🌈BAB 34🌈_Gerah

4.2K 391 30
                                    



Biasakan pencet bintang sebelum membaca, dan tinggalkan komen setelah membaca... Happy reading...

🌻🌻🌻🌻🌻

"Kamu udah buktiin sama mbak Okta, kalau Kamu udah jadi Papa yang hebat buat Nanda," kata Retno masih tetap memeluk Salman. Ia mencium kepala samping Salman, membaui aroma mint yang menguar dari rambut ikal kekasihnya.

Retno membiarkan Salman mengeluarkan emosinya yang sudah Ia pendam bertahun-tahun lalu. Mereka berdua bertahan dengan posisi berpelukan seperti itu sudah hampir tiga puluh menit. Bisa dilihat dengan kaki Retno yang sedikit gemetar karena pegal terlalu lama bersimpuh.

Salman menghela nafas panjang, sebelum mengurai pelukannya. Ia merasakan lega yang teramat sangat. Beban yang menghimpitnya bertahun-tahun sudah terangkat. Hatinya plong dan terasa ringan.

Ia tak pernah menyangka, bahwa Retno-lah yang melepaskan himpitan di dadanya yang teramat menyiksa. Ia tak menyangka bahwa gadis di depannya inilah yang mampu menguncinya hanya dari tatapan mata.

Hanya dari suaranya yang serak seperti orang terkena batuk itu, bahkan sanggup membuat dentuman tak berirama menggema di dadanya.

Hanya dari senyum manis wanitanya itu, yang mampu membuat Ia jatuh hati hanya dalam waktu kurang dari satu minggu. Bahkan, tak mampu Ia lakukan saat bersama mendiang Okta dulu.

"Terima kasih," ucap Salman yang langsung dihadiahi senyum berhias gingsul yang membuatnya semakin manis. Retno mengangguk dengan binar mata bahagia yang tak ingin Ia tutupi. Salman tersenyum menatap netra sepekat malam yang menjadi favoritnya itu.

"Makasih Kamu udah jujur sama Aku," ucap Retno bahagia. Salman mengusap kepala Retno lembut.

Lagi. Retno sekar ayu, membuatnya jatuh hati lagi. Membuatnya terpesona lagi. Berkali-kali.

Hingga tangan bertekstur sedikit kasar itu menangkup kedua pipi tirus milik sang pujaan hati. Tatapannya beralih menatap bibir ranum yang sedikit merekah itu. Perlahan namun pasti, kepalanya mendekat ke kepala Retno, membawa bibirnya menyatu ke bibir milik Retno. Mencecapnya sesaat, sebelum berubah menjadi lumatan ringan.

Tangan kanan Salman beralih menuju tengkuk Retno, memperdalam ciuman yang membuatnya mabuk. Tangan kirinya beralih ke pundak Retno, mengelusnya, membuat nyaman pundak yang sedikit menegang itu.

Salman melepaskan ciumannya, memberi waktu Retno untuk bernafas, sebelum kembali meraup bibir yang setengah terbuka itu. Mencubit kecil bibir atas Retno, dan kembali memperdalam ciumannya. Salman tak terburu-buru, gerakannya lembut dan stabil.

Retno merasa jantungnya ingin melompat keluar, tubuhnya seakan tersetrum, rasa geli di perutnya semakin menjadi. Ia bertaruh, jika berdiri dan tak duduk bersimpuh seperti sekarang, bisa Ia pastikan Ia akan langsung terjatuh karena otot-ototnya seakan melemas.

Salman melepaskan ciumannya lagi, memberi waktu Retno untuk mengambil nafas. Salman memberi jarak tipis wajahnya dengan wajah Retno. Hidung mereka masih bersentuhan. Hingga Salman kembali melumat bibir manis itu, melakukannya lagi tak ingin berhenti.

Lalu... hidung Retno merasakan gatal yang teramat sangat, dan mrndorong dada Salman dengan cepat.

Hatchiiiiii...

Retno bersin, membuyarkan ciuman romantis dari Salman. Ia mengipas wajahnya dengan telapak tangan. Tiba-tiba hawa di sekitarnya menjadi panas. Salman yang melihat Retno bersin dan mengipas wajahnya seakan kepanasan padahal masih hujan, langsung menempelkan punggung tangannya di dahi Retno.

"Kamu sakit?"

"Nggak," Retno terkejut dengan suara yang sedikit keras untuk membalas pertanyaan Salman.

Reaksi berlebihan hanya karena mendengar suara husky Salman, yang tiba-tiba berubah menjadi sangat seksi di indera pendengarannya. Errrrr...

Salman yang melihat warna merah muda yang mulai menjalar dari wajah sampai telinga Retno, mulai memahami sesuatu. Ia tersenyum miring, "Kamu malu?"

"Enggak!"

"Kamu pengen Aku cium lagi?"

Retno menoleh secepat kilat. Ia melotot ke arah Salman, "apa sih! Goda-godain kaya anak alay aja!"

Salman tertawa terbahak, suara tawanya yang mampu memecah suara hujan yang deras. Sudah lama Salman tidak pernah nerasakan tawa selepas ini.

Retno yang bertambah gerah karena mendengar suara Salman, akhirnya mengambil kuncir rambut yang ada di saku celananya. Menyatukan rambutnya menjadi satu, dan mengikatnya sedikit tinggi.

Kegiatan menguncir rambut Retno, yang tak lepas dari pengamatan Salman. Ia meneguk ludahnya dengan perlahan, seakan menjadi kegiatan yang begitu sulit Ia lakukan saat ini.

Matanya tak bisa lepas dari leher jenjang Retno. Ia berdehem sebentar sebelum mengipas wajahnya dan mengalihkan pandangannya dari leher Retno. Walau tetap saja pandangan matanya kembali dan kembali lagi untuk menatap leher itu.

"Arggggh, sekarang Kamu yang bikin Aku gerah."

🌻🌻🌻🌻🌻

Seneng nggak? Akhirnya senyum-senyum lagi kan.? Besok Kita ketemu Nanda.

? Besok Kita ketemu Nanda

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
R(RETNO)O ✔ (Sudah Terbit)Where stories live. Discover now