🌈BAB 10🌈_Tolong

8.6K 754 11
                                    

Jenuh... Berawal dari biasa, menjadi kebiasaan, dan terakhir menjadi terlalu biasa.

 Berawal dari biasa, menjadi kebiasaan, dan terakhir menjadi terlalu biasa

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Darimana, Kamu?"

Suara berat seseorang berhasil membuat mata Retno membelalak kaget. Sosok gagah di usia yang tak lagi muda itu, tengah duduk di sofa ruang tamu di kamar kos milik Retno. Sorot mata penuh intimidasi memandang Retno tajam. Retno melangkah mendekat ke arah sosok itu, menyalim tangan sosok yang menjadi tulang punggung keluarganya. Sosok penentang terberat setiap keputusannya. Sosok penghalang tertangguh setiap mimpinya. Waluyo Harjono-pria paruh baya, ayah kandung Retno.

"Hidup kaya gini, yang Kamu maksud jadi pilihanmu?"

Retno menggeleng lemah menanggapi pertanyaan ayahnya. Retno meremas tangannya gelisah. Tidak. Jangan sekarang.

"Di gaji berapa, kamu? Baru pulang maghrib begini?"

Nafas Retno mulai tersengal. Pandangannya memburam akibat air mata yang siap tumpah dengan hanya sekali kedip. Rasa itu hadir lagi. Perasaan menyakitkan yang telah Ia kubur rapat kini mulai mendesak keluar.

"Ayah masih nggak habis pikir sama, kamu. Otak cerdas nggak bisa bikin kamu berpikir untuk memilih pekerjaan yang bisa bikin kamu punya masa depan. Punya tabungan."

Retno menggeram pelan, berusaha menghalau memori-memori kelam yang mulai bermunculan di dalam otaknya. Tekanan-tekanan yang membuat dirinya menjadi tak berdaya.

Minarsih yang sejak tadi berdiam diri di dapur, memberanikan diri untuk keluar, untuk menenangkan suaminya. Minarsih tidak mau hubungan suami dan anaknya semakin berjarak. "Sudah cukup, Mas." Minarsih mengelus lengan suaminya lembut. Berharap itu akan membuat kemarahan sang suami bisa mereda.

"Bukan gitu, Ayah. Retno habis dari ..." Retno tak sanggup melanjutkan jawabannya. Ia tak mungkin mengatakan jika Ia habis dari rumah seorang wali muridnya. Walaupun memang benar, dan itu urusan pekerjaan, Ayahnya tak akan semudah itu percaya. Ayahnya adalah seseorang yang sangat tegas dan sulit untuk menerima jawaban ataupun alasan dari orang lain. Ia akan bertahan pada jawaban dari pemikirannya sendiri. Jadi, Retno lebih baik menelan lagi jawaban yang akan membuat ayahnya semakin mencerca pilihan hidupnya.

"Apa yang bisa kamu harapin dari jadi guru seperti ini, Retno?" Waluyo memijat pangkal hidungnya. Tidak habis pikir dengan pilihan anak perempuannya itu.

Retno menautkan ke sepuluh jarinya dengan gelisah. Keringat dingin mulai membasahi kedua telapak tangannya. Rentetan pertanyaan yang terus diberikan sang ayah membuat Retno semakin gelisah. Ia terus mengusap telapak tangan basahnya ke seragam kerjanya.

Cukup.

Ia tidak kuat lagi, Ia harus pergi dari sini. Retno tak mau ayah dan ibunya mengetahui keadaan dirinya sekarang ini. Retno menutup kedua telinganya, bermaksud agar olokan dari sang ayah tak lagi Ia dengar. Sebelum semua menggelap, Retno dengan susah payah melangkahkan kaki untuk pergi dari hadapan kedua orang tuanya. Bukan Ia tak sopan melarikan diri dari percakapan dengan ayahnya. Namun, Retno tak ingin kedua orang tuanya mengetahui kondisi dirinya yang seperti ini. Retno berlari keluar dengan perasaan gelisah yang kian melanda. Gejolak perutnya seakan turut andil membuat tubuh Retno semakin kesakitan. Ia tak mau kondisi seperti ini muncul lagi. Ia tak mau tersiksa lagi.

Langkah kaki Retno tiba-tiba berhenti. Dengan tangan gemetar, Ia mengambil ponsel yang berada di tas, satu nama yang dipikirannya terlintas untuk Ia mintai tolong.

"Pak, ma... ma... af mengganggu. Boleh saya minta tolong?"

Konfliknya dari Bu Retno yang kalem dulu yah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Konfliknya dari Bu Retno yang kalem dulu yah. Yang nunggu mereka bersatu...

Tidak semudah itu Ferguso.

Entar kalau udah bersatu, Aku bingung mau bikin konflik gimana. Waks

Jangan lupa pencet ⭐ di kiri bawah.

Love ya..

Sampai ketemu di part selanjutnya...

Big ❤💛💙💜
dari

Emak - emak yang selalu sein kanan belok kanan

R(RETNO)O ✔ (Sudah Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang