Serendipity

493 60 11
                                    

Jari-jari Justin bergerak dengan sangat cepat di atas buku tugas kimianya. Matanya mulai lelah dan sedikit berair, sudah sejak setengah jam yang lalu, lelaki itu masih terus menyalin jawaban tugas Kimia dari Leona. Justin, dengan bodohnya lupa, kalau hari ini tugas kelompok mereka harus dikumpulkan. Salahkan Leona yang tidak bilang kalau tugas itu harus ditulis tangan secara individual meskipun mereka mengerjakannya berkelompok. Well, di kasus Justin, hanya Leona yang mengerjakannya. Parahnya, sebagai balas dendam gadis itu, Leona baru memberi tahu ke Justin di jam pelajaran kedua. Padahal, mata pelajaran Kimia akan dimulai setelah istirahat pertama.

Detik itu juga, meskipun masih ada jam pelajaran ke-tiga dan empat, Justin langsung merampas tugas Leona dan berlari ke arah selatan gedung sekolah, ke tempat yang mereka sebut sebagai 'Main Base' . Ya, tidak lain dan tidak bukan adalah sebuah ruangan yang sudah jarang dipakai oleh pihak sekolah. Tempat berunding Kelvin dan Justin tentang pertandingan basket yang menyertakan Varend dulu.

Pulpen yang Justin pegang dia lempar asal ke atas meja, ia mulai mengipasi lehernya dengan tangan. "Air, air, air, air!"

Justin berdiri dari bangku lebar di ruangan itu serampangan, mencari air. Mata Justin berbinar ketika Kelvin masuk ke ruangan dengan membawa airmineral di tangannya. Justin segera merampas air yang baru saja dibeli Kelvin, kemudian menenggaknya habis dalam satu kali tarikan nafas.

"Heh bocah! Berani lo ya ngambil air gue!" Omel Kelvin, tangannya sudah terangkat ingin menjitak Justin. Namun, pergerakannya berhenti kala melihat Justin sedikit tersedak.

Justin mengangkat sebelah tangannya, seolah mengodekan pada Kelvin untuk memberinya waktu sebentar. Nafas Justin sedikit terengah, wajah kesal Kelvin berubah menjadi khawatir. Ya, siapa tau asma Justin kambuh seperti waktu itu 'kan?

"Lo nggak apa-apa?" Kelvin menyentuh bahu Justin dan sedikit menundukkan kepalanya, berusaha melihat wajah Justin yang tertutup rambut depannya. Justin mengangguk meski matanya masih sedikit terpejam. Kelvin berdecak, ia menegakkan badannya dan memasukkan tangannya ke kanton seragam. "Lagian lo ngapain, sih, sampe ngos-ngosan gitu? Asma lo nggak kambuh lagi 'kan?"

Dengan cepat Justin kembali duduk ke tempatnya semula, ia menunjuk ke arah tugas yang baru saja ia selesaikan. Matanya melotot ke arah buku yang tidak berdosa itu.

"Gue hampir mati gara-gara ngerjain lo tau nggak?!" satu pukulan penuh amarah mendarat di atas buku tugas Justin. Membuat buku itu sedikit bergeser. Kelvin yang melihat Justin marah-marah pada buku hanya bisa menghela nafas pelan. Dalam hati, Kelvin berdoa agar kelak Ujian Nasional tidak akan menghilangkan kewarasan Justin sepenuhnya. Walau sekarang pun, kewarasan Justin patut dipertanyakan.

"Lo udah selesai nyalinnya?"

Kepala Justin berputar secara otomatis kala Leona dengan santainya masuk ke ruangan itu sambil meminum jus jeruk. Senyum kebahagiaan terpatri di wajahnya saat melihat Justin yang sudah setengah gila karena mengerjakan tugas secara mendadak.

Telunjuk Justin terangkat dan mengarah ke Leona dengan tajam. "Lo! Dasar jelmaan nenek sihir! Jahat lo sama gue! Tega, lo tega! Gue nggak sanggup lagi berurusan sama lo kalo gini caranya, sumpah!"

Leona dan Kelvin saling bertukar pandang, lalu merotasi mata mereka secara bersamaan. "Gila ya, kadar ke-alayan yang ada di darah lo emang udah parah banget! Dengerin gue, tegaan mana, gue atau lo? Seharian kemarin yang lo lakuin Cuma duduk-duduk sama ngopi doang ngeliatin gue struggling ngerjain tugas itu! Lo enak tinggal nyalin, nggak pake mikir."

Mulut Justin yang terbuka kembali menutup ragu, tidak jadi mengucapkan caci makiannya. Bibirnya mengerucut kesal, mencibir Leona yang kini sudah duduk di sebelahnya, sedangkan Kelvin duduk di depan Leona.

VARENDZKA | K.T.HWhere stories live. Discover now