Her

1.1K 115 39
                                    

Go check out chapter "Please, Listen" sampai chapter "Hurt" untuk visualisasi cast yang lain!

Ruangan OSIS sedang sangat sibuk sekali hari ini. Kelvin, yang mana adalah ketua OSIS benar-benar dibuat pusing dengan persiapan pertandingan basket antar sekolah yang bakal digelar di SMA mereka 2 minggu mendatang. Varend yang melihat Kelvin beserta staffnya mondar mandir mengurusi berkas-berkas hanya menggeleng prihatin. Pasti otak Kelvin yang segede biji kacang itu sudah terbakar karna memikirkan hal-hal teknis seperti ini.

Lagipula ia sendiri juga heran, bagaimana seorang Kelvin Winata ini menjadi ketua OSIS? Well, bukan maksud merendahkan, tapi otak Kelvin itu sering konsletnya dari pada warasnya. Menurut Varend, ada banyak orang di sekolah ini yang bisa mengambil alih peran ketua OSIS yang di pegang sama Kelvin sekarang. Justin misalnya, mesikpun dia satu tingkat di bawah mereka, Justin itu anak yang pintar dan management waktunya juga bagus. Dia juga bijak dan perhitungan dalam mengambil keputusan. Lebih cocoklah di banding Kelvin.

"BANG!"

Refleks, kunci mobil Varend yang tadi ia mainkan di ujung jarinya jatuh ke lantai saat mendengar Justin berteriak tepat di sebelah telinganya disertai tepukan keras di tengkuknya. Varend melirik Justin tajam, benar-benar adik kelas tidak sopan. Varend dengan emosi balik memukul Justin tak kalah keras hingga cengiran di wajah Justin tergantikan oleh ekspresi kesakitan.

"Lo kaya begitu lagi gue jamin lo pulang sambil ngesot!" maki Varend sangar sambil memungut kunci mobilnya yang jatuh tadi.

"Yaelah sorry bang, gue kan gatau kalo lo kagetan." Jawab Justin dengan wajah polosnya, sambil masih mengusap belakang kepalanya yang barusan kena pukul Varend.

"Gue nggak kagetan!" sangkal Varend kesal.

Justin mengernyit sambil memegangi telinganya saat Varend berteriak padanya. Kakak tingkatnya ini reaksinya memang selalu saja berlebihan.

"Iya iya gitu aja marah. Anyway bang, lo jadi ikutan di team inti basket buat pertandingan antar sekolah itu?"

Varend mengangguk sekali tanpa menoleh pada Justin, ia lebih sibuk dengan ponsel di tangannya sekarang. Membuka aplikasi candy crush yang sudah mencapai level tinggi.

Justin terdiam untuk beberapa saat. Wajahnya terlihat mengeras, namun detik berikutnya dia menyunggingkan senyumannya.

"Wah, lo pasti tambah banyak fans-nya. Baru juga lo 6 bulan di sini cewek-cewek udah pada histeris tiap ngeliat lo, apalagi lo pake join pertandingan besok."

Justin tidak melebih-lebihkan. Memang begitulah kenyataannya. Kepopuleran Varend dari sejak pertama ia menginjakkan kakinya di sekolah ini memang tidak terbantahkan. Wajah tampan tanpa cela serta aksen Amerikanya yang kental menjadi daya tarik tersendiri baginya, gaya berpakaiannya pun selalu diperbincangkan oleh kalangan para gadis di sekolah elit tersebut.

Menurut mereka, Varend memakai baju apapun selalu terlihat bagus, seperti model yang sedang menjalankan photoshoot. Ibarat kata, mau Varend cuma pake kaos oblong putih sama celana kolor aja udah ganteng.

Di tambah lagi Varend mempunyai banyak bakat seperti bermain piano, skateboard dan juga basket. Dia pernah suatu kali mengisi acara di sekolahnya bersama Justin yang mengharuskan mereka tampil dan pesona Varend langsung menjadi semacam virus. Saat itu penampilan Varend, Justin dan salah satu adik kelasnya yang bernama Farel adalah acara yang paling di tunggu-tunggu. Well, 3 pemuda tampan dan bermain musik bersama tentu saja menjadi sesuatu yang tidak boleh terlewatkan bukan?

Lalu, sekarang Varend di pilih sebagai forward di team inti basket sekolahnya. Sebenarnya masuknya Varend ke team basket itu bukan karena keinginan Varend. Saat itu Varend dan Justin sedang bermain basket one on one di lapangan, sekolah sudah mulai sepi karena memang jam pulang sekolah sudah terlewat 2 jam yang lalu. Varend dan Justin sedang menunggu Kelvin yang sedang rapat OSIS seperti biasa. Hari itu ada jadwal duel game di rumah Varend, dan Kelvin minta mereka menunggu.

VARENDZKA | K.T.HWhere stories live. Discover now