🌈BAB 2🌈_Salman & Ananda

23.6K 1.1K 47
                                    

Saya pakai visual DK Seventeen untuk cast inter ya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Saya pakai visual DK Seventeen untuk cast inter ya...
Cast lokal tetep mas habibi 😘

***

Kelahiran dan kematian.
Dua hal berlawanan dan saling bersinggungan.
Bagaimana jika berhadapan?
Jiwa tertekan.
Hancurlah badan.

Bunyi merdu gesekan antara *Rakel dan *Screen, dua buah benda yang saling terikat itu, mampu menciptakan sebuah harmoni yang indah di telinga sang pemilik

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Bunyi merdu gesekan antara *Rakel dan *Screen, dua buah benda yang saling terikat itu, mampu menciptakan sebuah harmoni yang indah di telinga sang pemilik. Benda bersejarah itu, nyatanya mampu mengangkatnya menjadi seseorang seperti sekarang. Perpaduan Rakel dan Screen, ditambah cat warna-warni, mampu menciptakan sebuah karya di medianya, plastik, kaos, paper bag, serta banyak lagi. Sebuah karya yang mempunyai nilai jual, yang dapat menghasilkan pundi-pundi rupiah, untuk menghidupi seorang anak, ibu, dan seorang adik. Bahkan, ia mampu untuk meringankan beban dari orang-orang yang ikut berjasa sebagai karyawannya, dengan menciptakan lapangan pekerjaan.

Salman fahlevi--nama yang tercantum di akta kelahirannya, tiga puluh tiga tahun yang lalu. Dia adalah seorang pengusaha sablon yang cukup terkenal di kota Yogyakarta ini. Seorang duda beranak satu, dengan kisah pilu di belakangnya. Kisah pilu, dimana ia mendapatkan sesuatu yang berharga, dengan kehilangan sesuatu yang tak kalah berharga. Kelahiran putranya, yang seakan harus Ia bayar dengan kematian sang istri yang begitu dicintainya. Sungguh memilukan. Setiap mengulang tanggal dua september di setiap tahunnya, tanggal yang seharusnya menjadi kegembiraan karena merayakan hari jadi putra semata wayangnya, Ananda satria fahlevi, menjadi hari duka, yang bahkan ia tidak akan mampu untuk sekedar tersenyum. Sang istri meregang nyawa ketika berjuang untuk melahirkan putra mereka.

Salman bergegas menyeka air matanya, ketika mendengar derap langkah kaki kecil berlari ke arah ruang kerjanya. Air mata yang selalu muncul, ketika mengingat mendiang istrinya.

"Papa ... Nanda pulang."

Salman segera bergegas menangkap tubuh kecil yang melompat ke arahnya. Tanpa menunggu lama, jagoan kecilnya segera menceritakan kejadian di sekolahnya, dari mulut mungilnya. Cerita tentang pelajaran menggambar keluarga bahagia. Mama, Papa, dan Nanda, kembali, pelupuk mata Salman siap untuk memproduksi air mata.

"Tapi, tadi Bunda Retno mau jadi mama Nanda," celetuk Nanda dengan antusias. Nanda sangat gembira dengan hal itu. Segera, Salman menurunkan Nanda dari gendongannya.

"Oh ya? Bunda Retno mau jadi mama Nanda?" tanya Salman haru.

Ia memeluk putranya, tak kuasa menahan tangis. Putra semata wayangnya itu, bahkan tidak merasakan pelukan hangat dari seorang ibu. Usia dimana seharusnya ia mendapatkan kasih sayang lebih dari seorang ibu, tak pernah Ia dapatkan. Usia dimana seharusnya Ia bermanja-manja dengan seorang Ibu, tak pernah Ia rasakan. Bahkan Nanda tak pernah merasakan, bagaimana cerewetnya seorang Ibu yang mengomel ketika, anaknya sakit karena hujan-hujanan dan ketika anaknya jajan sembarangan. Ananda tak pernah merasakan itu.

Tidak.

Pernah.

Bahkan sejak ia menatap dunia ini, Nanda tak pernah merasakan enaknya air susu Ibu. Tak pernah merasakan dekapan hangat seorang Ibu untuk pertama kalinya, ketika dengan insting bayinya yang akan otomatis mencari sumber kehidupannya itu, bahkan untuk mencicip setetes Kolostrum untuk kekebalan tubuhnya, Nanda tak pernah merasakan itu. Ibunya, pahlawannya, yang rela menggantikan nyawanya untuk untuk ditukar dengan kehidupannya.

"Bunda Retno tadi juga nyuruh Nanda untuk gambar, Papa, Nanda, dan Bunda Retno. Papa jangan nangis lagi ya!"

Nanda menepuk-nepuk punggung Papanya dengan tangan kecilnya, yang seakan mampu untuk menenangkan sang papa. Salman melepaskan pelukannya, menyeka air matanya, kemudian mencium puncak kepala anaknya.

"Papa, pengen lihat gambarnya dong, boleh?"

Senyum sendu melengkung dari bibir pria tampan itu. Nanda segera mengambil buku gambar di tasnya, kemudian menunjukkan kepada Papanya, gambar khas anak kecil. Dua orang dewasa, dan satu anak kecil dengan senyum lebarnya.

"Ini bunda Retno?" tanya Salman sambil menunjuk gambar perempuan di gambar anaknya itu, yang segera dijawab dengan anggukan antusias oleh anaknya. Salman mengacak gemas rambut anaknya. "Besok kenalin Papa sama Bunda Retno ya?" Lagi-lagi, Nanda mengangguk dengan antusias.

*****

Screen : kain (biasanya sutra halus) yang lubangya kecil2 gunanya untuk mengatur cat yang akan menempel di media setelah di film.

*Rakel : digunakan untuk menyapukan cat ke media

R(RETNO)O ✔ (Sudah Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang