18.Sekarang berdua (dihukumnya)

1.4K 167 43
                                    

Aku tidak ingin kamu merasakan apa yang aku rasakan. Kamu tidak boleh merasakannya juga, cukup aku. Karena apa yang kurasakan ini sakit, dan biar aku yang tersiksa, kamu jangan.

-Badai Akshara Putra

***

Badai menghempaskan tubuhnya di atas tempat tidur empuknya. Ia sedikit meregangkan otot-ototnya yang sudah terasa sangat lelah dengan aktivitasnya hari ini.

Tok tok tok

Ketukan dari luar pintu kamarnya itu berhasil membuat kepalanya langsung menoleh ke arah pintu kamar tersebut. "Masuk aja," ucapnya.

Ceklek

Pintu itu terbuka dan menampilkan seorang pria dengan kemeja putih. Pria itu berjalan mendekat ke arah tempat tidur Badai, ia mendudukkan dirinya di pinggir tempat tidur tersebut.

"Makasih, ya," ucapnya tiba-tiba dan membuat sebelah alis Badai terangkat.

"Untuk?" Tanya Badai.

"Ya, kamu udah jemput Papa sama Mama."

"Oh." Badai menelungkupkan tubuhnya dengan badan yang menimpa bantal guling. "Itu doang, bang?"

Guntur yang seakan mengerti maksud Badai tersebut, langsung mengubah posisinya menjadi berdiri dan beranjak dari tempat itu. Sebelum ia benar-benar menutup pintu kamar adiknya itu, ia menatap lama punggung adiknya itu.

Abang tau, kamu sayang dan rindu sama Papa dan Mama, tapi karena kekesalanmu atas sikap mereka, kamu menjadi seakan nggak peduli. Batin Guntur.

Guntur menutup pelan pintu kamar tersebut.

***

"Dai, sarapan dulu," ucap Guntur ketika melihat adiknya itu baru saja turun dari lantai atas, dan menuju ke arah ruang keluarga.

"Ntar aja di sekolah," ucapnya tanpa menolehkan kepala. Badai langsung melalui ruang keluarga begitu saja dan segera melangkahkan kakinya ke arah pintu utama rumah itu.

"Gitu Papa ajarin kamu?" Sindir Martin.

Badai langsung menghentikan langkahnya, namun masih menatap lurus ke arah pintu utama rumahnya.
"Ajarin? Emang Papa pernah ajarin Badai, ya?"

"Hati-hati kalo ngomong!" Geram Martin. Badai membalasnya hanya dengan kekehan hambarnya.

"Udah, Papa lanjut makan aja, kalo Badai emang masih kenyang, Mama siapin bekal, ya?" Tawar Cloe.

"Nggak perlu," jawab Badai cepat.

"Yaudah, kamu berangkat ke sekolahnya hati-hati, ya!" Ucap Cloe lembut. Badai membalasnya hanya dengan menggedikkan bahunya acuh, lalu segera melangkahkan kakinya keluar dari rumah tersebut menuju sekolah.

"Sikapnya semakin kurang ajar kalo Mama terus lembutin," ucap Martin dengan nada dinginnya.

Guntur yang berada di antara merekapun hanya bisa diam mendengar perdebatan kecil antara anak dan orang tua tersebut. Ia tidak bisa menyalahkan dan membenarkan salah satu dari mereka.

"Guntur berangkat dulu, ya!" Guntur menyalami tangan kedua orang tuanya itu dan segera beranjak menuju kampus.

***

My Love Is Badai [ COMPLETED ]Where stories live. Discover now