Part 40 {Jangan pergi}

78.7K 3.6K 24
                                    

Abel memandang setengah roti yang sudah terlihat jamuran. Senyumnya langsung terbit begitu saja. Ia ingat. Kejadian malam itu. Disaat Aidan memberikannya Roti sesuai keinginanya. Alangkah bahagianya Abel, bahkan meski seminggu telah berlalu tetap tak menghilangkan ingatan itu.

Abel pikir setelah ia nekat meminta roti itu pada Aidan, maka maki-an lah yang akan segera menghampirinya! Bahkan Abel tak mengira kalau Aidan akan begitu saja memberikan roti-nya secara cuma-cuma untuknya. Dan yang paling ajaib pria itu sama sekali tak marah padanya!

"Rot, kau tau? Ini benar-benar sejarah!" girang Abel sambil terkikik geli. Wanita itu tak jua mengalihkan pandangannya dari roti jamuran yang ia simpan dalam kotak kaca bening. Baginya benda itu adalah sejarah yang harus dijaga.

Sementara itu Emin hanya memandang majikannya dengan tatapan sendu. Ia benar-benar kasihan melihat nyonyanya itu.

Bagaimana mungkin Abel menyimpan setengah roti pemberian Aidan untuk disimpan? Bahkan meski sudah jamuran sekalipun Abel tak membuangnya sama sekali. Ia malah menyimpannya di kotak kaca berukuran kecil. Dan mengajak roti itu ngobrol layaknya teman

"Nona nggak ngantuk? Ini sudah larut loh"

Abel langsung menggeleng mendengar pertanyaan Emin

"Emin tidur dulu aja. Sekarang Abel mau ke balkon. Pengen lihat hujan malam hari" riang Abel seraya beranjak dari duduknya bersiap keluar dari kamar

"Eh..jangan Non, bahaya" ujar Emin khawatir. Ia takut kalau nanti hal-hal yang tidak diinginkan terjadi. Terpeleset mungkin?

"Nggak kok Abel bakalan hati-hati. Lagian balkonnya kan beratap agak lebar jadi 'tempias' air hujan pun gak bakal membuat lantainya basah" jelas Abel mengerti kekhawatiran emin

"Tapi Non-"

"Udah, Emin istirahat aja. Masa Abel ngerepotin Emin terus?" Abel terkikik

"Abel jadi ngerasa seperti balita yang dijaga baby sister loh" lanjutnya lagi tertawa

Emin diam, namun wanita itu menggaruk tengkuknya yang tak gatal, bingung.

"Udah ya...daahh" pamit Abel sambil menutup pintu kamarnya.

🥀🥀🥀

Denting alarm kantor berbunyi. Seluruh karyawan dan para staf langsung bersiap untuk pulang. Mereka membereskan beberapa barang, memasukkannya ke dalam tas, merapikan penampilan sejenak dan lengsung beranjak pulang. Namun tidak dengan Aidan. Pria itu masih saja bergelut dengan pekerjaannya tanpa perduli waktu

Di tengah kesibukkannya, tiba-tiba saja terdengar suara pintu diketuk.

"Masuk" ujarnya tanpa mengalihkan pandangan dari membaca laporan ditangannya.

Aidan tau, pasti itu Salli, sekertarisnya yang pendiam dan tak banyak omong namun Workaholic seperti dirinya. Sekertarisnya yang cekatan dan cantik yang datang.

Namun meski begitu Aidan tetap tak tertarik padanya. Hanya rasa kagumlah yang mendominasi ketika melihat wanita itu. Lagian Salli juga sudah menikah, wanita itu juga tak pernah menggodanya sama sekali. Ia benar-benar terlihat seperti wanita baik-baik. Pakaian yang dikenakannya pun cukup sopan tak seperti sekertaris sebelumnya yang berpenampilan layaknya wanita panggilan

Selain itu Aidan juga cukup mengenal dekat Suami Salli, namanya Angger. Ia seorang Pengacara, orangnya tegas dan tak banyak omong. Biasanya pria itu yang menjemput Salli bersama Anaknya Elang.

Sebenarnya jadwal pulang Salli sama seperti kebanyakan karyawan di "Sanders Corp" ini. Hanya saja terkadang Angger tak bisa menjemputnya lebih cepat karena kesibukannya. Hingga ia menyuruh Salli tetap menunggunya di kantor, sama sekali tak membiarkan wanita itu pulang sendirian. Romantis bukan?

Bukan ZONK! Where stories live. Discover now