Let Go

791 61 21
                                    

Hope you guys enjoy! Jan lupa komen ya bebih❤

Nafas Rasya terengah-engah saat ia menuruni tangga depan rumahnya, dengan sedikit berlari, membawa alat-alat medis di dalam tas yang ia tenteng dengan tergesa. Sekarang yang dia prioritaskan hanya keadaan Justin. Beberapa saat lalu, Kelvin menelpon Rasya dengan sedikit panik karena tiba-tiba saja Justin mengeluhkan sesak nafas saat mereka sedang bermain PS di kamar bocah itu. Rasya bahkan menghiraukan sang adik yang baru saja keluar dari mobilnya dan terus berlari masuk ke rumah Justin. Varend yang melihat kakaknya berlari dengan ekspresi khawatir pun secara refleks mengikutinya. Ia meraih Pizza yang baru saja dia beli untuk Kelvin, Justin dan juga dirinya dengan cepat, dan entah kenapa dia ikut berlari menyusul sang kakak. Dia hanya merasa, ini merupakan pertanda buruk.

Varend menaruh pizzanya di meja ruang tengah, ia bisa mendengar sedikit keributan di kamar Justin. Ia mempercepat larinya menaiki anak tangga menuju kamar Justin. Matanya membulat ketika melihat Justin yang terbaring dengan Rasya memegang inhealer untuk Justin, serta Kelvin yang terus menenangkan Justin.

 Matanya membulat ketika melihat Justin yang terbaring dengan Rasya memegang inhealer untuk Justin, serta Kelvin yang terus menenangkan Justin

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Justin, kenapa?" Tanya Varend yang entah kepada siapa. Ia masih berdiri mematung di depan ranjang Justin. Tidak tau harus bersikap seperti apa. Kelvin menoleh pada Varend, wajahnya panik.

"Asmanya kambuh."

Rasya terus mengusap rambut bagian depan Justin yang penuh keringat sembari memantau keadaan lelaki yang lebih muda darinya itu. "Nafas pelan-pelan ya, tenang, nggak usah panik."

Pernafasan Justin lama-kelamaan mulai stabil, meskipun wajahnya masih pucat pasi. "Bang." Gumam Justin pelan, Rasya mendekatkan telinganya pada Justin, seolah tau Justin ingin mengatakan sesuatu namun ia terlalu lemas untuk bersuara keras. "Sakit."

Rasya mengangguk, ia kembali mengusap rambut Justin pelan. "Bentar lagi nggak sakit lagi kok, atur nafas lo. Nggak usah panik oke? Abang di sini."

Varend membuang muka saat Rasya mengucapkan kalimat itu pada Justin. Ia menggigit bagian dalam pipinya. Tidak ada alasan khusus kenapa dia bersikap seperti itu. Dia hanya merasa tidak suka dengan sikap Rasya ke Justin barusan.

"Nih, minum dulu." Justin menerima sodoran air dari Kelvin saat Justin sudah mulai bernafas dengan normal.

"Makanya jangan terlalu memforsir badan lo, Just. Udah tau ada asma, badan nggak dijaga. Luka lo juga masih keliatan parah gitu. Abis ini gue kasih salep dulu ke luka lo, dan jangan maksain badan lo lagi. Kalo Rafa tau, bisa dikurung lo kaya macan." Omel Rasya, ia memasukkan kembali inhealernya ke dalam tas lalu menatap Justin dengan pandangan hangat saat ia mengangguk. Satu hal yang dia suka dari Justin, Justin itu penurut. "Lo udah makan? Mau abang masakin sesuatu?"

"Creamy chicken soup buatan abang enak, bikinin itu aja ya bang. Kalo abang nggak keberatan, sih." Justin tersenyum lebar dengan bibir pucatnya, membuat Rasya gemas. Rambut Justin kembali diusap oleh Rasya, membuat cengiran Justin bertambah lebar. Pasalnya, mesikpun Justin selalu disegani si sekolahnya karena bakat dan ketampanannya, Justin juga terbilang laki-laki yang kuat. Namun, laki-laki kuat ini tetaplah seorang adik yang suka dimanjakan.

VARENDZKA | K.T.HWhere stories live. Discover now