(30) Luhan-Xiumin-Jongin

3.1K 420 23
                                    

     Ketegangan menyelimuti suasana Luhan dan Jongin yang berdiri saling berhadapan di dekat jendela ruang rawat Luna. Mata mereka saling mengikat, Jongin yang masih kesal dengan sepupu berdarah China-nya itu melipat tangan di depan dada sambil menyenderkan bahu kanannya di tembok sebelah jendela. Matanya menatap tajam menusuk pupil Luhan yang malah  menatap kosong Jongin.

"Lunasi hutang penjelasanmu padaku sekarang, hyung." Pinta Jongin dengan ketus.

Luhan yang tersadar dari lamunan jauhnya menghela nafas panjang, kedua telapak tangannya  ia masukkan ke dalam saku celana jeans yang ia pakai. Dihadapkan tubuhnya dengan jendela yang menampakkan suasana taman tempat mereka berada, tadi.

Luhan berdehem sebentar lalu berujar, "tanyakan apa yang ingin kau tanyatakan. Semuanya akan aku jawab."

"Apa hubunganmu dengan Luna noona?" Tanya Jongin cepat. Dia sangat penasaran apa yang terjadi antara kedua orang yang baru saja bertemu itu. Terlebih, dihatinya ada rasa khawatir bahwa Luna akan menyukai Luhan yang notabene-nya lebih tampan daripada Jongin. Konyol memang, tapi Jongin tak bisa menghapus rasa khawatir itu. Dipikirannya, Xiumin dan suami Luna saja belum bisa ia langkahi apalagi ditambah Luhan. Apalah jadinya Jongin?

Luhan tersenyum getir, rasanya sakit sekali jika harus diceritakan, tapi ia juga harus jujur kepada Jongin. "Kami adalah sepasang kekasih saat masih berada di bangku Senior High School. 3 tahun. Hubungan kami akhirnya tandas karena aku harus menuruti orang tuaku untuk kembali ke China."

Jongin membulatkan matanya, dengan spontan tubuhnya menegak. "Kau serius?! Jadi dia wanita yang kau cari selama di Korea ini?!" Luhan menanggapi Jongin dengan anggukan pelan. Posisinya masih sama, menghadap jendela sedangkan Jongin yang berdiri beberapa langkah di sebelah kanan Luhan mematung.

"Dia wanita yang membuatku hampir gila." Luhan tak menyadari bahwa dengan mengucap kalimat itu, ada hati yang teremas-remas.

"Kau sudah tahu 'kan?" Luhan memutar badannya menghadap Jongin yang masih mematung. Tatapannya kosong. Saraf-sarafnya bagai tak bekerja dengan baik sekarang.

"Jongin?" Luhan menepuk pundak Jongin mencoba menyadarkan lelaki yang lebih tinggi darinya itu. "Oh?" Jongin tersadar dengan wajah bingungnya.

"Kenapa?" Tanya Luhan setelah menarik tangannya dari pundak Jongin.

"Tidak apa-apa." Jawab Jongin dengan gugup.

Astaga Tuhan, aku harus bersaing kembali dengan satu pria? Batin Jongin memelas sedih. Kenapa Luna begitu mengagumkan seperti ini? Sampai-sampai banyak pria yang memperebutkan hatinya.

"Sekarang kau harus jelaskan padaku, kenapa bisa Luna ada disini?"

Jongin diam mencerna pertanyaan Luhan. Di liriknya sekilas ranjang rawat yang diatasnya terbaring gadis cantik menampakkan wajah tenang dalam kedamaian tidurnya.

Kini Jonginlah yang menghela nafas beratnya, "empat bulan yang lalu Luna noona mengalami kecelakaan parah, hal itu membuatnya harus koma selama beberapa bulan. Dia baru saja bangun dan dokter bilang dia mengalami Amnesia Episodik Sporadis. Hilangnya ingatan tentang seseorang atau suatu kejadian tertentu. Mungkin saja bagianmu juga ikut hilang." Jelas Jongin membuat Luhan tersenyum getir.

"Baguslah kalau dia melupakan bagianku."

Jongin mengerutkan keningnya heran, "kenapa kau bersyukur? Seharusnya kau sedih." Tutur Jongin.

"Bagianku dalam memorinya terlalu menyakitkan untuk diingat."

"Kau kan ingin mendapatkannya kembali, bagaimana caranya kalau dia saja tidak mengingatmu."

Fate Desultory [Baekhyun Fanfiction-COMPLETED✅]Where stories live. Discover now