Her Attention

513 66 43
                                    


Varend menghentikan jalannya saat merasakan saku celanya bergetar. Ia mengambil ponsel putihnya dan mengeceknya. Satu pesan masuk. Dari Rasya.

From: Bang Rasya
Varend, maafin abang nggak bisa ngeliat lo manggung malem ini. Abang nginep di rumah temen sampe lusa, ada tugas yang harus di kerjain. Semoga lancar ya the greatest pianist I’ve ever had! Lo harus inget gue selalu bangga sama lo. Makan yang bener. Jangan pulang kemaleman ya, Rend.

Pemuda itu menghela nafasnya, ini sudah pesan ke-sekian yang di kirim Rasya padanya hari ini, dan tidak ada satupun pesan dari kakaknya yang ia balas. Ia masih merasa kesal dan sedikit canggung dengan Rasya setelah bertengkaran mereka kemarin, dia terlihat seperti peran antagonis sekarang karena mengabaikan Rasya, lagi.

“Bang, ayo buruan siap-siap. Semenit lagi kita on stage.” Varend sedikit terkejut menyadari Justin berada di sisi kanannya sekarang. Varend mengangguk, ia mengantongi ponselnya tanpa membalas pesan Rasya dan bersiap ke backstage.

Varend dan Justin kini sudah berada di atas panggung, tepat di tengah-tengah café Kelvin. Mereka sudah di kerumuni para tamu Café yang sangat antusias dengan penampilan mereka berdua. Varend dan Justin terlihat sangat tampan dengan setelan semi formal itu. Varend dengan jeans biru laut andalannya serta kemeja krem yang bagian lengannya ia gulung sampai siku, juga sneakers putih favoritnya. Sedangkan Justin dengan jeans hitam panjang, turtle neck putih dan jas biru dongker yang juga di gulung di bagian lengannya, jangan lupakan soal sneakers hitam yang baru di belikan Rafa kemarin demi sempurnanya penampilan sang adik malam ini.

Jemari Varend sudah mulai menekan tuts piano dengan sedikit pelan, membangun suasana tenang dan damai di seluruh ruangan itu. Mereka membawakan lagu dari Justin Bieber – U2 dengan aransemen dari Justin Wiratama, ia membuat lagu itu menjadi lagu ballad. Ketika suara Justin mulai terdengar, semua orang terkesima. Lampu sorot yang tepat mengenai wajah tampan Justin menyempurnakan semuanya. Para gadis berbinar melihat keduanya, Justin dengan suara emasnya, dan Varend dengan alunan pianonya. Mereka benar-benar memukau, banyak yang merekam penampilan mereka dengan ponsel, apalagi dari kalangan para gadis. Entah untuk dokumentasi pribadi atau untuk mereka bagikan di media sosial.

Vania tertawa kecil melihat Leona, gadis itu tidak berkedip sama sekali melihat Justin, dengan mulut sedikit menganga tanpa sadar. “Awas nanti ada capung masuk ke mulut lo.” Vania tertawa makin kencang saat Leona langsung menutup mulutnya dan berkedip berkali-kali sambil memasang wajah ‘tidak-terkesan’nya untuk menutupi kecanggungannya karena ketahuan sedang terkesima dengan Justin.

“Apasih kak, gue Cuma ngantuk. Makanya nggak konsen.” Jawab Leona sedikit gugup, Vania menyenggol lengan Leona lagi.

“Lo payah banget kalo bikin alesan. Ngantuk gimana? Orang gue liat lo khusyu banget ngeliatin Justin dari tadi.” Pipi Leona lalu memerah seketika ketika Vania menggodanya. Perhatian Leona lalu teralih ke arah Varend, pemuda itu sedari tadi tidak sekalipun mengangkat kepalanya dari tuts pianonya, alih-alih melakukkan interaksi mata dengan penontonnya, Varend terlihat beberapa kali memejamkan matanya. Ia seperti menahan sesuatu dan mati-matian berusaha agar matanya tetap terbuka. Leona mengangkat alisnya sekilas.

“Lo ngeliat ada yang aneh nggak sih kak sama kak Varend?” bisik Leona sambil terus memperhatikan Varend. Vania yang awalnya tidak memperhatikan jadi menoleh ke arah Varend. Mengamati pemuda itu lekat-lekat dan mencari tau apa yang Leona maksud. “Dia pucet banget kak, apa kak Varend sakit? Liat deh, dia sampe keringetan gitu, padahal di sini dingin banget.”

Dan tak lama penampilan mereka selesai dengan suara tepuk tangan yang sangat riuh. Mereka membungkuk 45 derajat sebelum turun dari panggung. Vania berjalan sedikit cepat ke arah mereka, ia penasaran dengan apa yang di katakan Leona barusan. Apa benar Varend sakit? Tiba-tiba dia merasa khawatir. Vania mempercepat langkahnya menuju ke Varend. Luar biasa, bagaimana bisa gadis itu berjalan secepat itu dengan high heels tanpa sekalipun tersandung?

VARENDZKA | K.T.HWhere stories live. Discover now