🌈BAB 4🌈_Salting

19.3K 1.1K 42
                                    

Percampuran antara merah dan biru adalah ungu

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Percampuran antara merah dan biru adalah ungu.
Pertemuan antara Aku dan Kamu adalah rindu.

*****

Ruang berukuran 3 x 4 itu tampak sangat berantakan. Plastik, kertas, dan lainnya, tampak berceceran dimana-mana. Tak hanya itu, sang manusia penyebab kekacauan ini, keadaannya tidak jauh berbeda dengan ruang kerjanya. Tangan dan kakinya tampak seperti lukisan abstrak, wajahnya kumal, dengan rambut seperti tokoh kartun dragon ball. Keadaan ini, dikarenakan pikiran Salman yang melayang-layang, memikirkan kejadian memalukan yang Ia alami , kemarin. Betapa bodohnya Ia, sampai salah menggandeng tangan anak ompong berkuncir kuda itu. Salman mengacak rambutnya frustasi. Sesekali Salman tampak bergumam sendiri.

Kenapa?

Kenapa?

Mengapa?

Apa?

Bagaimana?

"Ya Allah ampuni Salman, ya Allah." gumamnya dengan wajah dramatis.

"Kenapa Mas?"

Interupsi seseorang memecahkan lamunan Salman. Salman refleks menengok ke arah suara yang berasal dari arah pintu masuk ruang kerjanya.

"Kenapa apanya, Mam?" tanya Salman menautkan alisnya tidak mengerti.

"Daritadi, Mas bos teriak kenapa, mengapa, apa, terus. Lagi ngapalin rumus lima W satu H yo, Mas?" tanya Imam dengan wajah geli. Salman terkaget karena Dia yakin Dia hanya bergumam. Kenapa malah berteriak? Salman hendak menjawab Iman, tetapi interupsi nada dering ponselnya, segera mengalihkan perhatiannya.

"Astaghfirullah."

Salman terperanjat ketika melihat id pemanggil ternyata no telefon sekolah anaknya. Matanya segera beralih menatap jam di dinding yang sudah menunjukkan pukul tiga sore.

"Mam, gara-gara Kamu ini ya. Aku jadi lupa jemput Nanda."

Salman segera mengambil ponselnya tanpa menjawab panggilan itu. Imam yang menjadi kambing hitam hanya bisa tertawa geli melihat tingkah bosnya yang abstrak itu.

🌈🌈🌈

"Maaf Saya terlambat."

Salman segera masuk ke ruangan Retno. Deru nafas lelah terdengar keras di telinga Retno. Nyata sekali, bahwa Salman habis berlari. Salman segera mengedarkan pandangannya ke arah sofa ruang guru dari anaknya itu, tampak Nanda sedang tertidur dengan lelapnya, dengan kursi-kursi kecil tampak menghalau tubuh Nanda supaya tidak terjatuh. Pandangannya kemudian beralih menatap wanita cantik, yang tengah berdiri di hadapannya. Retno tampak tersenyum manis, dengan kaca mata baca bertengger di hidung mbangirnya. Anggun sekali, begitu pikir Salman. Tahi lalat kecil di bawah bibir, tampak mempermanis wajah kalemnya.

"Assalamu'alaikum Pak," sapa Retno untuk Salman yang tengah asyik memandang wajahnya. Salman yang mendengar salam Retno, tampak sedikit terperanjat.

"Wa'alaikumussalam. Ya Allah, maaf, Saya sampai lupa salam, Bu."

Salman tersenyum kikuk. Retno tersenyum manis menanggapi lelaki yang Ia anggap unik ini. Deskripsinya tentang duda tampan dengan sifat dingin yang sering Ia baca di novel-novel favoritnya, segera lenyap ketika melihat duda tampan di hadapannya ini.

Tampan?

Sangat.

Dingin?

Big NO!!!

Retno tersenyum geli ketika membandingkan definisi Duda versi novel dan duda versi nyata. Duda di hadapannya ini adalah seseorang tampan, yang sedikit, ceroboh?

"Kenapa, Bu?" tanya Salman menautkan alisnya tidak mengerti, ketika melihat Retno tertawa kecil. Retno terperanjat dengan interupsi Salman.

"Eh, maafkan saya, Pak. Saya hanya teringat wajah Hamish Daud ketika melihat Bapak. Mirip sekali soalnya. Hehe."

Gantian Retno yang sekarang tersenyum kikuk. Alasannya untuk ketidak sopanannya menertawakan lelaki tampan di depannya ini, sangatlah tidak etis. Retno menggetok kepalanya sendiri.

"Mungkin Hamish Daud yang mirip saya, Bu," jawab Salman tertawa mendengar jawabannya sendiri. Retno juga ikut tertawa dengan kekonyolan mereka ini. "Nanda sudah daritadi, Bu?"

"Eh, iya ini, Pak. Nanda nungguin Bapak dari tadi, tapi Bapak tidak kunjung jemput, jadinya saya suruh nunggu di ruangan saya, malah ketiduran. Kecapekan sepertinya, Pak." jawab Retno mengelus rambut Nanda dengan sayang. Hal itu, tak luput dari pengamatan Salman yang tengah tersenyum-senyum sendiri.

"Ehhhmmm... Bu Retno sudah mau pulang kan? Gimana kalau saya antar saja. Kebetulan saya bawa mobil, sudah sore lho ini," pinta Salman dengan satu kali tarikan nafas. Salman terheran-heran dengan degup jantungnya yang saat ini berritme sangat cepat. Salman menggelengkan kepalanya, tidak boleh. Dia masih mencintai Okta-istrinya.

"Eh, tidak usah, Pak. Saya bawa motor sendiri. Lagipula, Saya masih banyak kerjaan ini. Terima kasih atas tawarannya," tolak Retno lembut.

"Oh begitu, baiklah. Kalau begitu saya pamit dulu, Bu."

Retno mengangguk kecil sebagai jawaban. Senyum manis juga tak lepas dari wajah cantiknya.

Kendal, 1 Januari 2018

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Kendal, 1 Januari 2018

R(RETNO)O ✔ (Sudah Terbit)Where stories live. Discover now