PART 5

5.2K 376 1
                                    

" ada apa ini ?" sebuah suara nampak menyapa mereka

Mereka semua menoleh, melihat siapa yang datang dan ternyata istri sang kakak yang datang bersama dayang istananya, sang kakak memang masih berada diistana, itu karena ibu suri agung, nenek mereka memutuskan agar mereka tetap tinggal di istana

Mereka nampak memberi hormat, melihat putri disana putri iuyoung istri sang kakak nampak memberi hormat padanya

" gungjo – mama... sedang apa anda disini ?" tanya gadis berwajah welas tersebut

" i.. itu... aku ingin bertemu dengan kakak "

Putri uiyoung nampak tersenyum " saya juga hendak menemuinya, tunggulah disini gungjo – mama, hamba akan mengatakannya pada pengeran "

Lee hwa nampak senang mendengarnya, putri dan dayang istananya masuk kedalam kediaman pangeran, sedangkan lee hwa nampak menunggu dengan harap – harap cemas, tak berapa lama seorang dayang keluar dan memberitahukan agar gungjo masuk

Lee hwa memberi hormat pada sang kakak, ia duduk tak jauh dari tempat tidur sang kakak, putri uiyong nampak dengan telaten menyuapkan obat herbal

" Orabo... Ahh.. Pangeran lee jin.. Ba.. Bagaimana kabarmu ?!" Lee hwa nampak gugup dan canggung, ini pertama kalinya ia berbicara lagi dengan sang kakak setelah sekian lama, ia tak bisa menyembunyikan rasa haru dan senangnya

" Sedang apa dia disini ?!" Suara sang kakak nampak terdengar tegas namun sangat lemah

Lee hwa nampak terkecat melihat hal itu, ia merasa kasihan dengan keadaan sang kakak, matanya nampak berkaca – kaca

" Sudahlah suamiku, dia hanya mencemaskanmu " kata putri uiyong

" Sedang apa kau disini ? Bukankah gungjo harus belajar ? Pergilah ke paviliun dan belajar " kata sang kakak yang terdengar dingin

" Aaa.. I.. Itu... " Lee hwa nampak mengeluarkan sesuatu yang sejak tadi di genggamnya " ora.. Ahh pangeran lee jin... Aku pergi ke kuil dan pendeta memberiku jimat, jimat ini.. Kuberikan pada anda"

Lee hwa mengulurkan kantong jimat kecil tersebut, putri uiyong meletakkan mangkuk obatnya dan menerima jimat tersebut, ia memandang jimat tersebut sejenak

" Aigoo... Gungjo - mama baik sekali, gungjo - mama pasti mencemaskan pangeran " kata putri uiyong seraya meletakkan jimat itu di meja

" Ka... Kalau begitu, saya permisi " lee hwa berdiri dan memberi hormat, kakinya terasa gemetar, tangannya nampak gemetar di balik bajunya

Lee hwa keluar dari kediaman sang kakak, airmatanya berjatuhan

" Gungjo - mama " dayang han nampak cemas

Lee hwa tiba - tiba terduduk di jembatan

Ia nampak terisak " orabonim... Orabonim... Orabonim "

" Mama... Gungjo - mama "

Lee hwa nampak terisak sambil memegangi dadanya yang sesak, ia kasihan melihat sang kakak yang nampak lemah dan semakin kurus

Mereka sebenarnya selalu bertemu setiap pagi untuk mengucapkan salam pagi namun sudah hampir beberapa bulan ini sang kakak selalu datang setelah lee hwa dan lee gu melakukan salam pagi jadi mereka tak bertemu kembali dan lee hwa benar – benar tidak tahu tentang keadaan sang kakak

Setelah kembali dari kediaman sang kakak, lee hwa nampak mengurung diri di kediamannya, ia nampak menyelimuti seluruh tubuhnya dengan selimut dan hanya menampakkan wajahnya, ia masih terdengar sesekali terisak

" Mama... Gungjo - mama... Kenapa anda terus menerus bersedih hati ? Mama apa anda ingin bermain sesuatu ? Bagaimana kalau kita bermain tuho.. Atau.. Mungkin putri ingin bermain seokjeon ?!"

" Aku tidak ingin melakukan apapun"

" Bagaimana dengan persiapan putri untuk melihat lampion nanti ? Putri belum memilih hiasan rambut " dayang han tak menyerah

" Aku tidak akan pergi "

" Gungjo - mama... Jangan berlarut - larut seperti ini "

" Dayang han pergilah... Aku ingin sendirian"

" Baiklah putri " dayang han nampak menatap sang putri dengan hati sedih

16 tahun dayang han mengasuh putri, dari sejak putri lahir hingga sekarang dayang han selalu menemani, dayang han sudah seperti ibu bagi lee hwa, oleh sebab itu, saat melihat lee hwa sedih hati dayang han juga ikut tersayat

Bersambung.....

AT THAT TIME [ TAMAT ]Where stories live. Discover now