🌈BAB 13🌈_Terima Kasih

6.3K 573 13
                                    

Cinta datang memang tidak pandang bulu

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Cinta datang memang tidak pandang bulu. Tidak memandang usia, tidak memandang status sosial. Cinta bahkan bisa membuat seorang pria dewasa, tengah memeluk boneka panda jumbo milik adik perempuannya. Sambil sesekali berteriak, ia menjambak rambut ikalnya dengan frustrasi. Berguling-guling sambil tersenyum, push up lalu sit up. Jangan ditanya kondisi kamar sang adik yang sudah seperti kapal pecah.

Kebiasaan Salman ketika hatinya tengah gundah, ia akan mengungsi ke kamar adiknya. Ketika ditanya mengapa tidak di kamarnya sendiri? Jawabannya adalah Salman tak ingin membereskan kekacauan dari ulahnya sendiri. Jawaban yang langsung membuat amarah Dira mencapai ubun-ubun.

Salman terkekeh membayangkan bagaimana Dira akan melotot dengan hidung kembang kempis ketika memarahinya. Lalu, Ia melihat sekeliling kamar Dira, matanya terpaku ke arah sprei bergambar tiga belas lelaki tampan berkulit putih yang berasasal dari negera Korea selatan. Salman berdecih melihat kondisi sprei yang sudah acak-acakan.

"Maafin aku ya, Oppa." Salman menirukan gaya bicara Dira ketika memanggil sang idola. Idola yang sering membuat Salman merasa cemburu, karena sang adik lebih memilih berada di kamar dengan menonton video sang idola, alih-alih bercengkerama dengan kakaknya.

Matanya kemudian beralih menatap boneka panda yang sudah terjengkang di bawah, memungutnya, kemudian kembali memeluk boneka itu dengan gemas. Ia kembali mengingat jawaban yang diberikan Retno.

"Ngapain pakai dipikir dulu sih... duh."

Salman kembali berguling di atas kasur Dira. Ia mengingat wajah Retno yang tersipu. Namun, menitikkan air mata ketika mendengar ajakan Salman untuk bisa menjadi lebih dekat. Kalau dari pengamatan matanya, Salman yakin bahwa gadis itu juga merasakan hal yang sama. Salman mengerang frustasi. Tak berselang lama, Ia mendengar sayup-sayup suara langkah kaki seseorang. Salman mulai menghitung derap langkah kaki seseorang tersebut.

"Lima."

"Empat."

"Tiga." Salman meneguk ludahnya dengan susah payah.

"Dua." Salman bersiap menutup telinganya. Ia yakin sebentar lagi akan mendengar suara menggelegar yang masuk ke telinganya.

"Satu." Salman menutup matanya rapat-rapat.

"Aaaaaaaaaargh." Salman membuka mata ketika teriakan itu menyusup ke gendang telinganya. Ia tersenyum bangga karena hitungannya tepat menebak suara langkah kaki milik adiknya dengan sempurna.

"Kakaaaaaaaaak... kalau mau gila itu di kamar sendiri!" Teriakan cempreng sang pemilik kamar menggema di ruang berukuran lima kali lima itu. Salman terkekeh mendengar suara Dira, Ia kemudian menatap wajah sang Adik dengan seksama.

"Dek, kalau ada pria nyatain perasaan ke wanita, terus sang wanita memandang wajah sang pria dengan terkejut, kemudian menitikkan air mata, itu pertanda baik atau buruk?"

"Ck, bahasamu, Kak." Dira berdecak menanggapi pertanyaan Salman. Ia mulai merapikan kekacauan yang dibuat pria yang berasal dari rahim yang sama dengan dirinya dengan gumaman kesal.

"Serius, Dek."

Dira menghentikan aktivitasnya, melipat tangannya di depan dada, lalu menghela napas sebelum menghadap ke arah kakaknya, "Kakak yang nembak?"

Telinga Salman memerah, ia tersenyum kikuk. Dira mendekati Salman yang tengah duduk di atas kasur dengan sprei favoritnya.

"Panteslah ceweknya nangis." Dira menatap wajah Salman dengan serius. Tanpa sadar, Salman meneguk ludahnya dengan susah payah.

"Kok gitu?" Salman menatap Dira dengan wajah bertanya-tanya.

Dira memutar-mutar jari telunjuknya di depan wajah Salman. "Dengan wajah kakak ini, wajah melas ini, pasti ceweknya kasihanlah sama kakak. Makanya nangis. Pffffft."

Dira terbahak melihat wajah pias Salman. Wajah Salman yang sudah serius menanti tanggapan Dira, langsung melotot ketika sadar ia tengah dikerjai adiknya. Salman langsung menelusupkan kepala Dira di ketiaknya. Dira terkekeh berhasil mengerjai sang Kakak, balasan karena Kakaknya telah membuat kamarnya seperti kapal pecah.

"Kakak... makasih." Salman melepaskan pitingannya, Dira memeluk Salman. Dira bahagia, kakaknya telah menemukan seseorang baru dalam hatinya. Ia yakin perempuan ini pasti sangatlah istimewa. Pilihan kakaknya tidak pernah salah. Mengikhlaskan bukan berarti melupakan.

 Mengikhlaskan bukan berarti melupakan

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Aku kasih visual Dira.

Ini berapa lama aku ngerong di dalam tanah nggak pernah muncul? Ah sudahlah, Aku nggak mau bikin alasan ini itu kenapa nggak muncul

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Ini berapa lama aku ngerong di dalam tanah nggak pernah muncul? Ah sudahlah, Aku nggak mau bikin alasan ini itu kenapa nggak muncul. Wkwk... Semoga kalian tetap selalu bahagia. Jangan lupa tetep patuhi rambu lalu lintas walaupun kalian si penguasa jalan, alias EMAK - EMAK.

Jangan lupa pencet bintang di bawah ya..

Love..

Dari Emak-emak yang selalu memakai helm, hingga berbunyi Klik.

R(RETNO)O ✔ (Sudah Terbit)Where stories live. Discover now