Part 13 {Hate You}

71.6K 3.8K 21
                                    

Disudut ruangan yang gelap, seorang wanita menangis dalam diam. Ia tertunduk dalam disudut kamarnya sembari memeluk erat kedua kakinya, wanita itu Abel. Entah sudah berapa lama ia menangisi hidupnya, menangisi setiap takdir yang menghampiri dirinya. Sesekali ia menyeka air matanya kasar, meskipun buliran itu tetap mengalir deras disetiap inchi wajahnya. Menangis dalam diam, hanya itu yang bisa ia lakukan sekarang.

Dulu hidupnya terasa bagaikan negeri dongeng. Ia memiliki segalanya, kekayaan yang berlimpah, keluarga yang memanjakannya, kepopuleran, bahkan dulu ia sangat dipuja banyak orang, dikagumi, disegani ,dihormati, dicintai, pokoknya semuanya!

Namun sekarang ia merasa tak lebih dari Sampah! Sekarang ia hanya gelandangan yang tak memiliki apa-apa. Satu yang Abel tau bahwa ini semua adalah 'karma' atas perbuatannya dulu. Entah berapa banyak orang yang dulunya pernah ia sakiti, memandang orang lain rendah, seolah-olah dirinya yang berada ditingkat tertinggi

Kini ia tak sebatang kara lagi, dirinya sudah menikah dan artinya suami Abel adalah sebuah pelindung baru dihidupnya. Namun bagi Abel itu hanyalah sebuah hayalan semu yang tak berwujud. Justru 'pelindung baru' itu adalah sumber kesakitannya saat ini. Pernikahan ini hanya status belaka, tak ada kasih sayang apalagi soal cinta.

Abel tentu tau diri, untuk tidak terlalu menuntut apapun dari pernikahan gila ini. Yang ia tau hanya harus membalas kebaikan Tyo dan mencari tumpuan baru untuk hidupnya. Tapi ternyata semuanya tak semudah yang terlihat, kenyataannya ia tersakiti hanya karena kata-kata kasar yang sering dilontarkan Aidan, suaminya.

Awalnya Abel hanya menganggap kata-kata kasar Aidan itu biasa saja, namun ucapan Aidan sore tadi terasa menamparnya keras. Pria itu berkata seolah-olah ia sangat jijik melihat makhluk seperti Abel.

"Apa aku semenjijikan itu?" ujar Abel lirih, lebih kepada dirinya sendiri. Sekian kalinya ia mengusap beningan air yang kembali menetes dipipinya. Ia teringat ucapan Aidan yang tak akan menyentuhnya apalagi dengan 'wanita macam dirinya'. Abel tentu tak perlu risau dengan kata 'menyentuhnya' hanya saja kalimat Aidan selanjutnya yang membuat hatinya berdenyut nyeri, rasanya begitu menyakitkan.

"Dia menganggapku seolah-olah aku adalah J*lang" lirih Abel lagi seraya bangkit dan menuju meja Rias nya. Ia memandang pantulan dirinya dicermin, menatap wajahnya yang berantakan.

"Hanya karena wajah ini, ia sangat membenciku" Abel tertawa sumbang. Menatap wajah kusutnya dengan nanar.

"Tak perlu berubah menjadi baik, sepertinya aku harus kembali bersikap layaknya Abel yang dulu" gumamnya pelan sembari mengepalkan tanganya kuat.

🥀🥀🥀

"Brengsek!!!" maki Aidan geram ketika baru saja dia menerima 2 buah undangan di waktu bersamaan. undangan itu berasal dari dua "mantan sahabatnya" yakni Tyo dan Damar. Isinya mereka akan melangsungkan pernikahan besok lusa.

"Bahkan menikah saja mereka berbarengan, Cih!" umpat Aidan lagi. Dirinya lantas merobek kedua undangan itu menjadi serpihan-serpihan kecil tak berbentuk.

Aidan menghela napas berat sembari menjatuhkan dirinya dikursi dan memijat pelipisnya pelan.

"Gimana bisa gue dapetin bayi itu?" ujarnya bingung. Dirinya benar-benar takut keduluan oleh dua penghianat itu. Sudah pasti "pernikahan" mereka merupakan "Jalan Pintas" untuk memenangkan taruhan itu! Bisa jadi, kurang dari sebulan kabar buruk benar-benar menanti Aidan. Lalu apa yang harus ia lakukan sekarang?

Tak beberapa lama, dering telepon terdengar. Aidan lantas mengangkatnya dan berujar pelan.

"Ada apa?" ujarnya malas

"Maaf Pak, saya ingin memberitahukan bahwa ada kekacauan di Kantor bapak" si penelepon yang ternyata Salli, asistennya berujar cepat. Aidan menaikan sebelah alisnya ragu.

"Siapa pelakunya?"

"Seorang wanita. Dia memaksa masuk ke kantor bapak dan menggoda beberapa karyawan Pria yang sedang sibuk bekerja" Jawab Salli lagi, semakin panik

Aidan terdiam sejenak, otaknya sibuk mencerna ucapan Salli. Bagaimana bisa hanya seorang wanita bisa membuat kacau kantornya? Terlebih kantor ini memiliki penjagaan yang super ketat.
Dan lagi, siapa wanita pengacau itu?

"Halo pak...."

Aidan tersadar dari lamunanya, mendengar ucapan Salli

"Oke, dimana wanita itu sekarang?" tanya Aidan to the point

"Dia berada di divisi 5 lantai 11 Pak" jelas Salli.

Aidan lantas menutup teleponnya kasar. Lalu bangkit berdiri dan beranjak menuju kekacauan yang dilontarkan Asistennya itu.

🥀🥀🥀

Mata Aidan sontak melebar melihat kekacauan yang terjadi di Kantornya. Terlebih ketika ia menemukan Abel-lah tersangka utama kekacauan itu. Wanita itu terlihat duduk diatas meja sembari memainkan dasi Hendrick, karyawan pria di kantor Aidan.

"Shit!" umpat Aidan geram sembari melangkah marah menuju tempat dimana Abel berada. Abel tentu acuh dengan kehadiran Aidan, wanita itu tetap sibuk dengan kegiatannya memainkan dasi Hendrick, sementara karyawan pria itu hanya bisa mematung tak bergerak.

Ketika Aidan sampai dihadapan Abel, pria itu langsung menarik pergelangan tangan Abel kasar, membuat wanita itu sontak memekik keras, namun Aidan tak perduli, tetap saja ia menyeret wanita itu paksa menuju ruang kerjanya tak perduli ratusan pasang mata sibuk berkasak-kusuk ria.

BLAMMM!!!

Aidan membanting pintu ruang kerjanya kasar, dengan keras ia menutup pintu itu membuat suara memekakan terdengar.

"APA YANG LO LAKUIN HEH?!!" Aidan berteriak lantang menatap tajam Abel yang meringis kesakitan akibat tarikan paksa beberapa saat lalu. Wanita itu mengelus pergelangan tangannya yang memerah

"JAWAB GUE!!!" geram Aidan lagi semakin kalap. Abel kembali acuh untuk yang kesekian kalinya. Aidan mengacak rambutnya frustasi kemudian mendorong keras tubuh Abel ke sofa, membuat gadis itu terhuyung kebelakang dengan posisi tak siap

"Aw!" ringis Abel merasakan pergelangan tangannya tertimpa tubuhnya sendiri.

Aidan mendengus kesal, melihat sikap kekanakan Abel itu

"LO APA-APAAN SIH?! LO SENGAJA YA, NGEDORONG GUE?!!!" Abel tak kalah emosi menghadapi sikap Aidan itu, matanya menatap nyalang kearah Aidan

"IYA, GUE SENGAJA! KENAPA? LO MAU MARAH?!" jawab Aidan enteng tak perduli kemarahan yang Abel luapkan

"Brengsek!!" geram Abel kesal seraya berdiri bangkit dari posisinya semula

"Cih! Lo ngatain gue brengsek? Padahal lo udah tau kata itu adalah cerminan diri elo?!!!"

Abel mengepalkan tangannya kuat menahan segala emosinya yang saat ini sudah diubun-ubun. Ingin rasanya ia menampar wajah Angkuh 'suaminya' ini.

Aidan tersenyum sinis melihat keterdiaman Abel, dirinya lantas mendudukan diri di Sofa sembari bersidekap menatap Abel dengan pandangan rendah

"Ternyata gue nggak salah duga, ternyata lo itu bertindak layaknya wanita murahan" remeh Aidan.

Abel spontan tersentak mendengar ucapan pria itu, ia terdiam. Sakit, itulah yang ia rasakan sekarang.

"Katakan...berapa yang lo inginkan?" Aidan menebak spontan pikiran wanita itu, ia mengira-ngira berapa nominal yang diinginkan wanita 'semacam' Abel ini. Tentu ia menduga bahwa Abel sengaja membuat keributan agar Aidan mau menuruti perkataannya, mungkin untuk mendapatkan uang?

"Katakan..!" ujar Aidan lagi ketika ia tak mendengar jawaban Abel. Pria itu lantas bangkit dan berdiri tepat di hadapan Abel

"Gue..-"

Aidan menatap wajah wanita di hadapannya lekat sembari menunggu kelanjutan omongan wanita itu. Abel menarik napas sejenak kemudian

"GUE MINTA CERAI !!!"

🕊️🕊️🕊️

TBC..

Bukan ZONK! Where stories live. Discover now