(39) Primary Key

3K 370 0
                                    

        Setelah dilihatnya Luhan keluar dengan mata yang memerah menahan tangis, Jongin bergegas masuk dan menempatkan diri disebelah Luna yang duduk bersender di kasur sambil menonton televisi. "Kau baik-baik saja noona?" Tanya Jongin penuh hati-hati.

"Ingatanmu... sudah kembali seutuhnya?" Luna hanya mengangguk tanpa berniat mengeluarkan suaranya.

"Kau masih mengingatku, 'kan?" Luna menghela nafasnya panjang, ada rasa sedikit kesal saat pria Kim disebelahnya ini melontarkan pertanyaan bertubi-tubi. Ditolehkan kepalanya lalu tersenyum selebar mungkin kepada Jongin. "Kim Jongin, mahasiswa semester satu Kyunghee university, sahabat adik tertuaku Choi Rara, pemberi coat musim dingin dihari ulang tahunku dan seseorang yang merawatku bersama Hayeon saat aku sakit." Jongin tersenyum simpul mendengar rentetan kata yang keluar dari bibir Luna.

"Aku tak akan kehilangan ingatanku hanya karena ingatan lain kembali." Tuturnya kembali mengalihkan pandangan kepada televisi yang menampilkan komedi drama yang bagi Luna sama sekali tak lucu, atau mungkin selera humor Luna yang sedikit jelek.

"Kematianku dimanipulasi, 'kan?" Suara Luna membuat Jongin menoleh cepat. Dia terkejut, secara tiba-tiba Luna menanyakan hal itu.

"Aku tahu keselamatanku sudah terancam."

"Xiumin hyung dan Hayeon noona berusaha keras untuk melindungimu, jangan khawatirkan apapun."

Luna menoleh menyatukan manik matanya kepada mata Jongin. Ini beda. Tatapan Luna sebelum ingatannya utuh sangat lembut dan manja, terkadang juga kekanakan. Namun, sekarang? Ini benar-benar berbeda dari sebelumnya. Tatapan penuh kekuatan dan ketegaran ada disana. Harapan yang besar untuk menyelesaikan penderitaan ini tersirat tanpa ada orang yang mengerti seutuhnya.

"Aku tahu semua yang kualami saling terikat satu sama lain, sejujurnya ingin sekali aku bergabung untuk memecah segala kemuakan ini bersama Xiumin oppa dan Hayeon eonni. Tapi, mengingat aku adalah target utama kemurkaan ayah Baekhyun dan Je Seok, mereka berdua tak akan pernah mengizinkanku untuk ikut campur."

"Kau memang seharusnya tak mencampuri mereka. Keselamatanmu adalah tujuan utama mereka."

"Tapi aku tak bisa membuat mereka meregang nyawa hanya karena melindungi aku."

"Noona, kau tahu seberapa cintanya Xiumin hyung padamu? Dia rela mempertaruhkan nyawanya untukmu dan kau dengan egois ingin ikut campur lalu menghancurkan semua pertahanan mereka? Kau tak akan mengerti menjadi mereka."

"Aku bukannya tak mengerti, jika kau berada di posisiku, kau pasti mengerti kenapa aku ingin bergabung."

"Kau hanya perlu berdiam disini dan berdoa, mereka bisa menyelesaikan misinya dengan selamat."

Luna menghela nafasnya panjang. "Jongin," pria yang namanya dipanggil itu hanya berdehem pelan karena kini mata mereka telah terlepas satu sama lain, pria itu mengalihkan pandangannya kepada ponsel yang sedari tadi sibuk ia mainkan.

"Maukah membantu aku mencari tahu akar masalahnya?" Mata Jongin melotot, tangannya yang mengetik beberapa kalimat untuk ia kirimkan kepada Luhan terhenti sesegera mungkin ditolehkan kepalanya menghadap Luna. "Gila!" Umpat Jongin.

"Atau setidaknya tolong katakan pada Xiumin dan Hayeon untuk mengizinkanku membantu mereka dari balik layar. Aku berjanji tak akan keluar, aku hanya ingin mengupas kejanggalan kasus ini."

Jongin terdiam. Ia berpikir sejenak.

"Permintaanmu disetujui, nona!" Tidak. Bukan Jongin yang berkata seperti itu. Keduanya menoleh kearah pintu kamar Luna dan mendapati Hayeon berdiri sambil bersedekap dengan Xiumin yang mengekor dibelakang.

Fate Desultory [Baekhyun Fanfiction-COMPLETED✅]Where stories live. Discover now