Wide Awake

479 53 2
                                    

Suara merdu dari sebuah grand piano hitam yang tengah dimainkan oleh seorang pemuda berwajah oriental itu, mengalun dengan sangat indah. Ia memejamkan matanya sesekali saat melodi yang ia ciptakan menggiringnya untuk mengingat semua memori masa lalunya. Saat di mana dia masih merasa bahagia, saat semua orang yang disayanginya berada di sisinya. Semakin ia menggerakkan jemarinya mengikuti arahan otaknya untuk membentuk barisan nada itu, hatinya serasa terus diremukkan paksa.

Pemuda tampan berahang tajam itu menarik nafas seolah tidak ada hari esok. Rasa sesak di dadanya memaksanya untuk memasok oksigen sebanyak mungkin ke paru-parunya. Detik berikutnya jemarinya berhenti menekan tuts piano. Matanya terbuka dengan guratan luka yang sangat jelas. Lalu ia tertawa mengejek, dengan kasar menghapus air mata yang menetes dari sudut kelopak mata kirinya. Dalam hati dia merutuki dirinya sendiri. Pemuda bermata sipit dengan titik kecil di sudut matanya itu memandang tajam ke arah sebuah figura foto yang berada di atas sebuah meja tak jauh dari tempatnya duduk sekarang.

Sebuah foto dua orang laki-laki yang sedang mengapit seorang gadis cantik dengan senyum sehangat musim semi. Senyuman di wajah gadis itu adalah yang terindah menurutnya. Dulu, ia rela melakukkan apapun demi melihat sang gadis tersenyum bahagia seperti ini. Ia bahkan rela ketika sang adik mulai menaruh perhatian ke laki-laki selain dia dan ayahnya. Meskipun jauh di dalam hatinya dia merasa sedikit terluka, dia tidak suka kalau gadis kecilnya mulai beranjak menjadi seorang gadis remaja yang memikat.

Ia benci saat melihat hati gadis kecilnya mulai terbagi untuk sang sahabat. Ia benci saat gadis kecilnya tersenyum manis ke sahabatnya, membicarakan pemuda itu dengan mata berbinar layaknya kristal. Namun, perlahan, ia mulai bisa menerima. Ia melihat bagaimana sang sahabat sangat mencintai gadis kecilnya dengan seluruh hati yang dia punya. Ia senang saat melihat mereka berdua tertawa bersama, ataupun saat sahabatnya merengkuh si gadis protektif saat menangis.

Dan saat ia melihat senyuman hangat yang terpatri di wajah si gadis cantik, ia sadar akan satu hal. Ia ingin melihat senyuman itu lebih lama. Apapun akan ia lakukan asalkan senyum itu tidak pernah pudar dari wajah mungilnya yang cantik. Perlahan senyum tipis tercipta dan menghilangkan ekspresi sedingin es miliknya. Ia berdiri dan beranjak mendekati foto itu, telunjuknya mengusap foto sang gadis pelan.

'Ashley, kakak kangen.'


Detik berikutnya matanya bergeser mentap seorang pemuda di sebelah adiknya. Rangkaian kata dari pemuda itu terus berputar di kepalanya seperti kaset rusak.

'Gue udah cukup hancur buat lo ancurin lagi.'

Kepalan tangan Julian menguat di sisi tubuhnya, ingatan terkuat di masa lalunya kembali menyeruak. Bayangan Ashley dan Varend setelah kecelakaan itu. Saat mereka berdua terlihat kacau. Darah di mana-mana, keadaan Ashley yang dengan protektif memeluk kepala Varend yang setengah sadar di balik kemudi. Ia masih bisa mengingat raungan penuh luka Varend saat ia menyadari bahwa gadisnya telah pergi meninggalkannya. Ia melihat bagaimana Varend sudah seperti orang gila memeluk Ashley dan memanggil-manggil namanya agar gadisnya kembali padanya. Ia ingat dengan jelas bagaimana polisi-polisi itu menyeret tubuh berdarah Varend menjauh dari Ashley. Pemuda itu terus meronta dengan segala kekuatan yang dia punya untuk meraih Ashley.

Julian masih ingat gambaran betapa hancurnya Varend saat itu. Ketika tubuh Ashley dievakuasi, pemuda bermata rubah itu menarik-narik rambutnya kasar, erangan frustasi tidak berhenti ia lontarkan. Wajahnya penuh dengan darah dan air mata, tapi saat itu Julian tidak peduli.

Ia menatap sahabatnya itu dengan pandangan penuh benci. Ia terus menyalahkan Varend atas kejadian itu. Kejadian di mana dia merasakan kehilangan wanita terpenting dalam hidupnya untuk yang kedua kalinya. Ia acuh saat melihat Varend menyeret tubuhnya yang penuh luka ke mobil ambulan. Julian juga tidak peduli saat bagaimana Varend berlari terpincang-pincang mengejar ambulan yang membawa Ashley jauh darinya.

VARENDZKA | K.T.HWhere stories live. Discover now