🌈BAB 16🌈_Bersedia

6.1K 563 44
                                    

Retno tengah dilanda kegugupan luar biasa ketika Ia tengah berada di taman yang berada di rumah Salman dengan sang pemilik rumah tengah memandangnya lekat

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Retno tengah dilanda kegugupan luar biasa ketika Ia tengah berada di taman yang berada di rumah Salman dengan sang pemilik rumah tengah memandangnya lekat. Senyum menawan tak pernah lepas dari bibir duda beranak satu ini. Retno menjadi salah tingkah karena Salman terus memandanginya, Ia mengalihkan pandangannya ke arah lain. Namun, matanya malah menangkap tiga sosok mencurigakan tengah mengintip dari balik jendela di salah satu ruang di rumah Salman. Retno meringis ketika menyadari bahwa salah satu pengintip adalah Ibu Ningsih. Salman memicingkan mata mengikuti arah pandang Retno. Sesaat kemudian, matanya melotot melihat Ibunya, Dira, dan Imam tengah berdiri dibalik jendela di ruang keluarga yang terletak persis di sebelah taman. Salman berdecak kesal, Ia melangkahkan kaki menuju si pengganggu momen itu.

Retno melihat Salman tengah berkacak pinggang sambil melompat-lompat dengan kesal. Ketiga pengintip itu akhirnya pergi dengan lesu setelah berdebat dengan Salman yang tengah mencak-mencak. Tak berselang lama, Salman kembali dengan menggerutu.

"Maaf tadi terganggu ya? Mereka bertiga memang tukang kepo. He. He." Salman menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. Retno menggeleng samar menanggapi Salman. Keduanya kembali terdiam beberapa saat, sibuk dengan pikirannya masing-masing. Sampai... suara husky Salman menginterupsi lamunan Retno.

"Bu... em sorry... Retno...." Retno menolehkan kepala cepat ke arah Salman ketika mendengar Salman memanggil namanya, hatinya berdesir hangat. "Boleh Aku manggilmu Retno ketika di luar sekolah?"

Retno mengangguk kaku sebagai jawaban. Retno berkali-kali berdehem untuk menghilang rasa gugupnya. Tanpa Ia sadari, Salman tengah tersenyum melihat Retno yang salah tingkah. Kemana perginya sosok Retno yang berkharisma itu? Kini di samping Salman, Retno menjadi sosok gadis yang sangat menggemaskan di matanya. Secara refleks tangan Salman terulur untuk mengacak puncak kepala Retno.

Retno tersentak kaget dengan perlakuan Salman yang tiba-tiba itu. Salman segera menarik kembali tangannya yang bergerak di luar kendali. Mereka berdehem bersamaan, kemudian tertawa geli ketika menyadari betapa gugupnya mereka saat ini.

"Retno, Aku tau permintaanku kemarin menjadi beban untukmu. Namun, yang perlu Kamu tahu, ketika Aku meminta itu, Aku memang bersungguh-sungguh." Salman memandang Retno yang tertunduk, Ia menghela nafas sabelum melanjutkan perkataannya kembali.

"Retno, entah Kamu percaya atau tidak. Kamu adalah wanita pertama setelah kematian mendiang istriku, yang mampu membuat hatiku berdesir hanya dengan keberadaanmu. Serta, Kamu adalah wanita pertama yang mampu membuatku jatuh hati begitu saja, hanya dengan melihat sosokmu untuk pertama kalinya." Retno mengangkat kepalanya, perlahan menatap Salman dengan mata berkaca-kaca. Salman mengusap air mata Retno yang berhasil jatuh ke pipi perempuan bergigi gingsul, yang mampu membuat Salman kalang kabut selama tiga hari ini.

"Aku memang masih mencintai Okta, mendiang istriku. Bahkan akan selalu begitu. Namun, Kamu punya tempat khusus di hatiku. Kamu spesial untuk Aku dan Nanda. Kamu bukan pengganti. Kamu Retno yang mampu membuat Salman si pria frustasi jatuh hati, setelah sekian lama hatinya mati." Retno semakin menangis tersedu mendengar perkataan Salman. Ia tak menyangka bahwa Salman bersungguh-sungguh seperti ini. Yang selama ini membuat Retno ragu adalah jika Retno hanya akan menjadi pengganti. "Untuk usiaku sekarang Aku tak mungkin memintamu menjadi kekasih. Aku sudah punya buntut dan terlalu tua," kekeh Salman, "jadi, maukah Kamu menjadi pendampingku... Retno?"

Salman terkejut ketika Retno menarik tangannya dari genggaman Salman. Keterkejutannya bertambah dua kali lipat ketika tangan Retno bergerak untuk menghapus air mata di pipi kiri Salman yang tak Ia sadari kapan jatuhnya. Lagi-lagi, keterkejutan Salman bertambah tiga kali lipat ketika Retno berkata,

"ya. Aku bersedia."

Ya, Allah tolong ini Salmannya boleh Aku karungin nggak sih?

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Ya, Allah tolong ini Salmannya boleh Aku karungin nggak sih?

R(RETNO)O ✔ (Sudah Terbit)Where stories live. Discover now