Chapter 15

42K 2.3K 5
                                    

Happy Reading all and Don't Forget to Vote this Chapter.. Thank you.. :D

Rose berani bersumpah, ibunya tidak pernah memperlakukan dirinya seperti ini, entah apa yang membuat ibunya bersikap dingin dengannya.

Rose terdiam sambil menghela nafasnya menatap kearah jendela melihat ibunya sedang sibuk mengurus kebun milik mereka.

"Marie, aku berhasil membawa buruanku" gumam Peter yang baru saja tiba sambil membawa bangkai rusa hasil dari buruannya.

Marie tidak menatapnya sedikitpun, ia masih terus mengurus kebunnya terlihat jelas Peter sedikit tersinggung dengan sikap Marie kepadanya sedangkan Rose hanya terdiam membisu didalam kamarnya menatap ayah dan ibunya lewat jendela kamarnya.

"Sebenarnya apa salahku?" Teriak Peter sedikit kesal dengan sikap Marie.

Marie memalingkan wajahnya menatap Peter dengan tatapan sinis, "kau bertanya apa salahmu?" Gumam Marie dengan suara sangat pelan seakan wanita itu menahan amarahnya.

Peter mendengus seakan meremehkan semua perkataan Marie.

"Ya, apa salahku? Aku bahkan tidak merasa melakukan kesalahan yang pantas untuk membuatmu marah" gumam Peter menatap Marie dengan emosi tenang, dan Rose berani bersumpah bahwa ibunya terlihat sangat marah mendengar perkataan yang Peter lontarkan padanya.

"..ka..kau.. kau bahkan tidak menyadari apa kesalahanmu, demi Tuhan Peter!" Teriak Marie tidak sanggup berbicara lagi, ia sudah sangat dibatas kesabaran.

"Aku tidak akan tahu apa kesalahanku kalau kau tidak memberitahukannya padaku Marie!"

"Kau lihat Rose" tanya Marie sambil menunjuk kearah kamar Rose, tentu saja Rose sudah menyembunyikan dirinya dari pandangan mereka berdua.

Peter hanya terdiam menatap Marie, ia tahu yang Marie Ingin katakan padanya.

"Well, Rose yang mengajukan dirinya untuk ikut berburu dan aku memberikannya pekerjaan.." Gumam Peter tenang seakan semua yang ia lakukan adalah benar.

"Baiklah.." Gumam Marie pelan kemudian pergi meninggalkan Peter yang masih terdiam menatapnya.

"Ma..Marie??"

Marie memalingkan wajahnya menatap Peter "Tidak ada yang harus aku bicarakan lagi padamu" jelasnya tegas kemudian benar-benar pergi meninggalkan Peter sendirian.

Peter melempar hasil buruannya, terlihat jelas kalau ia sangat marah dengan sikap Marie padanya.

***

Luke duduk diatas kursi belajar Solfie dan menurut Luke kursi dan meja yang berada dikamar anak-anak sangatlah sempit bahkan terlihat jelas jika kursi itu terlihat rapuh ketika Luke mendudukinya.

"Apa yang kau baca?" Tanya Luke ketika ia melihat Solfie terlihat sedang berkonsentrasi dalam buku yang ada didepannya.

Solfie melirik Luke sebentar sambil membalik bukunya agar terlihat oleh Luke sampul depan buku itu.

"Hanya cerita membosankan dengan menggunakan bahasa prancis" jelas Solfie cepat sambil menatap Luke yang sedang terkekeh kecil mendengarnya berbicara.

Luke merasakan seluruh wajahnya terasa kaku ketika ia tertawa karena sudah hampir sebulan dirinya tidak pernah tersenyum.

Luke mengangkat alisnya kembali sambil menatap Solfie "Dan kau...apakah bisa membaca buku membosankan itu?"

Solfie membuka mulutnya dengan lebar ketika ia mendengar ucapan dari Luke terlihat jelas kalau Solfie tidak begitu menguasai buku itu.

"Well, Aku sedang berusaha" bela Solfie pada dirinya sendiri dan membuat Luke kembali terkekeh mendengar perkataan adik perempuanya.

Luke mengakui perkataan Ibunya ada benar mengenai anak-anak dapat menghilangkan stress dan sekarang Luke merasa sedikit tenang.

"Mau aku ajarkan padamu?"

"Tidak, Governess sudah mengajariku hanya saja banyak kosakata yang tidak aku mengerti" Jelas Solfie cepat, Luke menganggukkan kepalanya kemudian berpaling menatap kearah pintu ketika ia mendengar suara ketukan dari luar.

"Permisi Sir, ada surat untuk anda" Jelas Gregory membawa sebuah nampan dengan sepucuk surat dan pisau pembuka surat didalam nampan itu.

Luke hanya menganggukkan kepalanya ketika Gregory menyerahkan surat dan pisau itu padanya.

"Trim's" Gumam Luke kepada Gregory sambil mengambil surat itu dan membaca nama pengirimnya, Solfie juga memperhatikan nama pengirim surat itu.

Gregory menganggukan kepalanya dan memberi hormat untuk memundurkan dirinya kemudian pergi meninggalkan Luke dan Solfie diruang anak-anak.

"Alex mengirimi surat" gumam Luke sambil membalik surat alex dari gengamannnya kemudian memotong Lilin yang merekat diatas surat itu.

Solfie bangkit dan berdiri disamping Luke untuk ikut membaca surat dari Alex ketika ia melihat Luke sudah membuka isi surat.

- Lucius Beth Vanderbilt-

Aku sudah membaca surat darimu sebelumnya dan aku juga mencoba mencari tahu dari semua temanku yang tinggal di Cambrige, seperti yang kau katakan Luke, para pemburu disana memiliki senjata untuk merayu kita para Vampire. Aku sungguh kurang jelas bagaimana cara mereka memikat Ras kita tapi semua teman-temanku hanya berkata wangian, sama seperti yang kau katakan disurat sebelumnya. Aku harap surat ini bisa menjelaskan semua keraguanmu.

- Alexio Beth Vanderbilt -

Luke terdiam menatap surat yang Alex berikan padanya. Wangian? Batin Luke masih menatap surat yang berada digenggamannya.

"Wangian seperti apa yang Alex katakan?" Tanya Solfie menatap surat Alex kemudian menatap Luke yang terlihat bingung.

Bahkan Luke juga tidak paham dengan apa yang Alex maksudkan. Collin juga mengucapkan kata-kata yang sama dengan surat yang Alex berikan kepadanya.

"Aku bahkan tidak tahu apa yang ia maksud" Jelas Luke cepat dan membuat Solfie beranjak dari tempatnya berdiri untuk kembali duduk ketempatnya semula.

"Surat yang membosankan" Jelas Solfie kembali membaca buku cerita berbahasa prancis milikinya. Luke hanya terdiam menatap Solfie namun dalam pikirannya terus tergiang kata-kata Wangian yang ditulis Alex disuratnya.

#haii Reader, maaf ya baru Update sekarang.. dan aku mau berterima kasih karena berkat kalian Duke In Love masuk Pringkat 24 Genre Vampire. Banzaii!!!

#bagi yang sudah Follow dan Vote terima kasih untuk semuanya. I Love u all..

- Ai_Yaotome -

Duke In Love (Completed)Where stories live. Discover now