🌈BAB 15🌈_Kaget

5.7K 546 32
                                    

"Bunda, mau eek

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Bunda, mau eek." Retno mengalihkan perhatiannya ke anak kecil yang tengah mengangkat tangan sambil memegang perutnya. Retno bergegas menghampiri Nanda, kemudian membantunya pergi ke toilet.

"Nanda bisa sendiri, Bun," tolak Nanda ketika Retno ikut melangkah masuk ke bilik toilet. "Kata Papa, Nanda harus jadi anak yang mandiri, nggak boleh ngerepotin orang lain," ucap Nanda dengan mimik ceria yang selalu menghiasi wajah tampannya. Retno kembali merasa kagum dengan anak didiknya yang satu ini. Retno mengusap lembut kepala Nanda kemudian mengangguk kecil sembari membantu Nanda menutup pintu bilik.

Retno menghela nafas, melihat Nanda membuatnya teringat akan permintaan Salman. Total sudah tiga hari Ia menghindar dari lelaki itu. Entah pesan yang Ia abaikan, panggilan yang tak Ia angkat. Bahkan, Ia pura-pura sedang ke toilet saat Salman menjemput Nanda waktu pulang sekolah. Hati kecilnya sering berteriak apakah Ia siap menerima permintaan Ayah Nanda. Yang paling penting, apakah Nanda bisa menerima dirinya sebagai Ibunya? Retno menggeleng pelan, menghalau pikirannya yang sudah mulai merambah kemana - mana.

"Ayo, Bun." Retno tersentak kaget ketika tangan kecil itu sudah menarik kecil ujung baju seragamnya. "Nanda udah cebok, toilet juga udah Nanda bersihin," lanjut Nanda.

Retno tersenyum kemudian mengecek keadaan toilet. Memang sudah benar bersih. Retno kembali tersenyum bangga. Ia jadi teringat dengan beberapa kali kejadian di toilet umum yang pernah Ia temui, tidak sedikit yang masih kotor. Jejak tidak pantas oleh orang jorok yang tidak bertanggung jawab sering Ia jumpai. Bukankah seharusnya mereka malu jika tahu bahwa mereka kalah dengan bocah sekecil ini.

Alangkah bangganya jika Ia menjadi Ibunya.

Ehhhh? Retno tersenyum malu dengan pikirannya sendiri. Bagaimana bisa...

🍁🍁🍁🍁🍁

"Papaaaa." Nanda berteriak memanggil Papanya yang sudah melambaikan tangannya. Lelaki tampan itu tengah berjalan menuju ruang kelas Nanda. Sementara itu, Retno yang tengah berdiri menyalami anak muridnya, tengah terbelalak kaget. Bagaimana Salman bisa seawal ini menjemput Nanda? Biasanya Salman atau Ibu Ningsih akan menjemput Nanda agak terlambat. Bahkan, Retno belum sempat bersembunyi di toilet. Dua hari ini, Ia akan meminta Bu Atun atau Bu Rini untuk menemani Nanda sampai Ia dijemput. Retno beralasan sedang sakit perut, padahal di dalam toilet Ia hanya berdiri gelisah.

Retno menelan ludah dengan susah payah, mungkin ini saatnya Ia memberikan jawaban dan tak boleh menghindar lagi. Ia menoleh ke arah Salman, kemudian tersenyum kikuk ketika Salman melambaikan tangannya sambil tersenyum dengan sangat tampan. Sedetik kemudian Retno langsung tersenyum kecut ketika melihat Ibu muda wali murid anak didiknya tengah berusaha mencari perhatian Salman.

"Ckkkk," decak Retno ketika melihat Salman menanggapi wanita itu. Ia bergegas pergi keluar kelas begitu saja. Naluri kepemilikan muncul begitu saja dari jiwa Retno tanpa Ia sadari.

"Pak Salman mau jemput Nanda ya?" Retno mencubit tangannya sendiri ketika pertanyaan itu yang muncul dari mulutnya.

"Ngapain lagi kalau nggak jemput. Bodoh Kamu Retno," gumam Retno lirih pada dirinya sendiri.

Salman tersenyum geli mendengar gerutuan Retno. "Iya Bu mau jemput Nanda. Sekalian mau ngajak Bu Retno pulang bareng," kata Salman yang langsung membuat Retno berjengit kaget. Ibu muda yang tadi juga kaget. Bahkan bu Atun yang sedang berdiri di sebelah Retno sampai menoleh kaget. Mungkin para pembaca juga ikut kaget? 🙀

 Mungkin para pembaca juga ikut kaget? 🙀

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
R(RETNO)O ✔ (Sudah Terbit)Where stories live. Discover now