lee hwa adalah seorang putri istana yang begitu menyebalkan, setidaknya itu yang para ongju katakan tentangnya...
saat ia bersama para ongju melihat festival lampion di luar istana, ia bertemu dengan seorang pemuda yang membantunya mengantungkan lam...
Wanita paruh baya itu nampak maju dan membungkuk di samping gadis tadi
" jika seseorang menentang tuan putri maka mereka akan di pukulu 100 kali " dayang han menjelaskan kembali peraturan istana pada para gadis di depannya
" mama... kami minta maaf.. sebenarnya kami..." seorang gadis bersuara
" lee min..." gadis yang nampak lebih tua dari mereka semua nampak mencegahnya
melihat hal itu ekspresi sang putri semakin merasa kesal
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
" sudahlah... ini juga bukan sesuatu yang penting bukan " seorang gadis yang duduk di sebelahnya nampak buka suara " yang mulia, besok malam... kami berencana untuk pergi ke festival lampion di pasar "
" di pasar ? pasar ? aa.. jadi begitu.. hal seperti ini saja kenapa kalian menyembunyikannya dariku ? aku juga tidak tertarik untuk pergi kesana !! luar istana begitu berbahaya, aku seorang putri dan luar istana bukan tempat yang aman buatku !!" putri terlihat sekali kesal, wajah cantiknya nampak menegang ketika berbicara
Putri cantik itu bernama Lee Hwa, dia adalah putri bungsu dari Raja dan Ratu , dan para gadis yang duduk di depannya ini adalah para Ongju atau putri para selir, lee hwa memang suka bermain bersama mereka, melihat sikapnya putri lee hwa memang nampak begitu sombong dan arogan
Dia juga suka mengeluh dan kepribadiannya sulit di tebak dan itu sering kali membuat susah orang – orang disekitarnya termasuk para ongju dan tentu saja dayang – dayang istananya
Lee hwa nampak memandang kesal ke arah mereka semua, ia tak mengerti kenapa mereka tidak suka ia terlibat dalam obrolan festival lampion tersebut hingga menyembunyikannya
" mama... kami benar – benar minta maaf " lee yang nampak memandang lembut pada sang putri, lee yang memang di kenal sebagai putri yang lembut dan dewasa di banding saudara – saudaranya yang lain
Lee hwa masih nampak diam, matanya nampak mulai berkaca – kaca
" gungjo – mama " dayang han nampak mencoba untuk menegurnya
Lalu tiba – tiba suara kekeh seorang pemuda terdengar, mereka semua langsung berpaling dan melihat kearah suara itu berasal
" hwangsaeja..." mereka nampak terkejut kecuali lee hwa yang diam – diam mengusap airmatanya
Mereka lalu membungkuk memberi hormat, pada putra mahkota
" sudahlah... duduk saja " putra mahkota nampak mengerakkan tangannya menyuruh mereka duduk
"oii... gadis jelek... kenapa kau tidak memberi hormat padaku ?!" putra mahkota nampak berseru pada adik kecilnya tersebut
Putra mahkota lee gu adalah kakak kedua, lee hwa, lee gu bukanlah kakak se – ibu lee hwa, lee gu adalah anak dari selir agung mingyung, yang sekarang menduduki posisi sebagai ratu setelah ibu lee hwa meninggal dunia, tapi mereka sangat dekat dan menjadi sangat akrab, hingga tak ada lagi formalitas diantara mereka walau lee gu adalah seorang putra mahkota
" orabeonim... apa yang kau lakukan disini ?" lee hwa nampak memandang sang kakak dengan wajah kesalnya
" yaa... kenapa kau marah jika mereka tidak mengajakmu... itu mungkin karena kau menyebalkan " kekeh putra mahkota muncul kembali dan membuat sang putri nampak kesal
" orabeonim !!!!!"
" baiklah.. baiklah... teruskan saja obrolan kalian, aku permisi " rombongan putra mahkota nampak pergi
Lee hwa juga nampak berdiri dari duduknya,
" dayang han ayo pergi, aku tidak ingin belajar sekarang " lee hwa nampak berjalan pergi
Para ongju nampak saling bertatapan dengan pandangan binggung, lee yang juga nampak memandang gadis berusia 16 tahun yang berlalu itu dengan tatapan bersalah
" kalian seharusnya tidak bicara seperti itu padanya... bagaimanapun juga dia juga saudara kita " kata lee yang
" sudahlah... putri itu sangat menyebalkan, dia akan banyak tanya jika kita memberinya tahu "
rombongan putri nampak menjauh dari paviliun tersebut