🌈BAB 37🌈_Kamu Yakin?

3.5K 347 30
                                    

Jangan jadi sider! Nanti nggak Aku kasih muka gantengku lagi loh

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jangan jadi sider! Nanti nggak Aku kasih muka gantengku lagi loh. 👅

Vote sebelum baca, komen selepas baca! Wajibbb! B-nya ada 3!

🌈🌈🌈

Retno terperangah mendengar lamaran Salman yang lain dari yang lain. Khas seorang Salman, membuat Retno jadi gemas sendiri.

Bukankah calon suaminya ini sangatlah lucu? Eh 😆

Retno menghela nafas panjang, tangannya terulur untuk mengambil kotak beludru, yang berada di tangan Salman. Ia menutupnya, lalu mengembalikan ke tangan Salman kembali.

Deg!

Hati Salman mencelos begitu saja. Retno menolak lamarannya.

"Kamu nolak?" tanya Salman lirih. Ia menggenggam kotak beludru itu kuat-kuat. Hatinya seakan tersayat.

Retno mengangguk. Ia kemudian mengalihkan pandangannya ke arah Nanda yang masih asyik bermain.

"Bukannya Kamu memberi pilihan?" tanya Retno sembari kembali menatap Salman.

Salman meneguk ludahnya susah payah. Ia lantas mengangguk, menjawab pertanyaan Retno dengan kikuk.

"Aku nolak Kamu, agar Kamu yang jadi suami Aku, Mas," desis Retno gemas sendiri karena Salman yang mulai *lola.

Bukankah tadi Ia yang memberinya pilihan? Kenapa sekarang Salman yang gugup sendiri?

Salman tersentak kaget. Ia nge-blank. Bagaimana Ia mendadak lupa dengan lamarannya sendiri?

Sepertinya karena Retno yang menolaknya dengan tiba-tiba, membuat perasaannya menjadi risau dan pikirannya mendadak kacau.

"Kamu lupa nih pasti. Ckk," decak Retno. Ia mencubit paha Salman, yang membuat pria itu mengaduh keras.

"Ya Allah, untung sayang," gumam Retno tak habis pikir dengan sifat Salman yang satu ini. Pe-lu-pa.

Salman masih mengusap pahanya. Ia tersenyum canggung karena Retno yang masih menatapnya dengan tatapan horor.

"Nggak lupa Sayang. Cuma nge-blank dikit," ucap Salman dengan tangan membentuk bulatan kecil menggunakan ibu jari dan telunjuknya.

"Aku nolak Kamu, biar Kamu yang makai-in cincinnya. Masak Aku yang pakai sendiri," kata Retno lembut. Ia mengulurkan tangannya ke arah salman.

Mata Salman mengerjap, tak percaya. Dadanya bergemuruh, dengan detak jantung tak beraturan.

Perutnya melilit, tidak sakit, tetapi rasanya menyenangkan.

Tubuhnya bergetar, meresapi rasa membuncah, yang baru pertama Ia rasakan.

Seperti inikah rasanya, ketika lamaran diterima oleh wanita yang diidamkan?

Rasanya begitu membahagiakan.

Salman tersenyum, tangannya yang sedikit bergetar membuka kotak beludru, lalu mengambil cincin berhiaskan tiga permata berwarna navy, senada dengan warna kotaknya.

Dengan telaten, Salman memakaikan cincin di jari manis Retno. Mengangkat jemari kurus milik sang kekasih, kemudian mengecupnya, "terima kasih."

Retno tersenyum menatap jemarinya yang tengah Salman genggam. Bagaimana pria pemilik wajah jutek ini mampu memenuhi hatinya. Menerima keadaannya yang penuh kekurangan.

"Terima kasih karena Kamu sudah nerima duda beranak satu yang nekat ngelamar Kamu tanpa persiapan ini. Maaf, karena Aku nggak bisa seromantis pria yang ada di novel yang sering Kamu baca. Aku punya banyak kekurangan," ujar Salman tulus. Ia melepas jemari Retno, lalu mengambilnya kembali untuk Ia genggam.

"Tapi," Salman membasahi bibirnya yang terasa kering. Tangan kanannya menepuk tangan Retno yang Ia genggam beberapa kali.

"Aku tulus cinta sama Kamu. Aku serius dengan lamaranku. Aku bersungguh-sungguh ketika meminta Kamu jadi istri Aku dan Ibu dari anak-anakku."

Retno menghambur ke pelukan Salman. Perasaannya menghangat mendengar kata-kata Salman yang begitu manis itu. Bahkan pria idaman khayalannya jauh terlewat. Salman semakin di depan. Merajai hatinya yang sangat terkesan.

"I love you," bisik Salman tepat di samping telinga Retno. Retno menjawab dengan anggukan antusias yang membuat Salman terkekeh geli.

"Oh ya! Karena Kamu sudah setuju, besok Kamu harus nemenin Aku!" pinta Salman membuat Retno melepas pelukannya.

"Kemana?" tanya Retno dengan dahi berkerut. Pasalnya, Salman jarang sekali mengajaknya pergi ketika hari minggu. Ia lebih suka menghabiskan akhir pekannya di rumah bersama keluarga.

"Minta restu Ayah dan Ibumu."

🌈🌈🌈

*Lola = loading lama/ telat mikir/lemot.

•••••

Cerita ini masih panjang. Retno belum baikan sama Ayahnya, ortu Retno belum tau kondisi Retno, kalian belum ketemu Ratih (ada yang masih ingat?). Dan kunci Retno dapat kondisi ini, mbak Anti. Kalian belum ketemu kan?

Jadi santuy, simak terus ceritanya. Uhuy.

Nih tak kasih mas duda lucu yang sering lupa.

Nih tak kasih mas duda lucu yang sering lupa

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
R(RETNO)O ✔ (Sudah Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang