On Guard For Him: Big Match

662 81 29
                                    

Don't forget to comment and vote this book!:")
Go check out chapter "Please, Listen" sampai chapter "Hurt" untuk visualisasi cast yang lain!

Venue tempat diselenggarakannya pertandingan basket antar sekolah itu mulai terdengar riuh. Penonton dan para pemandu sorak sibuk menyemangati team perwakilan sekolah masing-masing. Pertandingan sudah mencapai pertengahan dan hampir ke babak final. Bima Sakti dan Pekerti Luhur, seperti biasa akan diprediksi masuk babak final. Vania terlihat sedikit sibuk, dia terus mondar mandir bersama Kelvin untuk memastikkan pertandingan hari itu berjalan lancar.

Vania sempat melirik ke arah lapangan, sekolahnya kini sedang berjuang untuk masuk ke babak final. Dia bisa liat Justin dan Leona yang heboh memprovokasi anak-anak sekolahnya untuk menyemangati team basket mereka. Vania menghela nafas, harusnya dia ada bersama Justin dan Leona sekarang, namun di luar perkiraan. Ia masih sibuk dengan hal kepanitiannya.

Ia melirik ke arah Varend yang lagi-lagi mencetak angka untuk sekolah mereka. Vania tanpa sadar tersenyum melihat wajah sumringah Varend setelah mencetak angka. Tanpa di duga, mata Varend dan Vania bertemu kala Varend menoleh ke arah kanannya. Vania langsung memalingkan wajahnya dengan berpura-pura menulis sesuatu di dokumen yang sedang ia bawa. Varend menggelengkan kepalanya sambil tersenyum tipis. Sialnya, Varend melihat senyum Vania tadi. Seringai langsung menghiasi wajah tampannya.

Peluit berbunyi setelahnya, menandakan berakhirnya pertandingan itu dan bisa di pastikan Bima Sakti masuk ke babak final.

"Van, mending lo ke bench sekarang deh. Ini biar gue yang handle." Kata Kelvin yang tiba-tiba sudah ada di samping Vania, mengambil dokumen yang gadis itu pegang. Vania sedikit kaget sampai tidak ada waktu untuk bertanya dan kini dokumen itu sudah ada di tangan Kelvin.

"Lo nggak apa-apa? Gue ke sananya nanti aja deh, gue bantuin lo dulu." Sanggah Vania, Kelvin menggeleng tegas.

"Nggak apa-apa, satu-satunya hal yang bisa lo lakuin buat ngebantuin gue adalah ke bench, kalo nggak ntar si Varend ngamuk ke gue."

Vania tertawa kecil lalu mengangguk, "Oke, gue ke Pekerti Luhur dulu sebentar."

Mendengar kalimat Vania barusan Kelvin langsung menarik lengan Vania yang sudah setengah jalan ke tempat team Pekerti Luhur. "Pekerti Luhur? Lo mau ngapain?"

Vania menoleh ke arah anak-anak Pekerti Luhur sembari melepas genggaman Kelvin di tangannya.

"Mastiin mereka nggak akan berani macem-macem sama team sekolah gue."

Kelvin menatap heran ke Vania yang berjalan dengan cepat ke arah Julian. Kelvin mengerutkan keningnya ketika Vania dengan santainya berbicara dengan Julian, seperti mereka sudah sangat dekat. Memang berita tentang Vania dan Julian bukan hal baru. Namun ini pertama kalinya mereka berdua go public. Karena, bisa dibilang Vania dan Julian seperti menutupi kedekatan mereka selama ini, tapi hari ini, mereka bahkan dengan terang-terangan kelihatan bersama.

Mata Kelvin sedikit membola saat melihat Julian bahkan berani mengusap rambut gadis itu di depan teman-temannya. Utamanya di depan banyak orang! Kelvin menoleh ke samping dan menemukkan Varend di sisi lain lapangan sedang mengeraskan rahangnya, matanya lurus menatap kedua sejoli itu. Tak banyak ekspresi yang di tunjukkan pemuda itu. Namun Kelvin yakin saat ini Varend sangat ingin memukul bahkan mematahkan tangan Julian karena berani menyentuh Vania.

Tepat di depan kedua matanya.

Kelvin memejamkan matanya seraya memijit pelan pangkal hidungnya. 'Ini bakalan jadi pertarungan sengit.'

***

Kini dua team yang masuk babak final sudah saling berhadap-hadapan, wasit berada di tengah-tengah mereka. Varend dan Julian kini berhadap-hadapan juga, karena mereka sama-sama forward di team masing-masing. Mata tajam Varend terus menatap Julian seolah ia sangat ingin membunuhnya. Julian menyeringai menanggapi tatapan tak suka dari Varend.

VARENDZKA | K.T.HWhere stories live. Discover now