PART 7

5.1K 358 5
                                    

" Hei kau " lee hwa berdiri dan menatap pemuda itu " beraninya kau menginjak tanganku "

" Nona tapi... "

" Apa kau tau aku siapa ? Lihat tanganku yang memerah ini " lee hwa nampak kesal seraya memperlihatkan tangannya

" Nona.. Tapi bukan aku yang menginjak tanganmu" pemuda itu nampak menjelaskan

Melihat keributan tersebut saudara - saudara lee hwa nampak menghampirinya

" Cepat minta maaf...!! Apa kau mau mati ? Kau tidak tahu siapa aku ? Aku adalah... "

" Lee hwa – ya " lee yang nampak memotong ucapan lee hwa

" Lee hwa ?!!" Lee hwa nampak menoleh kearah para ongju yang datang kearahnya " kakak, bagaimana bisa kau memanggilku lee hwa ?!"

" Akan kujelaskan nanti, jangan membuat keributan disini, kau tidak ingin membuat masalah dan membuat ibu suri agung tahu bukan" lee yang nampak berkata lirih padanya

Lee hwa akhirnya diam, namun wajahnya tak bisa menyembunyikan kekesalannya

" Tuan.. Ada apa sebenarnya... " tanya lee yang, namun belum selesai ia bertanya lee hwa sudah memotongnya

" Kakak.. Tidak usah bicara sopan padanya, dia bukan bangsawan , dia menginjak tanganku.. lihat " kata lee hwa seraya memperlihatkan jari - jarinya yang memerah

" Ada apa ini ?!" Seorang pemuda berpakaian bangsawan nampak mendekati mereka

" Tuan muda " pemuda itu nampak memberi hormat

" Bi dam - a... Apa yang kau lakukan disini ? Apa kau terlibat keributan ini ?!"

" Nauri... Anda tadi telah menginjak tangan nona itu " pemuda itu menjelaskan

" Benarkah ? Pantas saja aku seperti menginjak batu "

" Batu ?!" Lee hwa nampak tak terima

" Tuan... Jika anda mengakui kesalahan anda maka anda harus meminta maaf " kata lee yang

Pemuda itu nampak memandang ke arah lee yang kemudian menatap ke arah lee hwa

" Baiklah.. Aku minta maaf... Sudah selesai bukan, ayo bi dam, kita pergi " pemuda itu pergi dengan santainya

Dan sepertinya lee hwa belum puas dan masih ingin berdebat tapi lee yang mencegahnya, Lee hwa nampak cemberut, tangannya nampak di kompres air dingin oleh dayang han

" Mama... Apa masih sakit ?!" Tanya dayang han

" Emm " lee hwa mengangguk pelan" tanganku sangat sakit, aku tidak akan bisa menulis harapanku "

Lee hwa nampak kecewa

" Hamba akan menuliskannya untuk anda gungjo " kata dayang han

Lee hwa tersenyum, lee hwa menjelaskan tentang harapannya dan dayang han menulisnya, dayang han sangat tersentuh dengan harapan sang putri yang sedang di tulisnya

" Anda tinggal mengantungkannya gungjo - mama "

" Tapi... Dimana ada tempat yang tinggi ya ?!" Gumam lee hwa

" Hee ?!"

" Ahh tidak, dayang han aku lapar, belikan aku sesuatu "

" Tunggu sebentar, saya akan membelikan anda makanan "

Lee hwa nampak duduk sendirian sambil sesekali meniup - niup tangannya yang terasa sakit

" Nona.. "

Lee hwa nampak terperanjat terkejut karena panggilan yang tiba - tiba tersebut

" Haah.. Kenapa kau mengagetiku, ada apa ?!"

Pemuda yang di kira menginjak tangannya tadi berdiri di sampingnya

" Tuan muda saya menyuruh saya memberikan obat ini untuk anda " pemuda itu menjulurkan sebuah kotak

Lee hwa menerimanya " baiklah.. Terima kasih, tapi kenapa tidak orang itu sendiri yang memberikannya, bukankah ini salahnya, lihat "

" tuan muda sangat menyesal nona, Kalau begitu.. Saya permisi " pemuda itu berbalik hendak pergi

" Hei kau " lee hwa memanggilnya dan pemuda itu berbalik kembali

" Apa kau tau dimana tempat yang paling tinggi untuk mengikat lampion ?!"

" Hee ?!" pemuda itu nampak binggung

Mereka berdua lalu berjalan menuju ke kaki gunung, disana ada sebuah pohon yang menjulang tinggi

" Wuahh... Tapi aku tidak bisa memanjat " lee hwa melihat pohon itu bagai tak berujung

" Saya bisa memanjat untuk anda "

" Baiklah... Lakukan " lee hwa menyerahkan lampionnya pada pemuda itu " berikan pedangmu, aku akan membawakannya "

Pemuda itu menyerahkan pedangnya

"Ogg.. Ini juga " lee hwa mengambil tusuk rambut giok yang terselip di ikat pinggang pemuda itu, pemuda itu hanya melihat lee hwa mencabutnya tanpa bicara apapun

" Kau akan tertusuk nanti saat memanjat dengan ini menyelip disitu, naiklah " kata lee hwa seraya menancapkan tusuk rambut itu di rambutnya

Pemuda itu memanjat sangat tinggi, tak lama kemudian pemuda itu turun

Lee hwa nampak merapatkan tangannya dan berdo'a

" Semoga dewa melihatnya dan mengabulkan do'aku " gumamnya

Pemuda itu nampak memandang kearah lee hwa sambil tersenyum ketika gadis itu sedang berdoa, lee hwa membuka matanya dan memandang pemuda tadi, pemuda itu kemudian nampak memalingkan wajahnya dan memasang wajah datarnya

Pemuda itu nampak memandang kearah lee hwa sambil tersenyum ketika gadis itu sedang berdoa, lee hwa membuka matanya dan memandang pemuda tadi, pemuda itu kemudian nampak memalingkan wajahnya dan memasang wajah datarnya

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

BERSAMBUNG......

AT THAT TIME [ TAMAT ]Where stories live. Discover now