🌈BAB 30🌈_Cinta Sendiri

3.7K 385 41
                                    

Salman mencoba menenangkan Retno yang masih menangis. Ia tak ingin menyudahi hubungannya dengan Retno. Ia hanya tak suka Retno masih berhubungan dengan mantan pacarnya itu.

"Aku udah jelasin sama Kamu. Harusnya Kamu ngerti, Mas. Aku nggak ada apa-apa. Aku juga sama Nanda waktu itu," jelas Retno seraya menghapus air mata yang membuat pandangannya kabur ketika menatap Salman.

"Bukan itu yang Aku maksud. Yang Aku maksud lima hari yang lalu," jawab Salman dengan menatap mata Retno dengan tajam. Retno tersentak kemudian menutup mulutnya sendiri dengan air mata mengalir dari pelupuk matanya, yang tak mampu Ia tahan lagi.

"Lima hari lalu saat Kamu bohong sama Aku,"

🍄🍄🍄🍄🍄

(Lima hari yang lalu)

Salman mengendarai mobil dengan gusar, sesekali Ia menyugar rambut ikalnya yang sudah mulai gondrong itu dengan frustasi. Semalam Nanda bercerita bagaimana Ia bisa bertemu dengan om ganteng waktu itu. Om ganteng yang Nanda maksud adalah Randi. Panggilan yang membuat Salman mengerang dan harus menelan kekesalannya bulat-bulat.

Cerita yang sama persis dengan penjelasan Retno yang ragu Ia percayai waktu itu. Pagi tadi, setelah cuci muka dan menggosok giginya tanpa mandi, Salman langsung bergegas mengambil kunci mobil untuk meminta maaf ke Retno secara langsung. Ia tak suka jika berbicara penting hanya lewat telepon. Salman menghentikan laju mobilnya ketika sudah sampai di depan kost Retno. Mengurungkan niatnya untuk turun ketika melihat pintu kost kekasihnya tertutup rapat. Ia mengambil ponsel di dashboard kemudian mendial angka dua, yang langsung terhubung ke nomor Retno.

Setelah deringan kelima, baru Ia mendapat jawaban dari Retno, "Kamu dirumah, Sayang?"

'Aku masih di Kantor Mas, masih ada kerjaan. Kenapa?'

"Ah, nggak apa-apa. Pulang jam berapa?"

'Satu jam lagi Aku pulang kok.'

"Are you okay?" tanya Salman merasa suara Retno sedikit berbeda.

'Aku nggak apa-apa. Aku telfon nanti lagi ya. Love you.' Retno memutuskan telfonnya sepihak. Sayup-sayup Salman mendengar alunan musik yang cukup keras terdengar.

Salman mengerutkan kening menyadari Retno yang sedikit aneh. Apakah di Kantor, Retno mendengar musik keras-keras? Salman mengerutkan alis, sedetik kemudian Ia mengendikkan bahunya, mungkin Retno sedang membuat raport murid-muridnya sambil mendengarkan musik.

Ia kembali menjalankan mobilnya menuju coffe shop yang terletak di dekat rumah kost Retno. Ia merasa mulutnya terasa kecut tanpa kopi dan rokok yang biasa menemani paginya. Ia juga harus mengisi perutnya yang keroncongan karena belum sarapan. Satu jam nongkrong sambil menunggu Retno.

Hanya butuh lima menit Ia sudah sampai di tujuannya, memarkirkan mobil, mengambil topi untuk menutupi rambutnya yang berantakan. Kemudian turun dari mobil, mengabaikan tatapan dari para gadis remaja bahkan Ibu-ibu yang melihatnya berjalan menuju coffe shop tersebut.

Walau Salman hanya memakai celana pendek putih dan sweater hitam yang membungkus tubuhnya, itupun mampu membuat mata para wanita itu mendapat asupan vitamin segar untuk kedua mata mereka di pagi hari yang sedikit mendung ini.

Walau Salman hanya memakai celana pendek putih dan sweater hitam yang membungkus tubuhnya, itupun mampu membuat mata para wanita itu mendapat asupan vitamin segar untuk kedua mata mereka di pagi hari yang sedikit mendung ini

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

🍄🍄🍄🍄🍄

Aroma espresso dan waffle langsung menyeruak ke indera penciumannya begitu pesanannya tersaji di meja. Alunan musik terdengar dari musisi lokal yang tampil dengan begitu menawan menemani para pengunjung coffe shop yang sedikit rame, walau jam masih menunjukkan pukul setengah sebelas. Mungkin karena ini akhir pekan, pikir Salman. Matanya menjelajah isi coffe shop dengan seksama. Sebelum matanya menangkap seseorang yang tengah duduk di sudut lainnya dengan seorang laki-laki yang sama. Si pelaku pengantar Retno dan Nanda pulang. Hatinya mencelos begitu saja, menyadari kekasihnya telah berbohong.

🍄🍄🍄🍄🍄

"Kamu bohong, Retno," suara Salman sedikit bergetar ketika mengatakan itu. Ia menahan sesak yang menggerogoti hatinya.

Retno semakin terisak mengingat kesalahannya. Ia mengaku salah karena telah berbohong, "maaf, Mas. Aku hanya merasa kalau Aku bilang ke Kamu, akan jadi masalah. Aku hanya mengambil buku yang ketinggalan di mobilnya. Aku nggak ada maksud lain, Mas. Aku bener-bener minta maaf."

Salman menghela nafas, "Aku nggak masalahin tujuan Kamu Retno, Aku percaya sama Kamu. Selalu. Yang Aku nggak suka, Kamu udah bohong sama Aku."

Mata Salman menyorot sendu melihat Retno menunduk dengan isakan tangis yang terdengar memilukan di telinganya, "Aku merasa Aku yang cinta sendiri disini. Aku merasa takut dengan mantan Kamu yang masih berkeliling di sekitar Kamu. Aku takut Kamu per--"

"Kamu tau, Kamu itu egois Mas?" Retno memotong ucapan Salman. Matanya tak kalah sendu ketika menatap Salman.

"Bahkan setelah Kamu tahu tentang masa laluku. Kamu nggak pernah mau terbuka tentang masa lalumu. Itu yang Kamu sebut cinta sendiri?" Retno menaikkan intonasi bicaranya, Ia tersinggung dengan perkataan Salman. Bagaimana bisa Ia mengatakan cinta sendiri sedang Retno telah dengan gamblangnya menunjukkan rasa cintanya untuk Salman.

🍄🍄🍄🍄🍄

Gimana? Mau lagi?

R(RETNO)O ✔ (Sudah Terbit)Where stories live. Discover now