Part 24 {Aku Terlupakan}

70.2K 3.4K 85
                                    

Abel baru akan meneguk minumannya ketika getaran ponsel disakunya berbunyi. Wanita itu menaruh sejenak gelas yang dipegangnya kemeja. Kemudian meraih ponsel disakunya. Wanita itu menatap layar ponselnya. Ada sebuah pesan masuk disana. Aidan asalnya.

'Mau apa dia!' batin Abel emosi. Segera dibukanya pesan tersebut untuk menghilangkan rasa penasarannya.

From: Pria Angkuh

Jangan bertindak macam-macam disana, atau aku akan menendangmu menjadi gelandangan!

Abel menggeram tertahan. Apa yang bisa ia lakukan untuk membalas perbuatan pria itu? Pria yang sudah merusaknya?! Haruskah ia menyumpah-serapahi pria yang telah melecehkannya itu didepan umum? Atau membocorkan pernikahn ini pada media dan orang tuanya?

Tapi....

Apakah cara itu berhasil? Apakah ada yang mempercayainya? Atau malahan berbalik menjadi ia yang dihina orang-orang. Ah! Sekarang Abel beneran bingung bertindak seperti apa untuk menjawab kelicikan 'suaminya' itu!

"Nona...nona..." panggil Emin menyentak Abel dari lamunannya, dilihatnya wanita itu berjalan terpogoh-pogoh dengan sebuah Sprei ditangannya.

"Ada apa ya min?" tanya abel, merasa ada yang tak beres.

"Nona nggak apa-apa kan?"

Abel mengerutkan kening mendengar pertanyaan Emin.

"Ada apa sih min??" tanya Abel tak sabaran.

Emin tak menjawab, wanita itu diam sejenak kemudian memperlihatkan sesuatu yang dia bawa.

Seketika Abel mematung. Matanya menatap lekat benda yang Emin perlihatkan padanya. Sebuah Sprei putih dengan bercak darah disana. Abel tau, itu darah kegadisannya.

"Buang saja Min! Aku tidak sudi melihatnya!!!" kesal Abel yang tiba-tiba naik darah. Benda itu membuatnya benar-benar muak! Benda yang mengingatkannya dengan kejadian semalam.

"Ta..tapi non-"

"BUANG!!!" bentak Abel seraya menggebrak meja dihadapannya. Emin kalang kabut. Segera ia mengenyahkan diri sebelum majikannya itu benar-benar murka padanya.

🥀🥀🥀

Aidan memasuki rumah mewah itu dengan langkah tergesa. Sesekali pria itu celingak-celinguk mencari keberadaan adik perempuannya. Namun rumahnya terlihat sepi seperti tak berpenghuni.

"Gia?!" ucapnya sembari terus mengecek setiap ruangan yang ia lewati. Namun tidak terlihat dimanapun. Aidan lantas memanggil salah satu Maid terpecaya dirumahnya. Seorang wanita paruh baya berlari terpogoh-pogoh setelah mendengar majikan memanggilnya

"Ada apa tuan?" tanya wanita itu sambil menunduk.

"Dimana Gia?!" ujar Aidan to the point. Wanita paruh baya itu terdiam, kemudian ia lantas menggeleng takut-takut

"Ma..a..f tuan, saya tidak tau. Nona Gia dari semalam tidak pulang"

Aidan tersentak. Pria itu menggeram marah.

"KENAPA KALIAN TIDAK MENGAWASINYA?!" Bentak Aidan murka. Wanita itu semakin menundukkan wajahnya karena ketakutan.

"Kemarin ia hanya izin keluar sebentar Tuan, dan saya tidak tau nona kemana. Dia tidak mau memberitahukannya Tuan"

Aidan menghela napas kasar. Sekarang ia tidak mungkin memberitahukan kepada kedua orangtuannya perihal Gia yang hilang!

"JOSH!!" Panggil Aidan lagi. Kali ini kepada Sopir yang biasa mengantar Gia

"I..iya tuan?"

Seketika Aidan langsung meninju wajah Pria itu keras. Membuatnya langsung jatuh terjengkang. Wanita paruh baya yang melihat itu hanya memekik tertahan, sekarang ia benar-benar ketakutan!

"KENAPA GIA BISA SAMPAI HILANG?!, BUKANKAH KAMI MEMBAYARMU UNTUK MENJAGANYA?!!"

Pria itu 'Josh' hanya bisa menunduk takut sembari mengusap ujung bibirnya yang berdarah

"Ma...af Tu..an...kemarin ia meminta saya untuk jangan mengikutinya. Gia mengancam akan memecat saya jika saya tetap bersikeras Tuan" ujar Josh, menjelaskan.

Aidan semakin geram, pria itu lagi-lagi memukuli Josh karena kekesalannya.

"A...ampun tuan. Ma...afkan saya" gumam pria itu disela kesakitannya.

"Jangan Tuan, jangan pukul Josh lagi. Kami benar-benar minta maaf Tuan" timpal wanita paruh baya itu terisak. Sungguh, ia tak tega melihat Josh yang babak belur di hajar majikannya tanpa bisa berbuat apa-apa.

"TENTU AKU BISA MEMAKLUMINYA JIKA SAJA KALIAN MEMBERITAHUKU SECEPAT MUNGKIN!!!" kesal Aidan murka

"Maaf tuan, semalam kami sudah menelepon Tuan tapi tak ada sahutan" lanjut Wanita paruh baya itu takut-takut.

"SHIT!!!"

Aidan menghela napas kesal kemudian beranjak pergi untuk mencari keberadaan Adiknya itu.

🥀🥀🥀

Abel mengamati aktifitas manusia yang memenuhi area Pantai. Kesemuanya sibuk dengan kegiatannya masing-masing. Banyak keluarga atau para pasangan yang menghabiskan waktu bersama, sangat berbeda dengan dirinya yang hanya sendiri di keramaian ini.

Abel mengarahkan pandangannya kearah laut lepas. Mengamati ombak yang datang silih berganti ditemani semilir angin yang sedikit mengobati rasa sepinya. Hanya ini yang bisa Abel lakukan untuk menenangkan dirinya. Setidaknya ia bisa mengalihkan segala keruwetan pikirannya meski hanya sementara.

“Permisi, bisakah kau membantu kami untuk berfoto?”

Suara itu mengejutkan Abel, refleks ia menoleh dan mendapati sosok seseorang yang ia kenal.
‘Kak Sean’ batinnya berucap. Abel tak menduga ia bisa bertemu lagi pada salah satu orang di masalalunya. Cinta pertamanya.

“Bisa?”

Abel tidak tau bagaimana cara untuk menjawabnya. Sekarang ia hanya berusaha untuk tidak menangis, berupaya menahan airmatanya agar tidak tumpah. Ia terlalu bahagia melihat sosok itu lagi. Rasanya Abel ingin memeluknya dan berlindung padanya. Tapi rasanya itu tidak mungkin lagi. Apalagi setelah Abel hendak memfotonya, Pria itu malah memanggil seorang wanita untuk ikut bersamanya.

“Fotokan yang bagus ya”

Abel hanya bisa mengangguk mendengar perintah itu. Dari balik lensa kamera, netra Abel tak henti memperhatikan dua pasangan yang nampak bahagia. Mereka berpose romantis, Abel membidiknya berkali-kali.

Abel tak tau bagaimana mendeskripsikan perasaanya sekarang. Yang ia tau dirinya sudah tak pantas lagi bersanding dengan Sean. Apalagi menyadari sebuah cincin yang melingkar di jari manis pria itu dan juga sikap manisnya terhadap wanita yang ada dipelukannya. Wanita yang dulu pernah Abel anggap saingan kini terlihat hamil besar.

“Terima kasih ya” Sean berucap kala Abel mengembalikan kameranya. Pria itu hendak memberikannya uang namun segera Abel tolak.

“Tidak perlu, karena aku cukup senang bisa melihatmu lagi” Abel memaksakan senyumnya.

Pria itu nampak heran dengan jawaban yang di lontarkan untuknya.

Abel yang tersadar langsung menggeleng. “ Ah tidak..lupakan“ ujarnya.

Sean mengangguk, setelah berterima kasih ia berpamitan untuk pergi. Abel memperhatikan pria itu yang menggandeng istrinya, memandangnya hingga hilang di keramaian.

Abel mendesah panjang. Kesedihannya sudah tak berguna, pria itu sudah bahagia dan melupakannya.

“Hanya karena wajah ini mereka tak mengenaliku, menyedihkan” sendu Abel menahan isakkannya.

🕊️🕊️🕊️

Tbc...

Bukan ZONK! Where stories live. Discover now