Part 22 {Sebuah awal yang memilukan}

79.8K 3.3K 7
                                    

Abel berjalan cepat menuju kamarnya dengan tangis yang tak terbendung, buliran air mata dengan derasnya mengalir tanpa henti, membuat Emin yang melihatnya tersentak kaget. apalagi Abel menutup pintunya dengan kasar membuat suara berdebam yang memekakan telinga. Wanita gempal itu berjalan terpogoh-pogoh mencoba menyusul majikannya karena dirasa ada masalah yang begitu berat. Apalagi penampilan Abel yang dirasa mengenaskan. Rambutnya awut-awutan, dengan berbagai tanda merah di tubuhnya. Wanita itu hanya mengenakan kaus robek dan sebuah handuk yang melilit tubuhnya.

"Nona...apa yang terjadi? Tolong buka pintunya..." ujar Emin panik, wanita gempal itu menggedor-gedor pintu Abel yang terkunci.

Namun tak ada sahutan. Hanya samar-samar terdengar suara seseorang terisak, yang Emin yakini adalah Abel

"Nonaaa....Non!"

🥀🥀🥀

Abel tertunduk dalam dipojok ruang kamarnya, terdengar isakan tangis yang begitu memilukan. Air matanya dengan deras mengalir. Bahkan ia tak memperdulikan Emin yang tengah berujar panik diluar sana. Wanita gempal itu masih saja menggedor-gedor pintunya meski setengah jam telah berlalu.

"Aku kotor.." gumam Abel disela isak-kannya. Sekarang ia merasa dunianya telah hancur berkeping-keping atas peristiwa semalam. Peristiwa paling memilukan seumur hidupnya.

Mahkotanya telah direngut paksa oleh orang yang paling tidak dikehendakinya. Orang itu "Aidan" orang yang selalu menganggapnya tak lebih dari Sampah, bahkan orang itu yang mengatakan kalau ia sangat jijik melihat makhluk seperti Abel. Tapi nyatanya orang itu yang merusaknya, orang yang telah memperkosanya!

"Apa yang bisa aku banggakan sekarang? Bahkan aku gak lebih dari seorang jalang!" Abel teringat bagaimana Aidan dengan buasnya menyentuh setiap inchi tubuhnya tanpa bisa ia cegah. Berulang kali Abel mencoba berontak, namun selalu gagal karena tenaganya tak sebanding dengan pria itu.

Bahkan pria itu terus memaksa melakukan hal intim berulang-ulang. Membuat Abel meringis kesakitan karena ini pertama kali untuknya. Abel mencoba kabur berulang kali, tapi entah bagaimana Aidan selalu bisa mencegahnya. Dan Abel baru bisa kabur setelah pria itu benar benar terlelap karena kelelahan. Dan mirisnya hal tersebut terjadi pagi harinya.

"Akhhhh!!!" teriak Abel seraya memukuli kepalanya, masih dengan tangis yang tak terbendung menghiasi wajahnya.

🥀🥀🥀

Aidan membuka matanya secara perlahan setelah samar-samar cahaya mentari memasuki celah korden-nya. Pria itu mencoba duduk namun tiba-tiba kepalanya merasakan pusing yang luar biasa, seakan ribuan beton menimpa kepalanya saat itu juga.

"Aww!!" ringisnya, sembari memegangi kepalanya yang tengah berdenyut nyeri.

Diambilnya segelas air putih yang tersedia dinakas, mencoba untuk meredakan rasa sakitnya. Dengan sekali teguk gelas kaca itu langsung tandas. Aidan mengembalikannya ketempat semula.

"Kenapa sakit sekali, sih!" kesalnya seraya bangkit berdiri. Namun seketika Aidan tersentak menyadari dirinya yang "Naked". Bajunya bertebaran dimana-mana bersamaan dengan Jeans, Bra, dan dalaman tak berbentuk milik seseorang.

"Apa yang terjadi?" bingungnya seraya mencoba mengingat reka ulang kejadian sebelumnya. Namun nihil. Yang Aidan ingat ia hanya mengunjungi Bar untuk minum-minum. Sekedar menghilangkan keruwetan pikirannya.

"Apa semalam aku menyewa seorang jalang?" lirihnya lagi.

Ketika Aidan masih sibuk dengan pikirannya. Tiba-tiba ponselnya berdering. Aidan mencari asal suara tersebut dan ternyata ada di salah satu Jeans yang bukan miliknya.

"Kenapa bisa ada disitu?"

Aidan bergegas sebelum ponsel itu mati. Setelah ada digengamannya, pria itu menggeser tombol hijau untuk menjawab panggilan yang ternyata dari "Mamanya"

"Halo Ma...ada apa?" tanyanya di awal obrolan

"Kamu dimana sih Ai? Kenapa telepon Mama nggak pernah diangkat?!"

Aidan berpikir sejenak, memang sih beberapa hari ini mama-nya selalu menelepon, tapi Aidan mengabaikannya.

"Ai?! Kenapa kamu tidak mau mengangkat telepon Mama?!"

Aidan mendengus, apalagi alasan lain selain untuk menghindari ocehan mamanya? Belum lagi masalah kekepoan Mamanya yang selalu bertanya tentang masalah tempat tinggalnya. Ah! Aidan jadi binggung harus berbicara apa sekarang!

"Aidan sibuk Ma, jadi nggak sempat ngangkat" dusta Aidan sembari berjalan meraih boxernya di lemari.

"Ah nggak mungkin! Alasan saja kamu ini!"

Aidan bergeming, ia siap mendengarkan seluruh ocehan mamanya lagi

"Mama itu bahkan mengunjungi kantormu! Dan kamunya malah nggak ada! Memangnya kamu kemana sih?"

Nah! Aidan jadi gelagapan sekarang

"Ehm..itu Ma, Aidan lagi ada proyek lapangan. Jadi.. Aidan nggak ada di kantor"

Terdengar helaan napas di ujung telepon. Sepertinya kali ini Mama percaya, sehingga Aidan bisa menghela napas sedikit lega

"Begitu ya?"

Aidan mengangguk, meski Mamanya tak melihat

"Eh...tapiii..." sanggah Mama membuat Aidan bertanya-tanya sendiri dalam hati. Masalah apalagi sekarang?

"Kamu tau kan kalau kemarin itu Tyo dan Damar nikah?"

Deg!. Jantung Aidan serasa jumpalitan sekarang!

"I..iya ma" gugup Aidan

"Kamu datang?"

Pertanyaan Mama membuat Aidan berpikir keras. Jika dia bilang tidak Pasti pertanyaan-pertanyaan lain akan bertambah panjang. Tapi jika dia bilang iya pasti Mamanya dengan segera ingin meminta bukti untuk segala perkataannya. Contohnya menagih foto-foto kebersamaan Aidan bersama kedua sahabatnya, seperti kebiasaannya dulu jika menghadiri setiap moment Aidan selalu mengabadikan moment tersebut dan menunjukkannya kepada Mamanya.

" Kemarin Mama nggak bisa datang. Kamu tau kan Mama lagi nemanin Papa ke Venezuela?"

Sekali lagi Aidan mengangguk mengiyakan. Sebelumnya Mama pernah mengatakan bahwa ia akan pergi menemani Papa ke Venezuela sekalian pergi liburan

"Ai..dan datang kok Ma...tapi nggak sempet foto-foto" bohong Aidan seraya mendudukan dirinya di ranjang.

"Gitu ya? Ih sayang banget! Padahal menurut desas-desusnya pernikahan Tyo dan Damar itu mewah banget loh"

Aidan hanya diam bingung menjawab apa

"Tapi kamu jangan khawatir. Nanti kalau kamu menikah, Mama bakalan bikin pesta pernikahan yang berkali-kali lipat mewahnya dari kedua sahabatmu itu"

Aidan tergelak. Mamanya benar-benar tak tahu mengenai masalah pernikahannya ini! Seandainya tau, apa yang dipikirkan mamanya nanti? Aidan yang ternyata sudah menikah, tapi jauh di bawah kata mewah, apalagi dengan mempelai wanita yang tak ada cantik-cantiknya!

"Iya Ma, Ha..rus!" hanya itu yang mampu Aidan ucapkan sekarang

"Nah sekarang tugas kamu cari seorang wanita cantik dan nikahi dia, sehingga nanti Mama bisa menunjukkan ke orang-orang kalau pesta pernikahanmu lebih " Wah!" dari Tyo dan Damar" ujar mama menggebu-gebu

Aidan mendengus

"Cari wanita yang benar-benar cantik, sehingga kamu bisa menyaingi kedua sahabatmu itu!"

"Ada lagi ma?" tanya Aidan yang merasa bosan dengan ocehan Mamanya itu. Apalagi masalah sensitif seperti ini!

"Ehm....itu aja deh"

Aidan mengangguk kemudian bersiap mematikan sambungan, sampai suara mama kembali menginterupsinya

"E..eh bentar!"

Aidan menghela napas kemudian mendekatkan kembali ponselnya ke telingnya

"Ada apa?" tanya Aidan malas

Hening sejenak, Aidan menunggu dengan sabar, hingga terdengar ucapan mamanya yang membuatnya serasa diujung bumi.

"Tyo dan Damar bilang kamu sudah menikah, apa itu benar?"

Dan sekarang, jantung Aidan serasa berhenti berdetak. Apa yang harus ia katakan?

🕊️🕊️🕊️

Tbc...

Bukan ZONK! Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang