Part 36 {Hate}

65.3K 3.2K 52
                                    

"Apa anak itu, anakmu?" kesekian kalinya Abel bertanya. Ketika Aidan tak kunjung menjawab pertanyaannya. Pria itu hanya diam dan berdiri membelakangi Abel

"JAWAB AKU AI!!!" Teriak Abel murka, tanpa terasa air matanya meluncur jatuh dari kelopaknya. Abel menangis

Aidan menghela napas panjang, kemudian menghembuskannya secara perlahan. Ia berbalik, menatap datar Abel yang terisak pelan. Sudut bibirnya terangkat, ketika menemukan wanita itu terisak dengan kedua matanya yang terlihat sembab. Ia bahagia

"Anak itu-"

Abel menunggu ucapan Aidan dengan harap-harap cemas. Seraya melantunkan doa dalam hati, jika pikiran-pikiran buruknya tidak benar-benar terjadi

"Dia.... Anakku, jika kau butuh kejelasan" lanjut Aidan datar, seraya berbalik, membuka pintu dihadapannya dan beranjak keluar.

Setetes air mata langsung lolos begitu saja, bersamaan dengan pernyataan Aidan yang membuat jantungnya serasa ditikam dengan belati. Abel...kembali menangis

"AKU MEMBENCIMU AI!!!" Teriak Abel lagi disela isakkannya. Wanita itu mengusap kasar air matanya yang jatuh tak tau diri.Lututnya langsung lemas, tak mampu menahan beban tubuhnya sendiri. Wanita itu jatuh merosot dalam tangis memilukan.

Mengapa ia harus menangis hanya untuk orang seperti Aidan? Mengapa sekarang ia merasa begitu lemah, seakan dunianya bakalan hancur saat pria itu mengacuhkannya dan pergi begitu saja?

Dan lagi...

'Aidan telah memiliki anak dengan wanita lain' sebuah kenyataan baru yang membuat jantung Abel serasa diremas paksa. Kenyataan yang membuat sel-sel dalam tubuh Abel seketika mati dalam detik yang bersamaan.

Kenapa begitu sakit?

Abel melantunkan pertanyaan yang sama pada dirinya, wanita itu meremas sesak rongga dadanya, seakan oksigen tak mampu lagi berbaur dalam raganya.

Abel memukul dadanya yang terasa berdenyut nyeri, Sesak.
Itu yang ia rasakan kini

Apa yang terjadi padanya? Kenapa semua kenyataan ini membuatnya sakit? Terlebih mengetahui ada wanita lain yang lebih Aidan pentingkan dibanding dirinya? Sebegitu buruknya-kah Abel hingga tak sedetikpun Aidan mau memandangnya?
Terlepas dari rupa abel saat ini?

Apalagi mengetahui kalau sekarang Aidan akan menjadi calon ayah dari anak yang di kandung Atheya, bukan Anak yang tengah ia kandung saat ini. Apa yang harus ia lakukan?

Jujur pun takkan membuat baik keadaan. Apakah dengan jujur lantas Aidan akan bersikap baik padanya dan memperlakukannya seolah ia adalah Atheya yang pantas ia jaga?

Dan...

Apakah Aidan akan menerima janin yang ia kandung? Atau malah menyuruh Abel untuk mengugurkannya saja, terlepas bagaimana nantinya ia percaya atau tidak dengan kenyataan ini? Tapi Abel tidak akan pernah rela jika pria itu malah menyuruhnya menghilangkan 'malaikat' yang saat ini tengah ia kandung

Apakah, bungkam adalah pilihan terbaik?

"Maafkan Mama nak, mungkin kamu takkan pernah mendapatkan kasih sayang Papamu karena Mama" Abel mengelus perutnya yang masih datar dengan isakkannya

"Papamu mungkin terlalu membenci Mama, karena itu maafkan Mamamu ini ya nak"

Abel terus terisak dalam diam. Dikeheningan ini hanya 'janin' kecil itulah yang terus menemani. Tak ada kata bunuh diri bagi Abel. Baginya hidup harus terus berlanjut meski sulit. Ya....setidaknya 'mungkin' ada seseorang yang menginginkannya. Dan orang itu adalah 'Janin kecil' yang berusaha tumbuh dalam rahimnya yang mungkin akan menjadi tujuan hidup Abel nantinya.

Bukan ZONK! Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang