3.Luka

2.3K 448 244
                                    

Kamu gapapa luka, kalo bisa luka sebanyak banyaknya, karena kalo kamu luka kan ada aku, biar aku yang obatin luka kamu sampai gak berbekas lagi

Pagi ini, Raina bangun lebih awal dari kemarin, karena ia tidak mau melakukan kesalahan nya seperti kemarin. Ia tidak mau datang ke sekolah terlambat lagi.

Ia berdiri di depan cermin besar yang ada di kamarnya dengan tangannya yang bergerak memberi hiasan-hiasan kecil di wajahnya.

Ia berjalan menuju arah ruang makan keluarga yang di mana kini ayahnya sudah berada.

"Pagi pa," sapa-nya dengan lembut.

"Pagi, mari sarapan. Habis itu langsung masuk mobil ya, kamu jangan sampe telat lagi, udah cukup nakalnya," ucap Papanya dengan senyuman lembut dan beranjak dari posisi duduknya menuju garasi.

Raina menghabiskan sarapannya dan segera berjalan memasuki mobil ayahnya yang sudah menunggunya sejak tadi.

"Ayo pa berangkat," ucapnya yang diangguki oleh ayahnya tersebut. Mobil nya pun melaju meninggalkan pekarangan rumah nya tersebut.

***

Raina berjalan menyusuri koridor untuk menuju ruang kelasnya. Dari kejauhan ia melihat di depan kelas X ips 2, di mana merupakan kelas tetangganya. Karena penasaran ia pun ikut berdesak-desak dengan ramainya siswa-siswi yang berkerumunan.

"Lo ngapain anterin cewek gue hah? lo pikir gue ga bisa anterin dia?" teriak Randy yang sedang mencengkeram kerah seragam Badai erat. Badai justru terlihat santai-santai saja dan melepaskan cengkraman Randy di kerahnya dalam satu sentakan.

"Jangan asal ngomong," ucap Badai tajam.

"Gue ga asal ngomong, setan, emang lo nya aja yang cari kesempatan saat gue lengah," ucap Randy menggebu-gebu.

"Ngapain gue cari kesempatan, kalo kesempatannya yang datang sendiri," ucapnya santai.

"Alah jangan banyak alasan lo, kalo udah salah ya salah aja." Emosi Randy menggebu-gebu dan melayangkan bogemannya di pipi kiri Badai dengan cepat.

Badai yang merasa tidak terima pun membalas bogeman yang diberikan oleh Randy. Sedangkan siswa-siswi lain nya tidak berani memisahkan mereka karena melihat mereka yang saling membalas bogemannya seperti orang kesetanan.

"Permisi," ucap Raina sambil menyelip-nyelipkan tubuhnya di kerumunan siswa-siswi untuk melihat yang terjadi di dalam ruang tersebut. "Ada apaan sih kok rame-rame?" tanyanya pada salah satu siswi yang ia ketahui bernama Anisa karena tertera di seragamnya.

"Itu, tadi si Randy narik anak kelas sebelah, katanya anak kelas sebelah itu deketin ceweknya. Ya emang sih, si Randy katanya posesif gitu," jelas Anisa.

"Oh gitu," ucap Raina mangut mangut."Paan sih berantem cuma gara-gara cewe, iss gaje banget," lanjut nya.

"Ho'oh," Anisa menyetujui.

Mereka masih berdiri di antara kerumunan tersebut tanpa ada niat untuk pergi dari sana, hingga Raina mendengar suara yang familiar dari dalam sana.

"Bangsat, jangan nuduh-nuduh lo. Gue juga ga peduli sama lo," teriak Badai sambil melayangkan bogemannya sekali lagi ke wajah Randy. Randy tersungkur di lantai, ia sudah tidak memiliki banyak tenaga untuk melawan Badai lagi.

"Eh, itu kek suara Badai? Apa dia yang berantem?" gumam Raina dan langsung menerobos hingga kini ia sudah berada di kerumunan paling depan dan menyaksikan Badai yang terus memberi bogeman bertubi-tubi ke wajah penuh luka Randy.

"Badai!" pekik Raina, dan berhasil membuat Badai menghentikan tinjuannya ke wajah Randy dan menatap ke arah Raina. Raina menatapnya dengan tatapan bingung.

My Love Is Badai [ COMPLETED ]Où les histoires vivent. Découvrez maintenant