Part 53 {Sisi yang berbeda}

63K 3.1K 39
                                    

Tubuh gempal itu kini sehat kembali. Hampir 3 hari lamanya ia terbaring lemas dengan infus yang setia menemani. Meski rasa pegal dan kaku terasa begitu kentara di fungsi geraknya. Toh semangatnya malah memuncak, berkali lipat besarnya dibanding terakhir kali sebelum ia sakit. Dan semua itu akibat janjinya!

Janjinya membebaskan Abel dari pria brengsek semacam Aidan!

Dan... Emin menyadari bahwa sekarang ia membenci pria itu setengah mati!
Bahkan ia tak rela, jika pria itu masih berada di ruang lingkup Abel!
Secepat mungkin ia harus membebaskan Abel dari tawanan si Iblis angkuh itu!
Terutama sebelum malaikat kecil itu hadir!

"Apa yang harus kulakukan?" lirih Emin berpikir. Otaknya berusaha mencari cara agar semua rencananya berhasil. Tak banyak waktu lagi, mengingat tak lebih dari dua bulan lagi malaikat kecil Abel akan hadir!

"Bagaimana jika kita langsung mendatangi rumah Aidan ? Kita bisa bertanya pada kedua orangtuanya"

Ucapan Tyo membuat Emin refleks menoleh pada pria berkacamata itu

"Tuan mengetahui tempat tinggalnya?" tanya Emin memastikan

Tyo menangguk

"Tentu. Aku dan Damar dulu sering bolak balik kerumahnya"

Emin manggut-manggut. Dan seketika senyuman itu terbit dari bibir tipisnya

"Emin.. " panggil seseorang lagi. Kini Damar-lah pelakunya. Pria itu baru saja datang keruang rawatnya yang sebentar lagi akan ia tinggalkan

"Ya?" balas Emin sambil tersenyum

"Ada beberapa hal lainnya yang ingin ku tanyakan padamu"

"Katakan saja Tuan. Jika memang Emin tau, Emin bakalan jawab"

Damar mengangguk. Pria itu kemudian menuju sofa yang tersedia kemudian mendudukan dirinya tepat di samping Tyo

"Seingatku dulu kau sempat mengatakan bahwa masih banyak informasi yang akan kau berikan pada kami. Dan mengenai keinginanmu untuk membebaskan Abel itu, bolehkan aku tau mengenai alasannya?"

Emin terdiam. Dan tanpa bisa ia tahan,  beningan itu kembali meluruh jatuh. Ingatnya kembali melayang bagaimana sikap Aidan terhadap Abel. Sikap pria itu yang membuat Emin sebagai wanita turut merasakan sakit. Terlebih mengetahui bahwa pria itu memiliki anak dari wanita lain tanpa ikatan yang jelas

"Karena..-"

Damar dan Tyo dengan setia menunggu kelanjutan ucapan Emin tanpa berniat menyelanya

Emin menyeka air matanya sejenak. Menghela napas panjang sebelum kembali ia berbicara

"Karena ada wanita lain yang juga tinggal bersama Nona Abel dan..."

Rasanya bibir Emin kelu untuk sekedar mengatakan alasan itu. Rasanya ia sungguh tak sanggup.

"Dan..?" Tyo dan Damar kompak bertanya, keduanya sungguh tak sabar mendengar kelanjutan ucapan Emin itu

Mengela napas lagi Emin mencoba meredam emosinya yang kembali tersulut

"Dan..wanita itu ha..mil..anak Aidan" lanjut Emin setelahnya. Tak adalagi panggilan 'Tuan' yang biasa ia sematkan pada pria itu. Jujur saja panggilan hormat seperti itu tak pantas untuknya!

Mendengar alasan tak terduga itu seketika tubuh Tyo dan Damar mendadak kaku layaknya patung. Keduanya sungguh tak menyangka dengan ucapan Emin itu. Apakah semua ini sungguh nyata? Ataukah hanya bualan Emin semata?

Tapi untuk apa?
Untuk apa jika Emin berusah payah membohongi mereka?
Dan apa untungnya!

"Kau tak bercanda kan?" ragu Tyo kemudian ketika ia berhasil tersadar dari pikiran berkecamuknya

Bukan ZONK! Where stories live. Discover now