PART 8

5.1K 364 0
                                    

Pemuda itu nampak memandang kearah lee hwa sambil tersenyum ketika gadis itu sedang berdoa, lee hwa membuka matanya dan memandang pemuda tadi, pemuda itu kemudian nampak memalingkan wajahnya dan memasang wajah datarnya

" ini... untuk mengusap keringatmu " lee hwa menyerahkan sapu tangannya

Pemuda itu menerimanya dan menyeka keringatnya , Pemuda itu lalu mengantarkan lee hwa kembali ke pasar tadi

Krrruuuukkkk perut lee hwa berbunyi karena lapar, lee hwa nampak memegangi perutnya agar tak berbunyi

" Aehh... Ini memalukan " gumamnya

" Apa anda lapar ?!" Tanya pemuda itu

" Aa.. Itu.. Bisakah kita memakan sesuatu sambil berjalan ? Aku sebenarnya bisa menahan lapar tapi.. Suara ini..."

" Saya mengerti, ada penjual ubi manis disana, mari nona "

Pemuda itu sangat sopan dan terlihat datar, terkadang sangat dingin

" Kakakku sangat suka ubi manis di luar is.. Aa.. Maksudku di pasar.. Uhh panas " lee hwa nampak mendekap ubi manis tersebut

" Itu sebabnya anda membeli ubi sangat banyak"

" Emm... " lee hwa mengangguk " wuahh...Ini memang lezat "

" Nona... Nonaa " dayang han nampak menghambur ke arah lee hwa " anda darimana saja, saya sangat cemas "

" Aku.. Aku mengantung lampion "

" Syukurlah anda baik - baik saja " dayang han nampak cemas

" Kalau begitu... Saya permisi " pemuda itu nampak memberi hormat dan pergi

" Hei kau " lee hwa memanggilnya

Pemuda itu berbalik

" Siapa namamu ?!"

" Aa.. Nama saya bi dam.. Choi bi dam "

" Bi dam... " Lee hwa nampak bergumam, ia kemudian setengah berteriak " maaf karena aku berteriak padamu tadi "

Pemuda itu nampak membungkuk lalu pergi begitu saja,

" Hamba rasa dia pemuda yang baik gungjo - mama "

" Emm " lee hwa mengganguk pelan, lalu tiba - tiba tersenyum

****

Lee hwa sudah berada di istana, ia sedang melepas hiasan rambutnya, Seorang dayang masuk membawakannya air untuk membasuh wajah

" Gungjo - mama, apa anda membeli hiasan rambut baru ?!" Tanya dayang han seraya menunjukkan hiasan rambut giok tersebut

" Tidak... Itu.. Ahh.. Aku ingat, itu punya bi dam "

" Bi dam ?! Pemuda yang menemani gungjo - mama mengikat lampion ?!"

" Emm " lee hwa mengangguk " akan kukembalikan padanya nanti, tapi... Dimana rumahnya ?! aku tidak tahu rumahnya, jadi bagaimana aku mengembalikannya ?!"

" Tenang saja mama, hamba akan mencari tahu, gungjo – mama "

Lee hwa mengangguk

Setelah berganti baju lee hwa menuju kediaman sang kakak membawa beberapa ubi manis yang di belinya, ia melihat siluet sang kakak dan ibu suri dari luar, lee hwa nampak berdiri di luar menunggu

" Jika anda tidak waspada, mereka mungkin akan dengan mudah mendahului anda yang mulia " samar - samar ia mendengar suara ibu suri yang terdengar menekan

" Apa kita kembali nanti saja ?!" Tanya lee hwa pada dayang han

" Sebaiknya seperti itu yang mulia "

" Baiklah... Ayo "

Lee hwa nampak menatap ke arah siluet tersebut, ia nampak menghela nafas berat, Lee hwa berbalik dan kembali ke kediamannya, lee hwa nampak duduk termenung di depan kediamannya

" Apa yang terjadi ? Aku hanya ingin kami hidup dengan damai, halma - mama dan ibu suri, apa yang mereka rencanakan " gumamnya sambil menatap langit

Lee hwa memang menyadari jika kekuatan di istana terpecah menjadi 2, sang nenek mendukung kakak pertamanya kembali menduduki posisi putra mahkota dan ibu suri yang notabene ibunda kakak keduanya, berusaha mempertahankan posisi anaknya tersebut dan diam - diam perang dingin terjadi di istana tapi lee hwa berlagak seolah semua baik - baik saja, ia tak ingin terlibat dalam bergolakan tersebut, baginya entah itu kakak pertamanya ataupun kakak keduanya, dia sangat menyayangi mereka

Setelah di rasa cukup lama lee hwa kembali ke kediaman sang kakak, putra mahkota, Saat ia datang, ibu suri nampak tengah keluar dari kediaman putra mahkota, Lee hwa nampak membungkuk memberi hormat

" Sedang apa gungjo malam - malam berkunjung ?!" Tanya ibu suri

" Hamba hanya ingin memberikan cemilan untuk ora.. Putra mahkota, yang mulia "

" Putra mahkota sepertinya sedang beristirahat, kenapa gungjo tidak kembali besok pagi saja ?!"

" Aa.. Ba.."

" Lee hwa - ya... " Panggilan putra mahkota memotong ucapannya

Ibu suri dan lee hwa nampak menoleh ke belakang, putra mahkota berjalan ke arah mereka

" Kenapa kau sangat lama? Aku sudah lapar " kata lee gu

" Itu.. Aa.. Yang mulia " lee hwa nampak tak tau harus bicara apa

Lee hwa memang nampak kikuk jika ada ibu suri di antara mereka

" Hwangsaeja... Anda harus beristirahat sekarang " kata ibu suri terdengar tegas

" Tidak apa - apa eomma - mama, ohh iya.. Bukankah eomma - mama akan pergi, baiklah... Selamat jalan " putra mahkota nampak menarik tangan lee hwa, membuat ibu suri terkejut, ibu suri nampak tak suka dengan hal tersebut

" Putra mahkota... Yang mulia " lee hwa berusaha menghentikan lee gu, lee hwa tak ingin lee gu di marahi karena dirinya lagi

Ibu suri nampak berpaling dengan kesal dan pergi

bersambung....

AT THAT TIME [ TAMAT ]Where stories live. Discover now