Chapter 2

97.1K 5K 28
                                    

Lucius Bert Valderbilt biasa di panggil Luke Tengah berdiri menyendiri disisi pojok aula menikmati sampanye miliknya walaupun minuman itu sedikitpun tidak dapat membuatnya mabuk karena ras Vampire tidak terpengaruh dengan segala jenis alkohol.

Luke memperhatikan dengan seksama seluruh tamu undangan menari dialun-alun, banyak gadis berbisik-bisik dan terkikik manis namun pandangan mereka sekali-sekali menatap Luke. Tentu saja Luke menyadari itu.

Diam-diam Luke hanya tersenyum kecil melihat para gadis berbisik-bisik membicarakannya dari kejauhan, bagi Luke ini adalah hal yang menyenangkan karena dirinya sudah terbiasa dengan tatapan memuja dari para gadis. Luke dikenal sebagai Playboy dikalangan para bangsawan Vampire.

Tentu saja bukan hanya karena gelarnya sebagai Playboy dikalangan ras-nya. Tapi juga karena Luke memang memiliki mata semerah darah yang mampu membuat seluruh gadis luluh dalam tatapannya, tubuh atletis dan rambut lebat berwarna hitam kelam sehingga membuat Luke tidak pernah menyangkal gelar playboy karena Luke menyukai panggilan itu.

"Luke... Kau tidak bersenang-senang dengan mereka?" Tanya seorang pria berdiri disampingnya sambil tersenyum manis kepadanya, Tangannya menggengam gelas berisi Sampanye yang sama dengan Luke, Luke menatapnya dan balas tersenyum ramah kepadanya.

"Tidak.. Terima kasih atas ajakanmu Collin.." Jelas Luke cepat menolak ajakan sepupunya, Collin hanya menatap remeh Luke. karena Collin merasa sungguh asing mendengar perkataan itu keluar dari mulut Luke.

Biasanya Luke akan membawa dua atau tiga gadis bersama dengannya karena Luke berbeda dengan sepupunya yang lain, ke tiga sepupunya sama sepertinya Sopan, mematuhi peraturan dan Tenang namun tidak seperti halnya Luke, Sepupu satu-satunya yang berbeda dengan sepupunya yang lain kesan Liar yang dibuat Luke merupakan ciri khas yang bisa digambarkan Collin padanya.

"Apa kau bosan dengan acara ini??" Tanya Collin mengingat Luke telat hadir saat Aldrich kakek mereka memperkenalkan mereka kepada para tamu undangan dan hanya Luke saja yang tidak dikenalkan.

Luke menatapnya dengan pandangan kosong "Tidak.." Gumamnya cepat menjawab pertanyaan Collin, Luke merasa dirinya sedang tidak ingin berbicara dan Collin menyadari hal itu.

Collin hanya menghela nafasnya, mengerti maksud Luke sehingga ia ikut menikmati pemandangan yang dilihat Luke sedari tadi.

"Kau tahu Collin, Aku mulai merasa hidup ini membosankan.." Gumam Luke untuk pertama kalinya membuka topik pembicaraan. Collin menatapnya dengan hati-hati.

"Ya, tentu saja... hanya orang bodoh yang akan berkata hidup itu indah kalau mereka harus hidup dengan melakukan hal yang sama terus-menerus selama bertahun-tahun" Jawab Collin tenang namun pandangannya masih terus menatap Luke yang terdiam menatap kealun-alun dengan pandangan kosong. "Tapi, berbeda jika kau memiliki sesuatu yang bisa membuatmu merasa hidup itu menyenangkan" Jelas Collin tenang sambil meneguk sampanyenya dengan perlahan.

Luke berpaling menatapnya, ia tidak paham dengan yang Collin katakan. ia merasa dirinya sudah memiliki apapun yang ada didunia ini. Gadis, Kekayaan, Ketenaran dan ketampanan sudah dimiliki olehnya namun tetap dirinya tidak merasa kalau hidup itu menyenangkan.

"Maksudmu.." Tanya Luke hati-hati, Collin berhenti memutar Sampanye yang ada didalam gelasnya dan tersenyum.

"Nanti kau akan mengerti Luke sayang.. jika kau sudah bertemu dengannya.." Jelas Collin sedikit terkekeh kecil melihat Luke yang kebingungan dengan perkataannya.

***

Roslyn.. masih berdiri terdiam menatap pintu Aula yang berada tepat didepannya, Ia tidak Yakin dengan rencana yang ayahnya perintahkan, sudah hampir satu jam ia berdiri didepan aula bersembunyi ditiang-tiang pilar Kastil menyembunyikan dirinya yang bertubuh ramping dari para Vampire yang ada didalam Aula, Rose tahu kalau hal itu sangat sia-sia jika diingat ras vampire mempunyai penciuman yang tajam namun baginya bersembunyi di tiang-tiang pilar kastil sudah cukup membuat Rose sedikit tenang.

"Apa yang harus kulakukan??" Gumam Rose menggigit bibirnya dengan perlahan, memikirkan perkataan Peter ayahnya dengan kuat namun dirinya takut dengan resikonya. Ia adalah manusia tidak mungkin para Vampire itu tidak menyadari keberadaannya, Pikir Rose berulang kali.

Rose mengambil sebuah botol cairan berwarna Hijau yang diberikan oleh Peter padanya, Rose menatapnya dengan lekat tangannya sedikit gemetar menggenggam botol itu. Namun Peter ayahnya menyuruhnya memakai cairan itu sebelum dirinya masuk kedalam aula.

Rose mencoba berusaha membuka botol kecil itu dengan penuh usaha mengingat seluruh tangannya bergetar kencang dan menuangkannya ditangan, Cairan itu terasa dingin di telapak tangannya, Rose tidak tahu cairan apa yang diberikan Peter padanya namun yang ia tahu cairan itu bisa menyembunyikan hawa manusia yang dimilikinya dari para Vampire.

"Aku tidak yakin dengan cairan ini..." Gumam Rose pada diri sendiri terus menatap cairan yang ada ditelapak tangannya. namun ia harus mengenakannya, Peter Ayahnya sudah menunggunya diperkarangan belakang Kastil.

Rose meletakkan cairan itu dilehernya, Cairan itu memberikan kesan bau yang sangat kuat dan Rose berani bersumpah kalau cairan itu ingin membuatnya muntah. namun ia menahannya, Ia yakin dirinya bisa menahan bau itu untuk sedikit lama.

Rose menghela nafasnya mempersiapkan dirinya masuk melangkah kedalam kastil setelah ia kembali mengenakan sarung tangannya kembali, ia merasakan jantungnya berdebar dengan cepat seakan-akan dirinya sedang menunggu hukuman mati.

## Hey Reader.. Maaf baru Update kembali setelah Hiatus agak lama, Maklum sibuk kerja (Emangnya artis sibuk terus) #Dilempar sepatu sama para Reader. >.< Tapi tenang sekarang saya sudah mulai update lagi jadi jangan lupa ikutin trus crita Vanderbilt Story ya..

# Ah, bagi pecinta cerita Horror saya rekomen untuk baca Creepypasta (salah satu alasan Hiatus gegara keasyikan baca Creepypasta) hahaha...

Duke In Love (Completed)Where stories live. Discover now