PART 11

4.6K 332 0
                                    

Lee hwa nampak meletakkan bukunya sejenak karena tangannya mulai merasa pegal

" mama..."

" tanganku pegal.. hah.. ini benar – benar membosankan " keluh lee hwa

Tanpa ia sadari bi dam dan baekjo memandang ke arahnya saat lee hwa tengah bicara pada dayang han

Baekjo nampak tersenyum sedangkan bi dam nampak terkejut

" ada apa ?" lee gu nampak penasaran melihat senyum baekjo

Baekjo mengangkat dagunya menunjuk lee hwa yang tampah mengeluh pada dayang han

" ahh... lee..."

" sudahlah... tidak usah memanggilnya " kata baekjo mencegahnya

Bi dam nampak menunduk, memikirkan sesuatu

Lee hwa nampak meninggalkan lokasi karena harus belajar dengan guru pembimbingnya, sang nenek meminta lee hwa untuk belajar ilmu politik yang di selipkan dalam ilmu sastra yang ia terima selama ini

Lee hwa nampak duduk di paviliun kediamannya menatap buku dan nampak mendengarkan penjelasan dari guru yang di pilihkan sang nenek untukknya, tapi pikirannya melayang memikirkan pemuda bernama bi dam

" mama... gungjo – mama " sang guru nampak menegurnya

" yee ?" lee hwa terkesiap

" mama... apa anda sedang melamun ?"

" ahh... maaf.. sepertinya aku sedikit tidak fokus, silahkan di lanjutkan " kata lee hwa dan kali ini ia mencoba fokus dengan pelajarannya

Selesai belajar, lee hwa nampak kembali ke kediamannya, tangannya mendekap buku – buku pelajarannya, di dekat balai istana lee hwa melihat sang nenek dan ibu suri nampak terlibat dalam obrolan, ada ketengangan yang tercium di antara 2 orang penguasa istana dalam tersebut, lee hwa hanya bisa melihat dan menghela nafas saja

" aku benar – benar tidak mau melihat ini semua " gumamnya

****

Matahari hampir terbenam, lee hwa dan dayang han nampak mengendap – endap keluar istana, lee hwa menuju pohon tempat dia mengantungkan lampion

" mama... apa yang hendak anda lakukan mama "

" pegang ini " lee hwa nampak memberikan jangot – nya pada dayang han " dia pasti mengantungnya kurang tinggi makanya dewa tidak bisa melihatnya "

" mama "

Lee hwa berniat memanjat pohon itu, ia melompat ke arah pohon tersebut dan malah seperti memeluk pohon itu, tubuhnya merosot turun dan ia terduduk di tanah dalam posisi memeluk pohon tersebut

" mama... anda baik – baik saja ?" tanya dayang han

" sulit sekali memanjat " kata lee hwa seraya mendongak ke atas melihat pohon yang menjulang tinggi tersebut

" sedang apa anda disini ?" sebuah suara laki – laki nampak menyapanya

Dayang han dan lee hwa kompak menoleh ke arah suara tersebut, bi dam nampak berdiri disana sendirian dan memandang ke arah lee hwa, lee hwa segera bergegas melepas pelukannya pada pohon dan berdiri

" Ka.. Kau... Bi.. Bi dam bukan ?!"

" Benar, saya " bi dam nampak berbicara sopan seperti biasa

" Sedang apa kau disini ?!" Tanya lee hwa seraya membersihkan roknya

" Membeli ubi manis " jawabnya datar, bohong... Sebenarnya bi dam melihat lee hwa sejak tadi, ia sedang berada di salah satu kedai milik pamannya dan ia melihat lee hwa memanjat pohon dan ia sempat tersenyum melihat tingkah konyolnya, ia tak tahan dan menghampirinya

" Aa.. Ubi manis "

" Lalu.. Jika boleh saya tahu, apa yang anda lakukan disini ? Hari semakin gelap ini terlalu jauh dari rumah anda "

" Rumah ? Kau tau siapa aku ?!" Lee hwa nampak menyelidiki

" Itu... Melihat dari pakaian yang anda kenakan, anda tentu bukan berasal dari daerah di sini " bi dam nampak mencari alasan

" Aa... " Lee hwa nampak lega, strategi menutup wajahnya dengan buku seperti berhasil menutupi identitasnya

" Anda juga belum menyebutkan nama anda nona, jadi... Mana mungkin saya tau siapa anda "

" Aaa.. Kau benar.. Namaku.. Na.. Namaku.. Lee.. Lee hwa.. Memang terdengar seperti nama putri tapi aku bukan putri jadi kau tidak perlu cemas, kau bisa bicara santai denganku maksudku tidak sesantai itu hanya... " Lee hwa tak sadar jika ia mulai bicara ngawur

" Saya mengerti nona " sebuah senyum tersungging di wajah dingin bi dam

Lee hwa nampak terperangah melihat senyum itu, senyum yang tiba - tiba membuat dadanya berdebar dan ia langsung cegukan

" Hikk.. "

" Ma.. Agassi.. Anda baik - baik saja ?!"

" Hik.. Entahlah.. Hik.. Sepertinya hikk.. Aku tidak sehat hikk... Hikk "

Bi dam nampak tersenyum kembali,

" Nona... Milik anda " bi dam menyerahkan sapu tangan milik lee hwa " saya sudah mencucinya dengan bersih"

" Aa.. Hik..itu.. Hikk "

" Agassi.. Tunggu disini akan saya carikan minum " kata dayang han

" Cepatlah.. Hikk... Hikkk "

Dayang han kemudian pergi meninggalkan mereka berdua untuk mencarikan air guna menghentikan cegukan sang putri

" Sapu tangan anda nona " bi dam mengulangi ucapannya lagi

" Aa.. Hikk.. Aku.. Hikk aku lupa membawa hiikk.. Binyeo milikmu hikk "

" Binyeo ?!"

" Binyeo giok itu hiikk... Aaahh " lee hwa mulai kesal dengan cegukannya

" Agassi.. Apa kau ingin berhenti cegukan ?!"

" Tentu saja " lee hwa memegangi dadanya sambil terus cegukan

" Saya minta maaf sebelumnya nona "

" Hee ?!"

Lee hwa mengangkat kepalanya yang tertunduk namun tiba - tiba yang terjadi selanjutnya hal yang tak di sangka - sangka, bibir mereka nampak beradu bahkan bi dam sendiri nampak terkejut dengan kejadian itu, ia buru - buru menarik bibirnya dari bibir sang putri

BERSAMBUNG....

AT THAT TIME [ TAMAT ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang