Jinan mengangguk. "Udah, baru bangun kayaknya"

Shani memejamkan mata sejenak sambil menyandarkan kepalanya. Tangannya terangkat memijit keningnya yang masih terasa pening.

"Masih sakit Shan? Gue panggilin Christy aja deh kesini ya?" Ujar Jinan menatap sendu kepada Shani.

Shani membuka matanya perlahan dan menatap Jinan. "Jangan, sakitnya ga terlalu ko cuma rada pusing aja. Muka gue pucet ga?"

Jinan mengangguk.

Lantas Shani turun dari kasur dan masuk ke dalam kamar mandi untuk sekedar membasuh wajahnya. Setelah itu, ia memoles wajahnya dengan bedak dan memberikan liptint dibibirnya agar tidak terlalu pucat.

Semua benda itu Shani dapatkan dari Jinan.

"Nih, makasih ya. Gue mau samperin dede dulu sekarang" Ujar Shani sambil memberikan bedak dan liptint punya Jinan.

DIA, BUNDAKU S2 [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang