Part 45 {Senandung Hujan}

74.5K 3.3K 88
                                    

Drama yang tercipta beberapa saat lalu tak membuat langkah Aidan terpaku. Pria itu meninggalkan kedua orang yang kini tengah melontarkan berbagai salam perpisahaan dengan Acuh. Ia tak perduli, sangat tak perduli dengan kedua orang itu. Bahkan jika memang keduanya nanti berlutut padanya pun, Aidan tetap tak perduli. Baginya kedua makhluk itu sama saja!
Sama sama tak perlu dikasihani!

Kini langkah pria itu terhenti. Aidan berdiri hendak mengambil sekaleng coca cola dari dalam frezzer-nya. Ia tak perduli dengan hawa dingin yang menusuk kulit. Tak perduli jika nantinya ia akan flu ataupun masuk angin karena meminum-minuman dingin itu di cuaca buruk ini.

Beberapa kali teguk, dan seketika kaleng itu pun kosong tak bersisa. Aidan melemparkannya asal. Pria itu kemudian mendudukan dirinya di salah satu kursi yang tersedia. Seketika matanya terpaku pada sebuah kue yang familiar di matanya. Dan kalau tak salah lihat, kue itu di berikan Abel untuknya pagi tadi, disaat ulang tahunnya!

Aidan terdiam sejenak. Matanya menelisik mengamati kue berbentuk 'Love absurd' itu dengan seksama. Kuenya berwarna putih dengan hiasan berbagai macam buah di atasnya. Ukurannya sedang dengan beberapa bagian permukaan yang terlihat penyok.

"Wanita itu ingin menyogokku dengan kue murahan seperti ini?" Aidan berkata sinis. Sama sekali tak terenyuh dengan kerja keras yang Abel lakukan untuk membuat kue itu.

"Sama seperti wajahnya, kuenya pun terlihat sangat buruk" kekeh Aidan. Pria itu lantas berdiri, kemudian merengkuh piringan berisi kue itu. Tanpa sedikitpun mencicipinya Aidan malah membuang kue tersebut ke tempat sampah yang ada di dapurnya. Ia tertawa begitu melihat kue tersebut hancur karena lemparannya

"Sepertinya kue itu lebih cocok ditaruh disana" gumam Aidan melihat kue tak berbentuk itu. Sesaat kemudian dirinya lantas beranjak pergi meninggalkan pantry dengan tawa yang membahana

🥀🥀🥀

Abel menatap nanar wanita gemuk yang kini tengah membereskan pakaiannya. Air matanya terus mengalir deras tanpa bisa ia hentikan. Meski berkali kali ia mencoba untuk menghentikan kegiatan Emin itu. Namun tetap saja ia tak bisa, wanita gempal itu juga tak bisa berbuat banyak. Ini memang sudah keharusan untuknya. Menuruti perintah Aidan tanpa bisa sedikit pun ia bantah!

Emin tentunya ikut menangis, hanya saja ia tak terlalu menunjukkannya pada Abel. Mati-matian ia menahannya agar Abel tak semakin larut melihatnya yang ikut sedih. Sudah pasti Emin juga menganggap Abel sebagai keluarganya. Dan yang pasti Emin benar-benar benar menyayanginya selayaknya saudaranya sendiri. Emin benar-benar merasa berat untuk berpisah dengan wanita itu!

"Emin...... Abel mohon hentikan...... hiks..hiks" Abel menangis sesengukkan sembari memengangi dadanya yang terasa begitu sesak. Rasanya sekarang ia ingin mati saja. Tak ada lagi penyemangatnya, tak ada penopang hidupnya. Semuanya hancur!

"Jangan sedih Non-" Emin menyeka Air mata Abel yang jatuh berlinang. Wanita itu menghampiri Abel yang kini terduduk dipinggiran ranjang setelah mengemasi pakaiannya

"Lebih baik aku mati saja Emin...... Tak ada yang bisa aku harapkan lagii....hiks....hiks....."

Segera Emin merengkuh tubuh ringkih itu dalam pelukannya. Emin menangis dalam diam sembari menggeleng tak menyetujui ucapan Abel.

"Tidak Non..... Nona harus tetap bertahan demi 'Ade', demi Emin....."

Emin mengusap Air matanya yang jatuh berlinang. Sembari mengatur deru napasnya yang juga terasa sesak

" Emin janji bakalan membantu Nona keluar dari tempat ini. Dari semua masalah ini" Emin menahan isakkannya. Kemudian dengan perlahan mengendurkan pelukkannya, kembali menatap wajah sembab Abel. Wanita gempal itu mengusap aliran bening dari kedua mata Abel dengan jemarinya.

Bukan ZONK! जहाँ कहानियाँ रहती हैं। अभी खोजें