Hari pun telah berganti bulan. Sekarang sudah sebulan berlalu sejak Pencarian Aidan ke rumah Damar. Sebulan berlalu tanpa ada titik terang tentang keberadaan Abel.
Sebulan pula Aidan tak berhenti mencari tau tentang wanita itu. Namun nihil tak ada hal baru yang ia dapatkan tentang keberadaan wanita itu.
Penampilan Aidan pun tidak seperti dulu lagi. Pria itu sekarang tak memperdulikan bagaimana penampilannya. Yang ia tau hanyalah harus menemukan Abel secepat mungkin!
Aidan tak perduli dengan pandangan aneh para karyawan atau orang orang yang mengenal dirinya. Aidan tau penampilannya tak ubahnya seorang gelandangan karena Aidan tak pernah lagi merawat dirinya, makan pun jarang hingga tubuh Aidan sekarang terlihat lebih kurus. Aidan pun kekurangan tidur hingga membuat bekas menghitam di kantung matanya, namun sekali lagi Aidan tak perduli semua itu!
Melihat kondisi putranya yang mengenaskan. Tentu saja Nyonya Emily tak tinggal diam begitu saja. Ia tak rela melihat anaknya berubah drastis seperti ini. Tak pernah ada lagi senyuman yang terlihat di wajah putra satu satunya ini, tak ada lagi senda gurau atau ucapan bernada sinisnya. Aidan berubah menjadi pendiam jarang sekali ia berniat bicara pun dengan dirinya.
"Ai.. Apakah kamu ingin mama membuatkan sesuatu? " tanya Nyonya Emily begitu Aidan sampai dirumah karena paksaannya
Aidan menggeleng. Kemudian langsung berjalan pelan menuju kamarnya di lantai atas
Nyonya Emily hanya menghela napas panjang.
Sebelum sampai Aidan sempat melewati kamar Gia yang tengah terbuka lebar. Adiknya itu terlihat tengah membereskan sesuatu di kamarnya. Penasaran. Aidan memilih untuk melihat sendiri apa yang sedang adiknya itu kerjakan
"Gia"
Gadis cantik itu langsung menoleh ke asal suara. Sedikit terkejut namun kemudian langsung tersenyum seraya mendekat pada Aidan dan meminta pelukan pria itu
"Kakak kapan sampai? Kok gak ngasih tau Gia kalau mau ke sini? Gia kangen tau" ucap Gia di sela pelukannya
Aidan tersenyum simpul
Gia kemudian mengajak Aidan untuk duduk di salah satu sofa yang ada di kamarnya
"Kamu sedang apa? " tanya Aidan ketika ia baru saja duduk di sofa tersebut.
Gia tersenyum.
" Gia mau beres-beres kak. Setelah gia pikir-pikir kakak benar, gia gak bisa begini terus"Aidan mengernyitkan dahinya heran
"Apa? "
" Tentang Anabelle, kakak benar sudah seharusnya Gia gk boleh lagi menangisi kepergiannya. Gia harus rela kalau dia sudah pergi" Gia menjelaskan.
Gadis itu kemudian berjalan pelan ke arah beberapa buku juga kaset yang ia masukkan dalam Box
"Semua ini barang kesayangan Gia kak. Meski sebenarnya Gia gak rela untuk membuangnya tapi Gia harus mencobanya kak" Satu tetes airmata mengalir di pipi mulus Gia. Sebenarnya ia masih tidak rela dengan kepergian Anabelle-nya yang sudah setahun lebih itu. Ia masih merasa kalau Idolanya itu masih hidup dan mungkin saja masih menggelar konser tanpa Gia tau dimana
Aidan mengamati adiknya tersebut dalam diam.
Gia kemudian melanjutkan aksi beres-beresnya lagi, kali ini ia akan menurunkan seluruh poster yang ada di kamarnya. Poster Anabelle dengan berbagai gaya. Yang ia koleksi sejak wanita itu debut menjadi penyanyi
Mata Aidan terus mengawasi kegiatan Gia tersebut. Hingga pada akhirnya Aidan tersentak begitu ia menyadari poster-poster yang terhias di kamar adiknya itu menampilkan seseorang yang....
KAMU SEDANG MEMBACA
Bukan ZONK!
Romance"Jadi gue harap lo bisa akting" Abel mendongak menatap bingung Aidan "Akting? Untuk apa?" Aidan berdecak. "Hamil!" bentak Aidan ketus. Abel terkesiap Akting hamil? Padahalkan dirinya memang benar-benar hamil! Kegilaan macam apa lagi ini! "Gue harap...