🌈BAB 32🌈_Abdi Dalem

4K 354 12
                                    

Pundaknya sender-able banget ya?

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Pundaknya sender-able banget ya?

🌻🌻🌻🌻🌻

"Dijodohin?" tanya Retno dengan sedikit keras karena kaget dengan fakta yang baru Ia dengar.

Salman terkekeh geli dengan antusias Retno. Mata sembabnya bahkan kini sampai melotot.

"Iya," jawab Salman mantap. Ia mengajak Retno keluar ruang kerjanya. Kembali membuka kenangan masa lalu yang Ia simpan lama itu membutuhkan oksigen yang lebih banyak. Beruntung, dulu mendiang Ayahnya selalu memaksa Salman dan Dira untuk menggemari bercocok tanam, sehingga pekarangan rumah dan tempat kerjanya banyak pohon yang cukup, bahkan sangat cukup untuk membuat sekelilingnya terlihat asri.

Retno dan Salman duduk di sofa berbentuk bundar yang terletak di teras tempat kerja Salman.

Retno dan Salman duduk di sofa berbentuk bundar yang terletak di teras tempat kerja Salman

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Dulu, Mbah kakungku sama Mbah Kakungnya Okta itu adalah *Abdi Dalem-nya Keraton,"

"Abdi Dalem Mas?" tanya Retno memotong kalimat Salman karena terkejut. Salman tersenyum, lalu mengangguk.

"Tepatnya Abdi Dalem Punakawan Tepas," jawab Salman sambil mengambil permen yang terletak di atas meja. Ia tak berani merokok jika ada Retno. Kekasihnya ini selalu marah-marah jika Ia merokok.

'Aku nggak bakal ngelarang Kamu rokok'an, asal asapnya Kamu telen sendiri jangan bagi-bagi ke orang lain, apalagi Nanda.'

Salman mengangguk dengan patuh waktu itu, karena memang merokok itu tidak baik untuk kesehatan. Memang sulit, apalagi Ia yang sudah tahap perokok berat. Kalau disuruh berhenti total, Ia belum sanggup. Jadi Salman, menguranginya sedikit demi sedikit.

Retno tersenyum melihat Salman mengambil permen, padahal disebelahnya ada satu bungkus rokok. Usahanya berhasil.

"Tepas,?" tanya Retno tak paham. Karena yang Ia tahu jika Abdi Dalem itu dibagi menjadi dua bagian besar, Abdi Dalem Punakawan yang berasal dari masyarakat umum dan Abdi Dalem Kaprajan yang berasal dari TNI, Polri, dan PNS, biasanya yang sudah pensiun dan secara sukarela mau mendarmabaktikan ilmu, tenaga, dan waktunya untuk Keraton.

"Iya. Abdi Dalem Punakawan itu dibagi jadi dua macam lagi. Pertama Tepas, yang ke Keratonnya selayaknya kaya kerja kantoran gitu. Yang kedua Caos, yang menghadap ke Keratonnya tiap periode sepuluh hari sekali."

Retno mengangguk paham, lalu menyuruh Salman kembali melanjutkan.

"Kakungku dan Kakungnya Okta, punya keinginan supaya persahabatannya nggak putus dan tetep jadi saudara, mereka mau jodohin anak-anak mereka. Tapi, karena, anak-anak mereka nggak bisa, jadi di skip ke cucunya."

"Kenapa nggak bisa?" tanya Retno antusias.

Salman mengusap pipi Retno sebentar sebelum melanjutkan, "Kakungnya Okta punya anak laki-laki, satu. Kakungku punya anak dua. Ibuk dan Paman Setyo. Otomatis perjodohannya jatuh ke tangan Ibuk kan?"

Retno mengangguk-anggukkan kepalanya dengan otomatis, membuat Salman terkekeh dengan tingkah Retno yang menggemaskan itu. Waktu Ibuk dimintai pendapat tentang perjodohan, Ibuk nolak. Karena waktu itu Ibuk udah kecantol sama bule Kanada yang jadi temen sekampusnya, alias Ayahku.

Retno menganggukkan kepalanya tanda mengerti. Waktu pertama kali datang ke rumah ini, dan lihat foto keluarga Salman yang dipajang, membuat Retno berdecak kagum dengan ketampanan dan kecantikan manusia yang ada di foto tersebut. Paras tampan Salman yang kejawa-an banget mirip Ningsih. Sedangkan paras kalem nan cantik milik Dira sedikit mengikuti sang Ayah yang bule.

"Kakung Mas nggak pa-pa?" tanya Retno sambil menggigit bibir bawahnya sebentar. Ia merasa antusias dimana di kehidupan nyata ada cerita semenarik ini. Retno menghela nafas, "Maksudku kan biasanya kalau Aku baca cerita di novel atau nonton sinetron perjodohan-perjodohan gitu, pasti ada paksaan?"

Salman tertawa geli mendengar pertanyaan Retno, "ya enggak dong, Sayang. Kakung bebasin, mau nerima atau nggak, itu terserah Kita. Sebentar Aku ambil minum dulu."

Salman beranjak dari duduknya untuk berjalan memasuki ruang kerjanya. Tak berselang lama, Ia sudah membawa nampan berisi dua gelas air putih di tangannya.

"Jadi, Kamu nerima perjodohannya?"

Salman meletakkan gelas berisi air putih di hadapan Retno, lalu berjongkok di hadapan Retno. Menatap manik mata Retno dengan penuh cinta. Merasakan perasaan yang begitu membuncah. Ia mencubit lembut pipi Retno sebelum menjawab, "iya."

🌻🌻🌻🌻🌻

Glosarium

Abdi dalem merupakan orang yang mengabdikan dirinya kepada keraton dan raja dengan segala aturan yang ada. Abdi dalem berasal dari kata abdi yang merupakan kata dasar dari "mengabdi" dan dalem atau ndalem yang bisa diartikan sebagai kata ganti untuk penyebutan "sunan/sultan". Abdi dalem tidak mengenal hari libur.

Sumber : Wikipedia

🌻🌻🌻🌻🌻

R(RETNO)O ✔ (Sudah Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang