Part 11 {Hari Baik dan Hari buruk}

76.1K 3.8K 19
                                    

Aidan memasuki Sunshine Resto diikuti Salli di belakangnya. Siang ini Aidan akan menemui kliennya yang berasal dari Jakarta, untuk membahas mengenai kerjasama yang akan mereka lakukan untuk membangun Apartement baru di Singapura.

"Hey Rev" Aidan menyapa pria yang sudah lebih dulu sampai. Mereka lantas berjabat tangan kemudian ikut duduk bersama

"Siapa?" tanya orang itu, Revan. kepada wanita yang mengikuti Aidan

"Oh, dia Asisten gue" Aidan menyahut enteng. Revan mengangguk kemudian menjabat tangan Salli.

"Salli"

"Revan"

Tiba-tiba pelayan datang, mereka lantas memesan makanan terlebih dahulu. Setelah selesai mereka kembali berbincang

"Gimana kabar lo?" tanya Aidan pada Revan.

"Cukup baik" Jawabnya

Aidan mengangguk

"Sorry waktu pernikahan lo gue nggak bisa datang" Aidan berujar lagi, Revan manggut-manggut

"No problem"

Tak lama kemudian Pelayan tiba, dan membawa pesanan mereka. Aidan memilih puding susu dan juga secangkir kopi Robusta. Revan memesan Taco Salad juga lime juice sedangkan Salli hanya memesan mix fruit juice.

"Jadi gimana? Lo setuju sama penawaran gue?" Revan berujar datar setelah selesai memghabiskan Taco salad-nya

Aidan mengangguk. Tentu saja ia setuju. Klien nya ini benar-benar mampu mendatangkan profit berlebih untuk perusahaannya, tak ada alasan lain selain menerimanya dengan tangan terbuka.

"Kalau boleh tau apa alasan lo milih Singapura sebagai target baru lo?" Aidan berujar lagi. Tentu ia penasaran alasan pria itu mengajaknya bekerjasama untuk pembangunan proyek Apartement di daerah kekuasaannya ini, Singapura.

"Gue rasa Singapura adalah tempat yang sangat strategis. Lagipula pertumbuhan ekonominya begitu kuat. Gue rasa jika kerjasama ini berhasil maka keuntungan yang sangat besar bisa kita raih. Lagian harga tanah disini juga sangat mahal dan gue yakin para penduduk atau pendatang bakalan memilih Apartement untuk ditinggali dibandingkan membeli rumah ataupun menginap dihotel"

Aidan mengangguk mendengar alasan logis kliennya ini. Tak salah ia menyetujui kontrak besar ini. Karena yang ia tau Revan ini juga tak kalah ambisius dengan dirinya. Ia juga bukan seseorang yang mudah dibodohi. Sikap dinginnya juga sudah terkenal dikalangan pembisnis. Jadi jangan berharap pembisnis bodoh diluaran sana ingin menipunya kalau tidak mau perusahaannya hancur berkeping-keping di tangan Revan

"Oke gue terima alasan lo"

Revan tersenyum simpul.

Setelahnya mereka langsung terlibat obrolan lain seputar kehidupan masing-masing.

🥀🥀🥀

Aidan memasuki halaman rumah dengan tenang. Tak perduli nantinya berbagai pertanyaan muncul dan membuatnya sedikit pusing. Sudah tentu bukan pertanyaan mengenai pernikahan, karena tak satupun orang yang tau perihal pernikahan rahasia itu termasuk keluarganya.

Setelah berjalan masuk, ia langsung menghampiri letak ruang keluarga. Disana terlihat Papa dan Mama yang sedang asik bersantai berdua.

"Pa..Ma.." ujarnya menyapa.

Sontak keduanya menoleh dan tersenyum memandang anak laki-laki  satu-satunya itu.

"Akhirnya kamu datang my Son"

Aidan berdecih tak suka mendengar ucapan Papanya.

My Son?

Aidan pikir ia bukan lagi anak -anak yang bisa di panggil seperti itu.

Bukan ZONK! Where stories live. Discover now