Part 16 {Bodyguard? untuk apa!}

69.1K 3.3K 6
                                    

"Siapa dia?" tanya Abel kepada Aidan ketika dirinya menemukan seorang wanita bertubuh gempal yang sedari tadi duduk diam sembari mengemudikan mobil. Dari pakaiannya Abel tak yakin kalau wanita ini seorang sopir.

"Dia Emin bodyguard yang bakalan ngawasi lo kemanapun!"

Abel berdecih menatap Aidan yang kembali sibuk dengan majalah bisnis dipangkuannya. Memangnya Aidan pikir Abel itu seorang presiden? Hingga memerlukan seorang Bodyguard untuk menjaganya? Bahkan jika ada seseorang yang memang membahayakan dirinya, sudah tentu orang tersebut adalah Aidan!

"Ternyata dia bodoh" ujar Abel sepelan mungkin, lebih kepada Aidan. Namun tampaknya lelaki tersebut tidak mendengar. Abel tertawa pelan kemudian dirinya lantas memasangkan earphone di telinganya sembari memutar lagu favorit, hingga mobil tiba dipelataran hotel yang mereka singgahi di Bali.

"Lo dikamar 1008 bersama Emin, gue di Kamar 1009" Aidan menyerahkan Card door. kepada Abel, setelah sebelumnya mengurus segala administrasi di resepsionis. Setelah mengucapkan kalimat itu dirinya lantas berlalu dari hadapan keduanya. Abel tak ambil pusing, dirinya langsung menyambut kartu itu dengan senang hati sembari menyuruh Emin untuk ikutan masuk.

Abel sedikit tersentak ketika menyadari bahwa kamar yang Aidan sewa ini merupakan kelas VVIP, yang artinya harganya selangit untuk bisa menyewanya. Abel mengamati setiap interior kamar yang terlihat mewah, bahkan nyaris melongo tanpa henti jika saja Emin tak mengingatkannya.

"Gila! Bahkan kamar ini lebih terlihat seperti Apartemen mewah!" Abel berujar antusias, terlebih ketika dirinya menemukan ruangan lain dikamar itu. Ada ruang keluarga, dapur, ruang fitness, 2 kamar tidur, privat sauna dan juga kolam renang pribadi! Jika tau begini, tentu saja Abel bersedia menghabiskan waktunya disini, meski tanpa berkeliling Bali sedikitpun!

"Ada yang bisa saya bantu Nona?" tanya Emin, mengagetkan Abel yang sibuk melamun

"Oh..eh..ehm..." Abel mencoba berpikir, sebetulnya ia memang tak butuh seorang bodyguard, tapi apa boleh buat? Wanita itu kini telah berada dihadapannya, dan tidak mungkin Abel langsung mengusirnya begitu saja! Tentu itu terlalu jahat dan tidak sopan! Lagian sekarang Abel sama sekali tidak berhadapan dengan seorang penjahat, lantas apa yang mesti Abel katakan pada wanita itu?,

"Nona?" ulang Emin lagi, membuat Abel sedikit tersentak

"Ehm...itu...Ka..kamu bisa masak?" ujar Abel ragu. Sungguh hanya itu pertanyaan yang bisa ia lontarkan. Sekarang Abel merasa lapar, sudah tentu ia butuh makanan sekarang

Emin mengangguk mantap, seketika Abel tersenyum sumringah. Ternyata tidak terlalu buruk juga memiliki Seorang bodyguard yang bisa memasak! Tentu itu sebuah keberuntungan! Tentu saja sekarang Abel hanya berharap wanita itu bisa memasak makanan yang enak.

"Nona ingin makan apa? Saya bisa memasakannya sekarang juga" lagi, Abel tersenyum sumringah. Seketika tanganya bergerak mengelus dagu, mencoba berpikir sejenak

"Saya ingin Capcay goreng, Sup Asparagus, dan segelas Yogurt" ucap Abel semangat

"Hanya itu Nona?"

Abel mengangguk lantas merebahkan diri disofa panjang yang tersedia. Emin akan berbalik menuju dapur ketika panggilan Abel menghentikan langkahnya.

"Eh...tunggu..."

"Iya nona?"

Abel bangkit kemudian mendekat ke arah Emin.

"Memangnya bahan masakannya ada ya?" tanya Abel pelan. Emin tersenyum simpul kemudian mengangguk

"Tentu saja nona! Ruangan ini masuk dalam kelas VVIP! Tentu saja kulkas juga Almarinya telah penuh dengan bahan makanan!"

Abel mengangguk senang, mendengar ucapan wanita itu. Sudah pasti makanan ini gratis, karena biaya sewanya telah ditanggung Aidan.

"Ya sudah, kamu boleh memasak sekarang" perintah Abel, Emin mengangguk segera beralih menuju dapur.

🥀🥀🥀

Aidan berdecak kesal ketika dirinya teringat ucapan Abel kemarin, ketika wanita itu mengatakan perihal pernikahan massal yang pernah menjadi janji Aidan dulu bersama kedua 'mantan sahabatnya'

Aidan akui, hal tersebut juga merupakan salah satu 'Janji konyol' yang sempat Ia, Damar dan Tyo setujui. Tentu saja hal itu terjadi bertahun-tahun yang lalu ketika dirinya masih menduduki bangku SMP. Janji konyol yang tak akan pernah bisa Aidan tepati.

"Gue lupa! Dan sekarang gue inget alasannya!" ujar Aidan kesal, mengingat kembali kejadian-kejadian sebelumnya. Dirinya lantas menjatuhkan diri diranjang king size-nya. Matanya menerawang menatap ke arah langit-langit kamar dengan gusar

"Mereka nepati janji konyol itu? Sungguh mereka sangat tidak waras!" umpat Aidan. Mengingat kedua bocah gila, yang pernah sangat akrab padanya.

Drttt

Ponsel di saku Aidan berbunyi. Pria itu lantas meraihnya dan melihat nama yang tertera dilayar ponselnya

"Mau apa bocah sialan itu meneleponku?" kesal Aidan sesaat setelah menemukan nama "Tyofan" dilayar itu.

Tentu, Aidan tak menggubrisnya, dengan segera pria itu mematikan handphonenya.

Aidan mendengus pelan kemudian melirik ke arah jam didinding yang menunjukkan pukul 8 malam. Sekarang dia bingung harus melakukan apa, hari-hari flat seperti ini benar-benar membuatnya bosan!

🥀🥀🥀

Abel tersenyum sumringah ketika melihat hasil masakan Emin yang terlihat begitu menggiurkan. Seketika itu juga perut Abel berbunyi menandakan sekarang ia benar-benar lapar dan harus segera menghabiskan semua makanan ini hingga tak bersisa.

Ketika abel akan menyendokkan potongan wortel ke dalam mulutnya terdengar suar bel beruntun. Abel menggeram tertahan, tidak bisakah orang tersebut sopan sedikit? Sangat tidak ber-etika sekali bertamu secara paksa seperti itu!

"Ehm Emin....bisa tolong kamu lihat siapa tamu tak sopan itu?" perintah Abel

Emin mengangguk kemudian berjalan menuju kearah pintu dan segera membukanya. Wajah Aidan langsung terlihat disana. Tanpa aba-aba pria itu langsung masuk, wanita gempal yang disebut 'Emin' itu hanya mengangguk sembari mempersilahkan 'Tuan-nya' untuk masuk.

Sementara itu Abel terlihat Asyik melahap makanan-makanan yang telah tertata rapi dihadapannya, ia sama sekali tak perduli perihal kedatangan 'tamu' yang ia anggap tak sopan itu!

Terakhir Abel meneguk segelas Yougurt sebagai penanda selesainya ritual perut ini. Sekarang yang ia perlukan hanyalah tidur, karena rasa kenyang membuat dirinya seketika mengantuk. Abel akan berdiri dan berbalik ketika dirinya merasakan sesuatu menabraknya dengan begitu keras dan hampir saja membuatnya jatuh terhuyung

" Aduh! Si...a..pa..sih.. Yang-" Abel baru akan mengumpat ketika dirinya tersadar dan menemukan Aidan tengah menatapnya datar. Abel terkekeh pelan, hampir saja ia 'berkata kasar' pada si angkuh ini, dan tentunya itu sangatlah berbahaya

"Ada apa ya?" Abel berujar sedikit bingung, tentu saja karena kedatangan Pria Angkuh itu yang secara tiba-tiba.

Aidan tak menjawab, hanya wajahnya saja yang menyiratkan Abel untuk segera mengikutinya, wanita itu menurut dan lantas berjalan dengan malas malasan.

Ya, tentunya dengan Abel yang menyumpah serapahi Aidan, karena telah menganggu ritual bersantainya malam ini.

🕊️🕊️🕊️

Tbc....

Bukan ZONK! Where stories live. Discover now