Part 37 {Detak}

64.2K 3.1K 18
                                    

"TAPI AKU HAMIL, AI !" Teriak Abel kencang, membungkam bibir pria dihadapannya.

Abel memandang Aidan lekat, seolah menyalurkan harapan yang sangat besar agar pria dihadapannya ini percaya omongannya.

Namun sepertinya Abel salah. Bahkan pria dihadapannya kini seolah mencela pandangan lirih itu. Ia menahan tawa, dan sedetik kemudian....

"BWAHAAA!!" Tawa Aidan pecah seketika, pria itu terbahak mendengar ucapan Abel. Seraya memegangi perutnya yang terasa geli

Apa dia bilang? Hamil?
Cih! dasar Drama queen!

Tentu saja dia hamil, tapi sayang semua itu palsu!

Hah! Aidan benar-benar tak mengerti jalan pikiran wanita itu! Bagaimana bisa ia benar-benar percaya kalau dirinya sedang hamil sekarang?

Sudah tentu semua itu palsu!
Apa hanya karena Aidan yang menyuruhnya berpura-pura lantas wanita itu benar-benar menganggap semuanya nyata?

"Jangan berkata hal yang mustahil!" sinis Aidan menatap remeh Abel. Dilihatnya mata wanita itu berkaca-kaca. Ya.. Sepertinya sebentar lagi drama bakalan dimulai

"Aku jujur Ai..."

Aidan terkekeh. Pria itu bersidekap. Memandang Abel dari ujung kepala hingga kaki. Kemudian pandangannya bertumpu pada satu titik. Yakni perut Abel yang terlihat membuncit.

"Kau memang pintar menipu Bel. Apa yang kau gunakan hingga tonjolan itu terlihat nyata?" tanya Aidan memandang perut Abel dengan seksama.

Ia benar-benar tak mengira bahwa wanita itu memang ahli dalam menipu siapapun! Aidan yakin, jika orang lain yang melihat perut Abel itu pasti semuanya akan mengira kalau wanita itu benar-benar hamil! Semuanya benar-benar nampak nyata!

"Harusnya kau tak perlu bersusah payah membuatnya senyata itu" ujar Aidan menatap Abel yang tertunduk dalam

"Tapi aku benar-benar salut atas semua aktingmu itu! Kau benar-benar berbakat dalam hal menipu!"

Ya...Aidan tau, jika selama ini Abel tak melepaskan 'buntelan' tersebut dari perutnya. Meski tidurpun Abel tetap menggunakan 'buntelan' itu, entah apa isinya. Setiap bulan Aidan tentu mengamati perubahan tubuh Abel, terlebih badan wanita itu yang setiap bulannya makin berisi. Juga ukuran perutnya yang makin membesar

"Ehm.. Tuan... Maaf sepertinya saya harus membawa Nona istirahat sekarang"

Emin mengambil Alih suasana mencekam tersebut. Ia sungguh tak tega jika 'Nyonya-nya' semakin disudutkan seperti ini. Emin bisa apa? Selain membantu menjauhkan Abel dari Aidan yang tengah murka. Tak mungkin ia menyela setiap perkataan Aidan bukan?

"Ayo Non" ajak Emin seraya merengkuh tubuh Abel. Membawanya menjauh dari kedua orang yang mungkin saat ini ikut Emin benci.

🥀🥀🥀

Emin kembali menatap sendu Abel yang kembali diam seperti sebelumnya. Kali ini wanita itu hanya memandang datar pantulan dirinya dicermin. Tak ada ekspresi apapun disana. Emin tak tau apa yang tengah dirasakan 'majikan-nya' itu. Tapi, sungguh Emin tak tega menatap wanita itu dalam keadaan seperti ini!

"Sudah Non. Sebaiknya sekarang Nona tidur saja ya..." bujuk Emin  sembari memegang kedua pundak Abel dari arah belakang wanita itu

Abel tak bergeming, wanita itu masih diam

Emin berpikir keras. Apa yang harus ia lakukan sekarang? Bahkan membujuk Abel makan setelah kejadian tadi pun Abel sama sekali tak mau. Ya! Tentu ini salah Emin juga. Harusnya sebelum menawarkan pada Abel, dirinya harus menyimpan sup itu terlebih dulu dari jangkauan siapapun. Sekarang Emin tak bisa mempersalahkan Atheya yang dengan seenaknya saja memakan masakan buatan Emin untuk Abel.

Bukan ZONK! Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang