Run

559 62 55
                                    

Thank you untuk kalian yang masih mengapresiasi cerita ini dengan baca, komen dan votenya!:) yang kangen ama Rafa bisa cek di multimedia. Doi nungguin komen kalian tuh!

Jemari gadis itu terus memutar botol kecil yang berada di tangannya dengan pandangan menerawang. Wajahnya terlihat tidak senang setiap kali melihat benda yang kini berada di genggamannya. Otaknya berpikir keras, kenapa orang seperti dia membutuhkan benda ini? Orang itu bahkan juga mengonsumsi alkohol seperti orang normal yang mengonsumsi air. Hidup macam apa yang dijalani olehnya?
Gadis itu menekan bibirnya pelan hingga membentuk sebuah garis tipis. Dia sedikit gelisah.

Ting!

Vania menghela nafasnya lalu meletakkan obat itu di laci pertama dekat tempat tidurnya, lalu dengan cepat mengambil ponselnya dan membuka pesan yang baru saja ia terima.

From: Valien
Kamu di rumah?

Vania membenarkan posisinya, dari duduk menjadi berdiri, dengan jari-jari menekan screen cepat.

To: Valien
Di rumah, mau ke sini? Kamu di mana?

Vania sudah menebak, Varend pasti sedang dalam keadaan tidak baik sekarang ini. Karena, anak itu pasti akan mencarinya setiap kali dia sedang ada masalah dan gadis itu berdoa agar kali ini, masalah Varend tidak terlalu besar. Tak lama ponselnya kembali berdenting.

From:Valien
10 Menit lagi aku sampe sana.

Setelah berpesan agar Varend berhati-hati saat menyetir, Vania duduk di meja belajarnya sambil kembali mengerjakan sketsa yang iseng-iseng dia buat beberapa hari lalu. Tidak terlalu serius, ia hanya menggambar sketsa mata.

Mata rubah milik Varend.

Memang, sejak pertama kali bertemu dengan pemuda itu, hal yang menarik dari diri Varend bagi Vania bukanlah wajah tampannya. Melainkan, mata tajam nan jernih milik Varend. Ia bisa menatap mata itu tanpa jenuh selama seharian kalau boleh. Karena, dengan menatap langsung ke mata Varend, Vania bisa tau. Varend itu seperti apa. Mata adalah jendela jiwa, iya 'kan?

Pensilnya berhenti mengarsir saat ia mendengar suara deruan mobil yang dia yakini adalah milik Varend. Vania melangkah ke jendela kamar dan mengintip dari balik hordengnya. Ia bisa melihat salah satu orang yang bekerja dengannya membukakan gerbang untuk Varend. Honda Civic itu mulai memasuki pekarangan rumahnya dengan setiran mulus.

Kaki Vania berputar dengan cepat, ia mengambil cardigan abu-abu yang tersampir di kursi beroda empatnya. Ia memakainya asal untuk menutupi kaos putih tanpa lengannya agar pakaiannya tidak terlalu terbuka.

 Ia memakainya asal untuk menutupi kaos putih tanpa lengannya agar pakaiannya tidak terlalu terbuka

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Tangan Vania dengan segera membuka pintu depan rumahnya, tepat sebelum Varend sempat mengetuk. Vania sedikit kaget begitu melihat Varend yang terlihat kacau, pemuda itu dengan cepat langsung memeluk Vania. Gadis itu masih terdiam dengan mata membulat dan bibir yang sedikit terbuka karena kaget. Detik berikutnya Vania balik memeluk Varend. Nafas pemuda itu terdengar berat, ia seperti menahan sesuatu.

VARENDZKA | K.T.HWhere stories live. Discover now