Ways To Protect Her: Red Rosé

506 58 35
                                    

Just in case you need it. Ada Varend yang super ganteng di multimedia! Go check out! Dia lagi lirik-lirik jutek tuh! Jan lupa komen buat mas ganteng di atas!
Go check out chapter "Please, Listen" sampai chapter "Hurt" untuk visualisasi cast yang lain!

Kelvin mengerutkan keningnya, ia sedang serius menyalin PR kimia yang dia dapatkan dari teman sekelasnya, Nata. Itulah kenapa dia berangkat lebih pagi hari ini. Tak lama Varend datang, masih dengan muka bantalnya dan juga hoodie Supreme hitam di atas kemeja sekolah-nya. Dengan mata setengah terpejam Varend duduk di sebelah Kelvin dan mengeluarkan buku kimianya. Kelvin menoleh sebentar ke arah Varend.

"Lo mau nyalin juga?" Kelvin lalu membuat buku milik temannya itu berada di tengah-tengah agar Varend bisa menyalinnya juga. Namun, Varend menggeleng.

"Gue udah ngerjain."

Tangan Kelvin yang sibuk menyalin PR pun terhenti. Apakah dia enggak salah dengar? Seorang Varendzka William, orang ter-'bodo-amat' yang pernah ia kenal selama hidupnya mengerjakan PR-nya sendiri? Terdengar seperti sebuah lelucon baginya. Kelvin tertawa kecil. "Udah deh nggak usah kebanyakan pencitraan lo. Mending buruan lo salin nih PR-nya si Nata sebelum bel." Kelvin kembali menulis tanpa memperdulikan Varend, namun Varend melemparkan bukunya tepat di depannya membuatnya sedikit memundurkan badannya.

Dia bisa lihat Varend benar-benar sudah mengerjakan PR-nya. Semuanya. Kelvin mencocokkan jawaban Varend dan Nata. Ini tidak mungkin. Hasilnya semua sama! Namun caranya saja yang berbeda. Itu membuktikan kalau Varend benar-benar mengerjakannya sendiri dan tidak menyalin. Apa Tuhan sedang ingin menunjukkan kuasa-Nya saat ini?

"Gue udah pernah bilang 'kan sama lo, kalo sebenernya gue ini pinter?" kata Varend santai, masih dengan mata ngantuknya. Mulut Kelvin sampai sedikit terbuka, ia masih terkejut dengan fakta yang dihadapinya saat ini.

"Gue nggak tau sekarang lo lagi pura-pura bego atau pura-pura pinter, Rend. Lain kali kasih tau ke gue kalo lo lagi dalam mode bego ato mode pinter. Akting lo jadi orang bego tuh natural banget soalnya. So, Organic." Kata Kelvin sarkastik yang sukses mendapat tatapan tajam dari Varend.

"Gue pura-pura bego juga karena gue pinter, kalo gue keliatan pinter ntar gue pasti direkomendasiin untuk masuk kedokteran sama bokap, dan gue nggak mau bunuh diri. Gue masih pengen bebas." Varend lalu mengalihkan pandangannya dari Kelvin, ia mengambil permen karet yang ada di saku celananya dan mulai mengunyahnya.

"Kalimat lo kebanyakan kontradiksinya tau nggak? Pusing gue dengernya." Kata Kelvin dengan wajah bingungnya.

Varend tertawa mengejek. "Itu karena lo bego." Kelvin kembali memasang wajah datarnya saat Varend mencelanya. Kalau saja Varend bukan sahabatnya, dia pasti akan mencekik pemuda itu sampai tersedak permen karetnya.

"Lagian nih ya, banyak orang yang cita-citanya pada pengen jadi dokter. Bahkan, dari jaman nenek moyang kita masih jadi pelaut aja, anak-anak kecil itu kalo ditanya cita-citanya apa, pasti jawabnya pengen jadi dokter. Eh, lo malah nggak mau. Padahal bokap lo dokter, nyokap lo dokter dan kakak lo calon dokter, trus lo juga mewarisi otak pinter mereka tapi nggak lo manfaatin. Gue nggak ngerti sama lo, sumpah." Varend meniup permen karet di mulutnya hingga membentuk sebuah gelembung besar, dan saat gelembung itu pecah Varend kembali mengunyahnya sebelum kembali angkat bicara.

"Gue lebih suka motret daripada pegang pisau bedah. Lebih banyak yang bisa gue liat dan gue pelajari dari Cuma ngebedah tubuh manusia" Jawab Varend singkat, masih sambil mengunyah permen karetnya.

"Tapi lo bisa menyelamatkan banyak nyawa dengan jadi dokter." Bantah Kelvin, sebenaranya dia sedikit penasaran dengan Varend dan masalah 'pokoknya-gue-nggak-mau-jadi-dokter'-nya ini, dan mumpung Varend sedang sedikit terbuka padanya sekarang, Kelvin ingin memanfaatkannya untuk mengetahui lebih banyak tentang Varend.

VARENDZKA | K.T.HHikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin