🌈BAB 3🌈_Ceroboh?

20.5K 1.2K 94
                                    

Denganmu

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Denganmu...
Lidahku mendadak kelu,
tubuhku terasa kaku,
degup jantung semakin bertalu.
Apakah mungkin,
diriku yang tengah sendu,
terperangkap akan sosokmu?

Apakah mungkin,diriku yang tengah sendu,terperangkap akan sosokmu?

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Pagi Kau muncul di timur...
Sore Kau hilang di barat...
Siapakah yang menariknya...?
Hanya Allah yang dapat...

Suara seseorang yang tengah bernyanyi, sungguh menyejukkan hati lelaki tampan yang kini tengah berdiri di samping ruang kelas A1 di sebuah TK. Suara serak-serak basah yang merdu, bahkan sangat pas, jikalau sang pemilik memilih menjadi seorang penyanyi. Suara yang seakan menyihirnya hingga Ia memejamkan matanya. Menikmatinya, seakan Ia tengah mendengarkan lagu dari penyanyi yang sangat disukainya.

Pemandangan indah dari seorang pria tampan itu, membuat beberapa pasang mata tampak antusias dengan objek yang tengah mereka pandang. Pemandangan yang mencolok mata terlihat diantara kerumunan ibu-ibu yang tengah menjemput buah hati mereka. Seorang pria tampan sumber pemandangan mereka semua tengah bersidekap dengan gagahnya sambil memejamkan matanya, dengan menyenderkan tubuhnya di tembok. Salman. Ia seakan menjadi titik hitam diantara lautan pink.

Ia membuka mata sesaat setelah suara merdu itu berhenti mengalunkan lagu-lagu anak dari mulutnya. Ia teringat mengapa Ia sampai berada di suasana yang begitu ekstrimnya ini. Sebenarnya Dia enggan untuk menjemput anaknya, tatapan mata para ibu-ibu inilah yang menjadi alasannya. Ningsih, Ibunya yang beralasan sedang tidak enak badan, memaksa Salman untuk menjemput Nanda. Salman tahu bahwa itu hanya akal-akalan Ibunya saja. Ingatannya terputar saat malam dimana Nanda menceritakan bahwa Dia sudah mempunyai Mama, yang tak lain adalah Retno. Ibunya dengan antusias langsung menjodohkan Salman dan Retno. Sebenarnya, Salman enggan untuk mencari pengganti Okta, istrinya. Tetapi ibunya lagi-lagi menegaskan ini semua demi Nanda.

"Pak Salman?"

Suara lembut menyentakkan lamunan Salman. Suara seseorang yang mampu membuat bulu kuduk Salman meremang. Salman segera mengalihkan tatapannya kepada seseorang yang sedang berada di hadapannya, wanita cantik dengan manik mata hitam legam, yang seakan langsung bisa menyihir Salman, untuk masuk ke dalamnya. Black hole, seperti itulah.

"I... Iya...?" jawab Salman dengan tergagap.

Salman memejamkan matanya dengan gusar, ia merutuki kebodohannya, karena dengan gagapnya menjawab panggilan wanita itu. Bagaimana pandangan wanita dihadapannya ini tentang dirinya? Seorang pria tampan yang gagap? Tidak.

"Ini, Nandanya, pak."

Salman refleks mengangguk beberapa kali, yang membuat wanita itu tersenyum geli. Salman menggaruk tengkuknya yang tidak gatal itu. Sungguh, kelakuannya ini, bukanlah seperti dirinya.

"Mari, Bu."

Salman kemudian menganggukkan kepalanya. Dia segera melangkah pergi dari hadapan wanita cantik itu. Ia hanya ingin segera pergi dari suasana secanggung ini. Ia merutuki kebodohannya, sambil terus menggandeng tangan putranya dengan terus menatap ke depan, walaupun dari belakang Ia mendengar samar-samar beberapa orang memanggil namanya. Salman merasakan tangannya di guncang dengan kuat oleh tangan putranya.

"Ada apa Nanda? Kita harus segera pulang. Nenek Kamu sedang sakit, katanya."

Salman memutar bola matanya mengingat ibunya yang super drama itu. Salman menghentikan langkahnya saat bahunya ditepuk dari belakang. Ia menoleh dengan sedikit kesal karena perjalanan untuk segera pulang ini menjadi terganggu.

"Iya?"

Salman bertanya sambil menolehkan kepalanya, guna mengetahui siapa dalang dari si pengganggu itu. Sedetik kemudian ia terkesiap melihat sosok wanita cantik tadi dengan napas sedikit memburu dan tengah menepuk bahunya. Di tangan kirinya, iia menggandeng Nanda, yang juga tampak kecapaian seperti habis berlari.

Tunggu dulu ... Nanda?

Salman segera beralih menatap sosok yang daritadi ia gandeng. Seorang anak dengan kuncir dua di kepalanya, tengah tersenyum yang memperlihatkan gigi ompongnya. Perut Salman langsung merasakan mules dengan hebatnya. Bagaimana bisa, ia salah menggandeng anak yang bukan anaknya?

Ingin rasanya Salman menarik lepas wajahnya ini.

Ingin rasanya Salman menarik lepas wajahnya ini

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

7 November 2017

R(RETNO)O ✔ (Sudah Terbit)Where stories live. Discover now