Part 29 {Apa yang terjadi?}

65K 3K 16
                                    

Hari demi hari berlalu. Meskipun awalnya Abel sangat sulit menyesuaikan dirinya dengan pekerjaan yang dilakoninya. Toh sekarang ia sudah sangat terbiasa akan hal itu. Mencuci hingga ratusan piring lebih setiap harinya membuatnya benar-benar tersadar akan 'realitas' hidup orang orang disekelilingnya.

Ternyata sangat tidak mudah hidup dalam kesusahan seperti ini. Semua serba kekurangan dengan rezeki yang terkadang tak menentu. Ya....setidaknya Abel sedikit beruntung dari pada orang-orang itu, untuk makan dan tempat tinggal ia tak perlu mengeluarkan uang banyak. Semua sudah tersedia berkat 'Suaminya' yang sampai saat ini tak kunjung menemuinya.

Sebulan lebih setelah Abel dinyatakan diterima bekerja di Restoran padang tersebut, selama itu pula Aidan tak sekalipun menghubunginya. Bahkan menelepon atau sekedar mengirim pesan pun, pria itu tak melakukannya sama sekali. Aidan benar-benar Acuh dengan kehadirannya.

Tapi Abel tentu tak perduli dengannya, mau setahun pun Aidan menyuruhnya tinggal disini, Abel tentu lebih senang dibandingkan tinggal dengan pria angkuh yang selalu merendahkannya.

Abel juga sedikit lega, setidaknya Abel tak sendiri disini. Masih ada Emin yang selalu menemaninya. Wanita itu juga yang pada akhirnya menyetujui keinginan Abel untuk bekerja tanpa melaporkannya pada Aidan.

Piring terakhir selesai Abel bersihkan. Setelah ini mungkin ia akan langsung kembali ke Hotel tempatnya menginap. Diliriknya Jam yang tegantung didinding menunjukkan pukul 11 malam. Semua karyawan bersiap untuk pulang, tak terkecuali Abel. Sekarang ia benar-benar kelelahan, kondisi restoran yang sibuk sejak pagi karena Weekend membuat tenaganya terkuras habis. Untung saja besok hari minggu dan jadwal Abel hanya setengah hari.

"Saya permisi dulu pak" ujar Abel pada seorang Pria pemilik Restoran. Namanya Odang, pria asli padang yang sangat ramah. Tak hanya itu ternyata pria itu memiliki kembaran yang serupa dengannya namanya Oding, Abel baru mengetahui fakta tersebut setelah seminggu bekerja ditempat ini.

"Sepertinya kamu terlihat pucat. Apa kamu mau saya antar hingga sampai?" tanya pria itu, Odang

Abel tersenyum seraya menggeleng. Tentunya ia tak mau kalau pria ini sampai tau dimana tempat tinggalnya. Mungkin saja setelah melihat dengan mata kepalanya sendiri tempat tinggalnya itu, bukan tidak mungkin kalau Abel langsung dipecat bukan? Mengingat tempat yang Abel tinggali itu Hotel bintang lima?

"Tidak usah pak, tapi terima kasih atas pertolongannya" sahut Abel sambil tersenyum. Pria itu mengangguk seraya mempersilahkan Abel untuk pulang.

🥀🥀🥀

Sejak pertemuannya dengan Revan, selama itu pula Aidan sibuk mengurusi segala kegiatan mengenai kerjasamanya. Ia juga turut serta mengawasi dan mengkontrol segala kinerja pekerjanya. Aidan benar-benar tak mau jika ada kesalahan setitikpun, Semuanya harus perfect dan memuaskan Client-nya dan yang terpenting dirinya.

Aidan meraih segelas Coffe late yang berada dihadapannya. Sekarang ini ia tengah berada di Paradise Coffe untuk menunggu Atheya. Sejam yang lalu wanita itu memintanya untuk segera menemuinya di sini. Tentu Aidan sedikit kesal sekarang. Ia pikir wanita itu yang akan menyambutnya namun ternyata malah ia yang harus menunggunya.

"Maaf terlambat"

Aidan mendongak, kemudian mendapati Atheya dengan napas ngos-ngosannya. Sepertinya wanita itu benar-benar terburu-buru untuk segera sampai ditempat ini.

Aidan tersenyum simpul dan lantas bangkit segera ia menyambut wanita itu dengan pelukan. Setelahnya Aidan kembali duduk. Wanita itu lantas menarik kursi dan mendudukannya dihadapan Aidan.

"Ku pikir kau sedang berada di Jakarta sekarang" ujar Aidan pelan. Wanita itu menghela napas panjang, kemudian melirik sendu kearah Aidan.

"Kenapa melihatku seperti itu?" tanya Aidan sembari bersidekap.

Bukan ZONK! जहाँ कहानियाँ रहती हैं। अभी खोजें